SOLOPOS.COM - Patrisia Irdhani Anindita, pengusaha laundry dan produk sarang burung walet menjadi pembicara dalam Pembekalan Alumni Unipma secara virtual, Selasa (9/11/2021). (Istimewa)

Solopos.com, MADIUN — Ratusan alumni Universitas PGRI Madiun (Unipma) mendapatkan pembekalan kewirausahaan pada hari kedua Pembekalan Alumni Unipma yang digelar secara virtual, Selasa (9/11/2021). Kewirausahaan menjadi hal penting yang harus dikuasai lulusan Unipma.

Hari kedua Pembekalan Alumni secara virtual, Unipma menghadirkan tiga pengusaha dari berbagai bidang untuk memberikan motivasi dan sharing dunia kewirausahaan. Tiga narasumber itu Direktur PT Insan Cendekia Nusantara, Tomy Listiawan. Perusahaan tersebut bergerak di bidang informatika, kuliner, start up.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Baca Juga : Kisah Berlian Florentine, Harta Karun Bernilai Rp10 Miliar dari India

Pengusaha lain, Patrisia Irdhani Anindtha. Dia pengusaha perempuan di bidang jasa laundry dan kuliner. Terakhir, Saiful Islam dari Telkomsel. Wakil Rektor III Unipma, R. Bekti Kiswardianta, mengatakan menumbuhkan jiwa wirausaha ini merupakan visi dan misi kampus Unipma. Harapannya bisa meluluskan alumni yang cerdas dan berdaya saing.

Dia menyampaikan lulusan Unipma selama ini banyak yang terjun di dunia usaha. Bahkan, 50 persen alumni berkecimpung di dunia wirausaha. Bekti menyampaikan pembekalan kewirausahaan bagi alumni ini penting. “Jiwa wirausaha itu dibutuhkan keberanian. Berani mencoba dan melakukan. Tanpa keberanian itu hanya teori. Pihak kampus selalu mendukung itu,” katanya.

Jeli Tangkap Peluang

Tomy Listiawan mengawali obrolan tentang kewirausahaan. Dia menyampaikan perusahaannya memiliki 6 entitas bisnis. Tomy bercerita dirinya sudah memiliki jiwa wirausaha sejak duduk di bangku SMA. Kala itu, dia tinggal di rumah indekos di sekitar kampus Akper Tulungagung.

Baca Juga : Menteri Agama Dukung Penanganan Kekerasan Seksual di Kampus

“Saat itu, saya melihat ada peluang di kampus Akper biasanya banyak jasa pengetikan. Saat itu, komputer saya sulap untuk jasa printing dan pengetikan. Saat itu tahun 2000-an. Saya berpikir pasarnya sudah ada, yaitu mahasiswa Akper,” ujar dia.

Usahanya berkembang hingga bisa membuka dua tempat persewaan komputer. Namun, tren persewaan komputer lesu karena bersaing dengan laptop. Dia beralih usaha mendirikan toko seluler atau jual-beli handphone dan pulsa. Usahanya berkembang pesat hingga memiliki tiga toko. “Dua di Tulungagung dan satu di Malang,” kata Tomy.

foto adv unipma 2
Tomy Listiawan yang merupakan Direktur PT Insan Cendekia Nusantara menjadi pembicara dalam Pembekalan Alumni Unipma secara virtual, Selasa (9/11/2021). (Istimewa)

Dia menutup usaha setelah lulus sarjana tahun 2008. Tomy fokus melanjutkan studi jenjang S2 dan S3. “Setelah lulus, jiwa melanjutkan bisnis muncul kembali. Dari situ saya mulai mendirikan start up Grabpay.id dan Agrecash. Dua start up ini bergerak di bidang agregator pembayaran,” ceritanya.

Dia menuturkan bisnis dinamis. Start up digital itu mengembangkan aplikasi digital payment setelah sukses menjadi agregator pembayaran. Tomy menyampaikan membangun bisnis harus memiliki keberanian mencoba, peka terhadap masalah, dan menciptakan solusi.

Baca Juga : Pertama di Jateng, Candirejo di Ngawen Klaten Jadi Desa Sensor Mandiri

Hal senada disampaikan Patrisia Irdhani Anindita. Pengusaha laundry dan kuliner berbahan sarang burung walet itu dulunya karyawan perusahaan besar di bidang properti. Dia menjalani kehidupan mapan sebagai karyawan sejak 2011 hingga 2018. “Keluar dari perusahaan, aku menjadi tenaga ahli di Kementerian Pariwisata. Di situ, aku bergaul dengan beragam orang dari berbagai latar belakang,” kata dia.

Pelihara Jaringan

Patrisia mulai terjun ke dunia wirausaha tahun 2018. Berawal dari membeli franchise laundry pakaian. Kali pertama terjun ke dunia wirausaha, Patrisia kaget karena keuntungannya sangat kecil. Dia berpikir menjalankan usaha 24 jam. “Wirausaha ini sesuatu yang baru. Satu bulan, dua bulan, tiga bulan, tantangannya banyak banget. Kalau jadi karyawan kan kerja jam 08.00 WIB sampai 17.00 WIB, bisa istirahat. Kalau pengusaha itu otak harus muter 24 jam,” ujarnya.

Usaha di bidang jasa itu, kata dia, dekat dengan komplain customer karena baju hilang maupun karyawan tidak bisa dipercaya. Menurutnya, berbisnis harus memiliki ilmu supaya dalam menjalankan usaha bisa untung. “Awal mulai bisnis, saya kerap mengikuti webinar bisnis, kursus entrepreneur,” ujar dia.

Dia merasakan keuntungan lumayan pada 2020. Namun, itu tidak bertahan lama karena pandemi Covid-19 memperburuk keadaan. Jumlah pakaian yang di-laundry turun dari 150 kilogram (kg) per hari menjadi 20 kg di awal pandemi. Padahal, dirinya harus menggaji tiga karyawan. Kala itu, dia memutuskan memangkas biaya produksi.

Baca Juga : Harta Rampasan Milik Koruptor Dihibahkan ke 5 Instansi, Ada Kemenag

Caranya memangkas biaya produksi dengan memproduksi detergen, pelembut pakaian, parfum, pelicin pakaian. Dia menjajal hingga menemukan formula pas hingga akhirnya menjual produk-produk tersebut. “Detergen, pelicin pakaian, dan lainnya dijual di marketplace. Itu pun tidak mudah. Aku mulai dengan door to door. Ada teman mau beli, aku suruh lewat marketplace dan memberikan review. Ini penting di digital marketing,” tutur Patrisia.

Hingga akhirnya, dia menggagas usaha kuliner sarang burung walet bersama tetangganya. Barang yang tidak layak ekspor diproduksi menjadi minuman sehat. Minuman dari sarang burung walet menjadi inovasi bisnis yang banyak diburu di masa pandemi Covid-19. Patrisia berpesan naik dan turun di dunia usaha itu hal biasa. Dia meminta selalu menjaga jaringan karena menunjang kesuksesan berwirausaha. (ADV)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya