SOLOPOS.COM - Sholahuddin (Istimewa/Dokumen pribadi)

Solopos.com, SOLO -- Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati punya cara berbeda untuk membangun kesadaran warga. Ia akan mengirim pemudik yang tak mau menjalani karantina mandiri ke gedung kosong yang dikenal warag sebagai gedung angker.

Karantina mandiri untuk mencegah penularan Covid-19. Para pemudik, terutama dari zona penularan Covid-19, potensial menjadi pembawa virus corona baru penyebab penyakit tersebut. Beberapa warga yang ngeyel kemudian dikirim di gedung angker untuk menjalani karantina selama 14 hari.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namanya juga gedung angker, pasti bikin keder. Tiga orang yang menjalani karantina mandiri di gedung itu tak kuat dan minta ampun, minta diizinkan pulang. Mereka membuat surat pernyataan akan taat menjalani karantina mandiri di rumah.

Para peserta karantina di gedung angker itu mengaku sering melihat makhluk aneh pada malam hari. Ancaman masuk ”rumah hantu” ini menjadikan orang berpikir seribu kali dan pasti berusaha disiplin menjalani isolasi di tempat  karantina mandiri.

Ekspedisi Mudik 2024

Beberapa tahun lalu saya memeriksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam. Setelah memeriksa, dokter merekomendasikan saya dirawat di rumah sakit. Saya bernegosiasi minta rawat jalan. Saya ngeyel.  Mungkin jengkel, dokter mengeluarkan jurus pamungkas.

”Saya baru saja merawat pasien yang sakit seperti kamu. Akhirnya meninggal,” kata dokter itu  tanpa ekspresi.

”Sialan. Dokternya sadis,” begitu batin saya.

Saya menyerah. Menjalani bedrest di rumah sakit selama sepekan. Alhamdulillah sembuh. Bisa jadi ceritanya akan lain kalau saya tidak disiplin menuruti saran dokter.

Mengapa penghuni rumah angker akhirnya memilih menjalani karantina mandiri? Mengapa saya akhirnya mau dirawat di rumah sakit? Karena takut! Mereka takut hantu. Saya takut mati.

Secara fitrah manusia akan membuat kesadaran baru saat menghadapi situasi krisis, menghadapi rasa takut. Kesadaran mencari jawaban, kesadaran mencari jalan keluar. Ilmu pengetahuan juga diciptakan agar manusia bisa keluar dari krisis.

Sebelumnya, manusia menggunakan mitos guna menjawab masalah.  Saat ini pun para ahli bekerja keras untuk menemukan vaksin Corona Virus Disease-19 atau Covid-19 sekaligus menemukan obatnya. Ini sebagai ikhtiar untuk menjawab krisis.

Tanpa menemukan dua hal ini, perkembangan virus ini akan sulit ditekan. Beberepa hari lalu saya menulis status di akun Facebook: Serangan virus corona bukan akhir dari sejarah. Krisis ini justru akan melahirkan sejarah baru bagi manusia. Kita tunggu saja...

Status ini percikan pemikiran spontan saja atas dasar keyakinan. Faktanya, dalam sejarah, situasi pandemi dan krisis lain mengakibatkan keterpurukan sekaligus menjadi titik awal kebangkitan paradaban baru.  Fakta ini saya kutip dari tulisan Trias Kuncahyono,   Menuju Zaman Baru.

Jurnalis senior yang menulis di Kompas.id  ini mengemukakan sejarah bahwa wabah adalah faktor kunci mundurnya zaman purbakala sekaligus lahirnya abad pertengahan. Dengan kata lain, pandemi menjadi salah satu unsur yang mendorong perubahan zaman.

Pada zaman dulu, pandemi berpengaruh nyata terhadap sistem politik, ekonomi, atau budaya. Tatanan dunia berubah. Tatanan kehidupan berubah karena ada kesadaran manusia untuk menggunakan fitrah. Saya yakin banyak orang mencari jalan keluar dari situasi sulit ini.

Mencari jalan baru. Jalan yang tidak biasa seperti saat situasi normal. Di tengah keterbatasan, para pelaku usaha berkonsolidasi membangun strategi di luar kebiasaan bisnis yang dilakoni. Banyak keluarga juga mencari cara baru untuk bertahan hidup.

Belajar Banyak Hal

Sesungguhnya selama krisis ini manusia bisa belajar banyak hal. Kalau mau. Belajar disiplin, belajar menjaga kebersihan, belajar berpikir cepat secara terukur, belajar melihat kecenderungan masa depan dengan perhitungan sains yang matang, belajar saling membantu dan bersolidaritas meringankan beban hidup orang lain.

Penguasa perlu belajar menggunakan anggaran benar-benar untuk kepentingan rakyat, bukan kepentingan proyek semata. Wakil rakyat belajar merasakan penderitaan rakyat. Bukan malah menempatkan diri seolah-olah makhluk asing yang tidak peduli nasib rakyat.

Krisis juga menyadarkan tidak perlu lagi ada orang penting yang cenderung cengengesan seperti pada awal-awal virus corona tipe baru ini muncul. Mereka bilang terinfeksi virus bisa sembuh dengan sendirinya seperti virus flu biasa, tingkat kematian kecil hanya 2%, bahkan lebih besar kematian karena batuk dan pilek.

Ada yang berkata orang Indonesia kebal virus karena makan nasi kucing, Indonensia punya obat virus susu kuda liar, virus corona susah masuk Indonesia karena izinnya susah, tingkat kematian ”hanya”  500 orang.  Pernyataan-pernyataan yang tidak mencerminkan pendekatan sains, tapi cenderung ke arah mitos.

Sekarang kita terkaget-kaget. Ketidaksiapan para pemangku kepentingan sejak awal mengakibatkan situasi seperti saat ini. Persebaran virus sesungguhnya bisa diprediksi sejak awal. Kata kolumnis Thomas L. Friedman, dunia ini kian datar, tanpa batas.

Bukan hanya tanpa batas secara maya, tapi juga secara nyata. Mobilitas tinggi manusia antarnegara menyebabkan wabah di negeri yang jauh di sana mudah menular ke negara-negara lain. Mengapa ini tidak dipikirkan?

Pengalaman negara lain yang bisa menekan dampak virus karena faktor kepemimpinan yang bertindak cepat, tanpa memandang negara maju atau bukan, seharusnya jadi pelajaran. Negara adidaya Amerika Serikat babak belur menghadapi persebaranvirus ini karena kepemimpinan Presiden Donald Trump yang cengengesan.



Sebaliknya, negara biasa-biasa saja seperti Vietnam mampu menekan persebaran virus secara meyakinkan. Krisis akan melahirkan era baru jika warga dan penguasa bisa mengembangkan cara berpikir baru pada saat krisis.

Era baru tidak akan lahir dari orang yang mengalami krisis pemikiran saat krisis. Sayangnya, orang yang terinfeksi krisis pemikiran ini cukup banyak. Lebih suka menggunakan mitos ketimbang akal sehat.   Mungkin mereka perlu dimasukkan ke ”rumah hantu” di Sragen itu agar mereka sadar dan mau belajar.

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya