SOLOPOS.COM - Salah seorang perajin wayang tengah memahat dalam proses pembuatan wayang di Desa Kepusari, Kecamatan Manyaran, Wonogiri belum lama ini. (Istimewa)

Solopos.com, WONOGIRI -- Upaya regenerasi bagi perajin wayang di Desa Kepuhsari, Kecamatan Manyaran, Wonogiri, terus dilakukan agar ikon budaya di desa tersebut tidak hilang.

Upaya yang dilalukan agar tetap ada perajin wayang di kampung wayang itu dengan menambahkan muatan lokal dalam pembelajaran di sekolah dasar. Selain itu para perajin juga melatih anak-anak di desa itu untuk membuat wayang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Desa Kepuhsari, Sularjo, mengatakan salah satu cara yang dilakukan agar seni wayang tetap lestari yakni dengan menambahkan muatan lokal dalam pembelajaran sekolah dasar (SD) di Kepuhsari.

Kebakaran di Pabrik Busa Kalijambe Sragen, Kerugian Ditaksir Capai Miliaran

Ekspedisi Mudik 2024

"Anak-anak SD diberi materi atau pembelajaran tentang teknik tatah sungging, salah satu proses pembuatan wayang. Sehingga anak-anak mendapatkan bekal keterampilan membuat wayang sejak dini, mulai dari SD," kata dia saat dihubungi Solopos.com, Minggu.

Pengurus Sadar Wisata atau Pokdarwis Tetuko Desa Kepuhsari, Wonogiri, Retno Lawiyani, menganalogikan dari 100 orang siswa yang menerima pembelajaran muatan lokal wayang tidak semuanya bakal menjadi perajin wayang. Namun, dari keseluruhan siswa itu pasti yang tertarik dan berbakat menjadi perajin wayang. Sehingga regenerasi itu tetap ada.

Ia mengatakan, di desa tersebut terdapat beberapa sanggar wayang. Setiap sanggar itu berupaya mengenalkan dan menularkan ilmu tentang pembuatan wayang kepada anak muda.

"Di luar jam sekolah, anak-anak bisa belajar di sanggar secara gratis. Harapan kami budaya yang menjadi ikon di Desa Kepuhsari tidak hanyut di era modernisasi ini," kata dia saat dihubungi Solopos.com, Minggu (25/10/2020).

Dengan metode itu, kata Retno, ke depan anak-anak muda diharapkan tidak hanya mendengar atau menceritakan bahwa di desanya tersebut memiliki karya seni atau budaya yang bernilai tinggi. Tetapi mereka menjadi pelaku seni itu sendiri. Mereka bisa membuat sekaligus mempelajari budayanya.

Komunitas

Untuk memperkuat dan mempertahankan generasi, dibuatlah satu komunitas atau wadah khusus yang bertugas mengurusi seni wayang di desa itu. Setiap pengurus tersebut selalu ada regenerasi.

"Konsepnya, dalam setiap generasi golongan tua menjadi fasilitator dan golongan muda menjadi pengurus. Pengelola atau pengurus masuk dalam anggota Badan Usaha Milik Desa Kepuhsari. Saat ini banyak pemuda yang terlibat di dalamnya," ungkap dia.

Hindari Persebaran Covid-19, Ini Beragam Alternatif Liburan di Rumah

Di era digital seperti ini, lanjut dia, para pemuda mempromosikan kampung wayang Kepuhsari secara online. Diharapkan, langkah tersebut menjadi daya tarik masyarakat luar untuk berkunjung ke kampung wayang.

"Kalau yang sudah tua atau sepuh akan kesulitan jika mempromosikan melalui digital atau online. SDM pemuda ini kami manfaatkan. Hal itu juga sebagai salah satu langkah agar mereka semakin mencintai seni perwayangan," kata Retno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya