SOLOPOS.COM - Ilustrasi vaksin booster Covid-19. (Freepik)

Solopos.com, SOLO-Mengingat virus corona sangat cepat bermutasi, tidak sedikit muncul anggapan perlunya mendapatkan suntikan vaksin booster Covid-19 setiap tahun. Benarkah demikian? Simak penjelasannya di info sehat kali ini.

Saat ini sejumlah negara tengah memberikan suntikan vaksin booster Covid-19 atau dosis ketiga. Bahkan Israel telah melakukan uji coba suntikan dosis keempat dan belakangan melonggarkan peraturan tentang suntikan dosis keempat ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Lalu, benarkah kita benar-benar perlu mendapatkan suntikan vaksin booster Covid-19 setiap tahun?  Sebelumnya, Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular di Institut Kesehatan Nasional, Amerika Serikat, Dr. Anthony Fauci, telah mengeluarkan prediksi tentang persebaran Covid-19 dan cara memeranginya menuju masa depan baru kita.

Baca Juga: Lokasi Vaksin Booster di Solo, Lengkap dengan Cara Daftar dan Syaratnya

Ekspedisi Mudik 2024

Meskipun booster telah membantu, namun demikian, Fauci berpendapat bahwa suntikan booster sebenarnya tidak diperlukan setiap tahun atau sesering yang diperkirakan di awal. Pada bulan November, Layanan Kesehatan Nasional Inggris menjelaskan bahwa vaksin booster Covid-19 nasional diperlukan seperti suntikan flu tahunan.

Mereka akan siap dan mampu menyediakan layanan tersebut (melalui BMJ). Jerman juga siap menawarkan layanan semacam itu kepada warganya jika diperlukan. Namun demikian, seperti dikutip dari Bisnis.com pada Jumat (11/2/2022), Anthony Fauci tidak begitu yakin bahwa perlu melakukan hal yang sama di Amerika Serikat. Orang yang relatif muda dan sehat tanpa kondisi kesehatan yang mendasarinya mungkin memerlukan booster hanya setiap empat atau lima tahun daripada setiap tahun. Fauci berhati-hati untuk menyoroti bahwa ini hanya untuk orang-orang yang tidak rentan terhadap efek Covid-19 yang paling serius yang diketahui.

Pernyataannya sejalan dengan perkiraan Organisasi Kesehatan Dunia Juni 2021, bahwa WHO menganggap booster tahunan untuk individu berisiko tinggi sebagai skenario dasar ‘indikatif’, dan booster setiap dua tahun untuk populasi umum.

Baca Juga: Mengapa Perlu Vaksin Booster? Ini Penjelasan Dokter RS UNS

Sebelumnya diketahui bahwa mereka yang mendapatkan vaksin booster Covid-19 juga tidak sepenuhnya aman dari varian Omicron atau pun Delta.  Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian Rumah Sakit (RS) UNS, dr. Tonang Dwi Ardyanto, Ph.D, menyampaikan semua orang yang telah tervaksinasi memang memungkinkan dapat terinfeksi Covid-19 kembali. Proporsinya diestimasikan sebesar 3% secara nasional atau 10% untuk kondisi Jakarta berdasarkan simulasi hitungan sederhana yang telah dilakukan.

“Maka, menjawab pertanyaan bagi yang telah melakukan vaksinasi booster namun terinfeksi Covid-19 kembali, karena ketika divaksin disuntikkan melalui lengan otot kita. Kemudian akan membentuk antibodi di paru-paru. Tetapi, memang dalam membentuk antibodi di saluran nafas relatif rendah. Dengan demikian, masih ada risiko untuk terinfeksi Covid-19. Maka, yang harus dilakukan ialah mengontrol kesehatan sebagai upaya membatasi virus yang akan masuk ke tubuh. Kalaupun nantinya terkena Covid-19 kembali, akan mengalami gejala ringan karena sudah kuatnya antibodi yang terbentuk di paru-paru,” jelas Tonang dalam keterangan tertulis pada Kamis (10/2/2022).

“Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa vaksin untuk mencegah gejala bukan mencegah adanya infeksi,” imbuh dr. Tonang. Melihat kondisi rumah sakit yang kian mengalami penambahan pengunjung terinfeksi Covid-19 membuat dr. Tonang menghimbau untuk melakukan isolasi mandiri di rumah selama masih dalam tahap gejala ringan dan bisa termonitor oleh pemerintah daerah (pemda).

Baca Juga: Gencarkan Vaksin Booster, Pemerintah Antisipasi Kenaikan Varian Omicron

“Indikasi gejala ringan ialah ketika mengalami tanda-tanda terinfeksi Covid-19, segera periksakan, dan nanti akan ditentukan oleh tenaga kesehatan terkait metode isolasinya. Atau bisa di deteksi dengan mengukur kecepatan nafas yang berada pada frekuansi di bawah 20 per menit maka dianggap normal, sedangkan ketika mendekati 25-30 per menit maka diharapkan waspada,” ungkap Tonang.

Masyarakat Indonesia yang tak terinfeksi Covid-19, tak perlu khawatir tertular ketika ada tetangga mereka terinfeksi dan melakukan isolasi mandiri.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya