SOLOPOS.COM - Salah satu perajin wayang di Desa Kepuhsari, Sutar, saat menjelaskan ragam wayang buatannya kepada Solopos.com, Kamis (24/2/2022). (Solopos/Luthfi Shobri Marzuqi)

Solopos.com, WONOGIRI — Perajin wayang kulit di Desa Kepuhsari, Kecamatan Manyaran, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah punya siasat beragam dalam rangka memenuhi hajat hidup selama hampir dua tahun pandemi Covid-19.

Mulai dari beralih profesi hingga membuat kreasi untuk beradaptasi dengan keadaan itu dijalani sebagian besar perajin wayang kulit di Desa Kepuhsari. Kenyataan itu harus mereka jalani. Sebab seni pertunjukan jadi sektor yang ikut terdampak semasa pandemi Covid-19. Otomatis berdampak pada pesanan wayang kulit.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Informasi yang dihimpun Solopos.com, perajin wayang di Desa Kepuhsari Wonogiri bisa berjumlah ratusan orang. Beberapa dari mereka terpaksa beralih profesi, beradaptasi dengan keadaan, atau justru banting setir meninggalkan pekerjaan sebagai perajin wayang.

Baca Juga : Tertarik Menjelajah Kampung Perajin Wayang Kulit Klaten? Ini Lokasinya!

Dua perajin wayang kulit Desa Kepuhsari, Sutar dan Retno Lawiyani. Masing-masing dari mereka menghadapi pandemi Covid-19 dengan cara berbeda. Sutar memilih beralih profesi sebagai penjahit sedangkan Retno memilih adaptasi dengan cara berkreasi.

Sutar menerima pesanan jahitan pakaian bersama istri dan anaknya. Hal itu dilakukan seusai satu setengah tahun tak ada pelanggan memesan wayang. Namun demikian, ia masih saja menatah wayang setiap hari.

“Misalnya pagi sekitar pukul 07.30 WIB sampai pukul 10.00 WIB saya menatah wayang. Setelah itu saya lanjutkan menjahit,” ucap Sutar saat ditemui Solopos.com, Kamis (24/2/2022).

Baca Juga : Bangkitkan Kerajinan Wayang Klaten Lewat Pengembangan Kampung Wisata

Pandemi Covid-19 memang membuatnya kehilangan pemesan wayang, namun baginya justru menjadi waktu untuk membuat stok wayang kulit. “Misalnya dulu sebelum pandemi Covid-19 saya bikin lalu langsung terjual habis. Sekarang saya bikin langsung masuk peti, sebagai stok. Semisal ada yang mau pesan wayang tinggal mengambil stok di peti,” katanya.

Wayang Karakter Wajah

Lain halnya Retno. Pandemi Covid-19 mengajarkannya untuk beradaptasi dengan keadaan. “Istilahnya, dibalik kesulitan mungkin ada jalan dan melalui pandemi Covid-19 saya belajar memanfaatkan media sosial [medsos],” ucap Retno.

Selama ini Retno fokus sebagai pelukis wayang kulit. Seperti warga lain di Desa Kepuhsari, keterampilan Retno didapat secara turun temurun. Saat pandemi Covid-19, ia mengkreasikan wayang dalam berbagai jenis produk, seperti souvenir, wayang berkarakter wajah manusia, hingga vandel.

Baca Juga : Menyelamatkan Regenerasi Pengrajin Wayang Kulit di Klaten

“Mulanya ketika kunjungan Gubernur Jawa Tengah [Jateng], Ganjar Pranowo. Saat ia mengunjungi Kampung Wayang, saya diminta membuat wayang berkarakter wajah Pak Ganjar memakai masker,” tutur Retno menceritakan.

Ia mengunggah hasilnya ke Instagram dan banyak yang berminat dibuatkan wayang berkarakter wajah manusia. “Sejak pandemi saya jadi makin banyak ilmu dari berkreasi, meskipun itu harus membuat saya memutar otak lebih keras karena keadaan. Saya belajar meyakinkan pembeli melalui marketplace dan berkomunikasi aktif dengan pelanggan,” jelas Retno.

Retno membagikan proses membuat wayang pesanan mulai dari nol hingga tahap penyelesaian. Setiap tahap itu dibagikan dengan cara dipotret dan dijelas. “Mulai dari tahap sketsa wayang, tahap pewarnaan, sampai kurir datang mengambil paket pesanan. Semua saya komunikasikan ke pelanggan. Dan yang terpenting harus ada kejelasan estimasi waktu pembuatan maupun pengiriman.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya