SOLOPOS.COM - Suasana debat publik putaran II Pilkada Solo 2020 di TATV, Kamis (3/12/2020) malam. (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO -- Debat publik putaran II Pilkada Solo 2020, Kamis (3/12/2020) malam di Gedung TATV berlangsung seru. Kedua pasangan cawali-cawawali saling serang dan adu argumentasi.

Pantauan Solopos.com, pasangan Bagyo Wahyono-FX Supardjo (Bajo) tampil jauh lebih agresif ketimbang saat Debat Publik I Pilkada Solo 2020, Jumat (6/11/2020) malam lalu di The Sunan Hotel Solo.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Mereka konsisten menyerang pasangan Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa dari PDIP. Salah satunya ketika Bagyo menanyakan rencana pengembangan seni tradisi dan kebudayaan Solo.

Ini Dia Profil Pemilik Baru Hartono Mall Solo, Si Raja Properti yang Tajir Melintir

Dalam debat putaran II Pilkada Solo itu, Bagyo menyebut Gibran figur muda yang belum banyak memahami kebudayaan Solo. "Mas Gibran kan masih muda. Budaya Solo ini mau njenengan bawa ke mana? Kultur budaya njenengan belum tahu-tahu betul," ujarnya.

Mendapat pertanyaan seperti itu Gibran merespons dengan mengakui dirinya masih muda dan perlu banyak belajar. Tapi ia menyatakan punya komitmen kuat untuk mengembangkan budaya dan tradisi luhur bangsa.

Gibran mencontohkan tradisi Sekaten Keraton dan Grebeg Sudiroprajan. "Saya memang masih muda harus banyak belajar tapi saya yakin seperti saya sampaikan pada segmen awal. Warisan budaya adalah pilar kekuatan dan magnet bagi wisatawan. Maka saya ingin budaya kita seperti sekaten, grebeg Sudiro dan lain lain harus kita pertahankan," tuturnya.

Mimpi Apa Coba, Ibu Rumah Tangga Sukoharjo Dapat Grandprize Suzuki All New Ertiga Dari BRI

Pada debat putaran II Pilkada Solo itu Gibran juga mengatakan pekerjaan rumah saat ini yakni mencari guru yang tepat bagi anak-anak. Misalnya untuk memanfaatkan perangkat gamelan yang sudah ada di sekolah-sekolah.

Sungai Bawah Tanah

Saat memberikan penjelasan suara Gibran sempat meninggi. Ia pun menyinggung bahwa berdialog yang dilakukan untuk mencari solusi, bukan menghina.

Tak diam saja, pasangan Gibran-Teguh memberikan serangan balik dengan mempertanyakan rencana Bajo membangun sungai dan jalur kereta bawah tanah. Sebab, menurut mereka rencana pembangunan jalur kereta dan sungai bawah tanah tidak tepat untuk Solo yang kondisi tanahnya bekas rawa-rawa.

Kapolresta Solo Ungkap Motif Penembakan Mobil Pemilik Duniatex Ada Hubungan Dengan Bisnis

Selain itu butuh anggaran yang sangat besar untuk membangun proyek-proyek tersebut. Menanggapi pertanyaan pada debat putaran II Pilkada Solo itu, Bagyo Wahyono menyatakan kebutuhan anggaran pembangunan sungai bawah tanah bisa dari APBD Solo selama beberapa tahun dan iuran warga Solo.

"Anggaran kita ambil 30 persen dari APBD. Lainnya bersinergi dengan pengusaha-pengusaha Solo. Dengan membangun ini bisa bertahan sampai 100 tahun. Selama ini kan bongkar pasang saja. Kereta bawah tanah akan berlaku 100 tahun lebih. Segi bangunan jangan kira njenengan saja yang punya konsultan. Kami juga ada konsultan. Jangan mengecilkan wong cilik," papar Bagyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya