Bencana Jogja menyebabkan warga Pringgokusuman, Jlagran, Gedongtengen sering mengalami pusing-pusing
Harianjogja.com, JOGJA — Setelah seminggu berada di barak pengungsian, beberapa pengungsi di Pringgokusuman, Jlagran, Gedongtengen sering mengalami pusing-pusing. Adapun barak pengungsian di Tegal Panggung, Jumenahan, Danurejan telah dikosongkan dan menyisakan posko pengungsian.
Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
Baca jgua : Pengungsi di Jlagran Butuh Tenda
Menurut penuturan Koordinator Bidan Puskesmas Gedongtengen, Yulia Susanti kepada Harian Jogja, sejumlah 57 warga yang mengungsi akibat potensi longsor di Pringgokusuman sering mengalami pusing.
“Nomor satu pusing-pusing, karena tidak terbiasa mengungsi pola kehidupan yang mendadak dan berubah, terus pusing,” jelas Yuli di Posko Kesehatan RT 1 Pringgokusuman, Selasa (5/12/2017).
Adapun menurut Yuli, gatal yang dialami pengungsi sebenarnya sudah dialami sebelum dipindahkan ke barak pengungsian. Di mana masyarakat sekitar kurang menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Namun begitu Yuli mengungkapkan, penyakit gatal yang dialami pengungsi kali ini semakin terasa. Pasalnya beberapa serangga muncul akibat matinya ikan di kolam warga sehabis badai.
“Ratusan mati, dan mengundang nyamuk dan lalat, tapi penyakit gatal mereka sudah merasuk ke dalam, jadi salep saja tidak cukup,” jelasnya.
Sementara itu ia menampik tentang adanya penyakit seperti disentri, diare, bahkan tetanus. Di mana selama enam hari dirinya mendirikan posko di Pringgokusuman, dirinya hanya mendapati pusing dan gatal yang menjangkit pengungsi.
“Hari ini [Selasa] hari terakhir, dan kami diintruksikan untuk memberikan Tetanus Toksosoid seluruh masyarakat dan relawan yang membantu,” jelasnya.
Selepas ditariknya posko kesehatan, Yuli mengungkapkan bahwa dirinya tetap berada di Pringgokusuman karena akan menjadi supervisor dokter muda Universitas Gajah Mada. “Dua minggu kedepan pengungsi akan bersama dokter dari UGM,” jelasnya.