SOLOPOS.COM - Model memeragakan busana berbahan batik dan lurik karya Rory Wardana dalam Fashion on the street di Jl. Sido Luhur, Kampung Batik Laweyan, Solo, Sabtu (28/9/2019). (Solopos-Sunaryo Haryo Bayu)

Solopos.com, SOLO — Pegiat usaha batik di Laweyan, Solo, mengembangkan konsep produksi batik ramah lingkungan dengan mengelola limbah melalui program Laweyan Eco Culture Creative Batik Solo.

Konsep tersebut bertujuan agar lingkungan sekitar khususnya sungai tidak tercemar limbah cair dari zat pewarna batik yang dihasilkan. Perwakilan Yayasan Warna-warni Indonesia, Sulistyadi, mengatakan pihaknya ingin ikut membantu Gerakan Nasional Kemitraan Penyelamatan Air (GNKPA).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Hal itu karena adanya dugaan Kali Jenes sebagai salah satu penyumbang pencemaran air terbanyak di Sungai Bengawan Solo akibat terpapar limbah cair industri batik Laweyan. Sehingga, program tersebut bertujuan membentuk ekosistem industri batik di Laweyan yang ramah lingkungan.

“Kami tidak ingin hanya sekadar batik. Kami juga sudah memiliki fasilitas IPAL Komunal. Maka langkah kami yang pertama adalah merevitalisasi IPAL tersebut untuk bisa digunakan sebagai alat pengelolaan limbah industri batik di Laweyan. Hasilnya sudah bagus. Tinggal dikembangkan saja,” jelasnya kepada wartawan di Solo, Rabu (2/10/2019).

Meskipun begitu, menurut Sulistyadi, belum semua industri batik di Laweyan terintregasi dengan IPAL komunal dalam mengelola limbah. Proses akan dilakukan secara bertahap hingga semua pelaku usaha batik menggunakan IPAL untuk mengelola limbah. Sehingga, misi untuk ikut menyelamatkan air sungai bisa terwujud.

“Sebenarnya yang tidak menggunakan IPAL masih banyak. Sekarang yang pengguna IPAL baru tujuh industri. Ini baru langkah awal, nanti perlahan semakin ditambah dan target kami tentu semua industri batik di Laweyan menggunakan IPAL. Sehingga, produksinya bisa ramah lingkungan dan tidak mencemari sungai,” imbuh dia.

Ketua Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan Solo, Alpha Febela Priyatmono, mengatakan gerakan tersebut untuk mewujudkan kawasan industri yang ramah lingkungan.

Selain mengandalkan IPAL Komunal, pihaknya juga menelusuri sungai dengan proyek Bengawan Solo sungai bersih. Tujuannya untuk mengidentifikasi industri batik dekat sungai agar ikut berpartisipasi mewujudkan misi tersebut.

“Menurut saya semua pelaku industri sepakat karena gerakan ini sudah dimulai sejak tahun 2007. Gol besar kami adalah membuat kawasan industri yang bersih dari limbah. Sehingga, nanti bisa terwujud sungai yang bersih,” terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya