SOLOPOS.COM - Warga Dusun Petirsari, Desa Petirsari, Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri mengisi ember, jeriken dan alat lain untuk diisi air bersih yang dituangkan ke bak penampungan, Sabtu (12/10/2013). (JIBI/Solopos/Trianto Hery Suryono)

Terik sinar mentari tak menghalangi semangat warga Dusun Petirsari, Desa Petirsari, Kecamatan Pracimantoro. Dengan mencari tempat teduh di bawah pepohonan maupun teras rumah, warga pun berkumpul menunggu dropping air bersih yang dilakukan pengurus Yayasan Pendidikan Pancasila (YPP) Wonogiri, Sabtu (12/10/2013).

Ember, jeriken maupun kendi dan tempat air lainnya dijajar di pinggir bak penampungan air. Seiring mobil tangki pembawa air bersih merapat di bak penampungan warna biru, warga pun merangsek menata ulang jejeran tempat air. Satu per satu tempat air diisi penuh oleh kru tangki. Kadus Petirsari, Tiyarno menceritakan, kebutuhan air bersih warganya terhitung kritis.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Sudah lama, sekitar dua pekan tidak ada lagi dropping air bersih. Sementara warga tidak memiliki cadangan uang guna membeli air bersih,” ujarnya.

Disela-sela menerima bantuan air bersih sebanyak tujuh tangki dari YPP, Tiyarno bercerita, dalam penanggalan Jawa bulan besar atau Idul Adha merupakan bulan baik. Artinya, banyak warga yang menggelar hajat, baik mantu atau hajat pengantin. Kebutuhan air bersih untuk hidangan minum sedikitnya dua tangki atau setara dengan 12.000-an liter.

Agar kebutuhan itu terpenuhi pada hari H, pihak tuan rumah meski inden dua pekan sebelumnya. Jika tidak, tuan rumah meski pandai-pandai mencari tambahan air. Caranya dengan mengadang mobil tangkis yang melewati jalur rumahnya. Harga yang dibanderol pun lebih tinggi dibanding biasanya.
Menurut Tiyarno, harga air bersih per tangkir saat ini senilai Rp120.000 hingga Rp150.000.

“Namun, jika diadang harga air bersih mencapai Rp200.000/tangki. Kebutuhan air bersih setiap orang punya hajat berkisar dua tangki hingga tiga tangki.”

Selain mengandalkan bantuan, warga daerah bencana rutin tahunan ini mengandalkan hewan piaraan seperti lembu dan domba.
Hewan piaraan itu “akan berubah” menjadi air jika musim kemarau melanda dengan cara dijual.

Salah seorang pengurus YPP Wonogiri, Henky Rachmat Effendi menyatakan, sedikitnya 15 tangki air didistribusikan ke beberapa daerah bencana kekeringan. Selain Petirsari, bantuan air juga didistribusikan ke Desa Joho dan Desa Gambirmanis, keduanya masuk Kecamatan Pracimantoro dan Desa Girikikis, Kecamatan Giriwoyo.

Camat Pracimantoro, Warsito, menyatakan, satu desa dari delapan desa langganan kekurangan air bersih di Pracimantoro sudah teratasi. Pembangunan sumber air sungai bawah tanah seperti Luweng Songo dan Luweng Seban mampu mencukupi kebutuhan air bersih warga Desa
Sumberagung.

“Distribusi bantuan air langsung ke masyarakat yang membutuhkan. Pihak kecamatan hanya memfasilitasi dengan menunjukkan lokasi-lokasi yang layak dibantu.”

Mantan Sekcam Paranggupito ini mengatakan, pihaknya berencana mengajukan bantuan pembelian jaringan perpipaan agar sumber air dari Luweng Songo dan Luweng Seban bisa dimanfaatkan warga Desa Petirsari dan Joho.

“Debit air cukup besar dan bisa dimanfaatkan warga desa tetangga seperti Petirsari atau Joho. Kendala yang dihadapi hanya jaringan perpipaan belum dipasang,” ujarnya tanpa menyebut debit air per menit. Lebih lanjut dijelaskannya, dana pengeboran sumber air dari Provinsi Jateng.

“Pengelolaan sumber air ditangani oleh OMS (organisasi masyarakat sipil). Warga membayar dan hasilnya untuk perawatan mesin pompa air dan operasional.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya