SOLOPOS.COM - Gardu Pandang di Objek Wisata Bukit Plirikan yang terletak di Desa Pare, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Foto diambil Selasa (4/1/2022). (Solopos/Luthfi Shobri Marzuqi)

Solopos.com, WONOGIRI — Bukit Plirikan di perbukitan Desa Pare, Kecamatan Selogiri, menjadi salah satu objek wisata di Kabupaten Wonogiri yang menawarkan pesona alam dan lokasi swafoto bagi pengunjung.

Namun, pantauan Solopos.com, Selasa (4/1/2022), kondisi bukit Plirikan atau puthuk Plirikan cenderung tak terawat dengan baik. Ketika menapaki Bukit Plirikan, ditemui sejumlah fasilitas seperti gardu pandang, taman, ayunan, spot foto, dan gazebo.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pengunjung harus berjalan kaki sekitar 50 meter dari tempat parkir untuk mencapai fasilitas itu. Omong-omong tentang tempat parkir yang seharusnya ada di lokasi wisata, tetapi tak ada di area Bukit Plirikan.

Baca Juga : Bukit Nirbaya, Saksi Bisu Eksekusi Mati di Nusakambangan

Pengunjung yang ingin memarkirkan kendaraan harus meminta izin memanfaatkan lahan warga di sekitar objek wisata Bukit Plirikan. Dilansir dari situs resmi Desa Pare, pare.desa.id, Bukit Plirikan mempunyai sejarah pada masa perang revolusi mempertahankan NKRI.

Disebutkan, Bukit Plirikan digunakan mengawasi pasukan Belanda. Warga menyiapkan bambu sebagai senjata kala itu. “Oleh karenanya nama Plirikan itu karena bukit dipakai untuk melirik [memantau] musuh. Asal mula penamaannya begitu,” kutip Solopos.com seperti disampaikan mantan Kadus Dusun Susukan, Sukiyo.

Solopos.com menjumpai Ngatno, salah satu warga yang tinggal di sekitar Bukit Plirikan. Ia memperbolehkan pengunjung memarkirkan kendaraan di halaman rumahnya.

Baca Juga : Dijuluki Alcatraz Indonesia, Ini 4 Fakta Unik Nusakambangan

“Dulu pernah ada pengunjung yang parkir di bawah. Tapi pas mereka usai berkunjung dari bukit, kehilangan motornya,” ujar Ngatno saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa.

Enggan Berkomentar

Kondisi itu membuat Ngatno mempersilakan pengunjung memarkirkan motor di halaman rumahnya. Bukan hanya persoalan minim keamanan kendaraan pengunjung.

Pengunjung harus melewati jalan setapak menanjak dan ditumbuhi rumput liar untuk menjemput keindahan alam dari Bukit Plirikan. Begitu sampai atas bukit, Solopos.com melihat fasilitas gardu pandang tak memadai.

Baca Juga : Pesona Wisata Nusakambangan Timur: Mistis, Eksotis, Historis

Gardu pandang digunakan pengunjung untuk melihat keindahan alam di Wonogiri. Namun, beberapa pijakan tangga pada gardu pandang itu lepas. Kondisi itu membahayakan pengunjung yang ingin melihat Jembatan Nusantara dan Waduk. Dua infrastruktur itu bisa dilihat dari Gardu Pandang Bukit Plirikan.

Solopos.com mencoba mencari konfirmasi dari perangkat Desa Pare selaku pengelola objek wisata Bukit Plirikan. Namun, Kepala Desa Pare, Sugeng, tidak berada di kantor Desa Pare pada Senin (3/1/2022).

Begitu pun perangkat desa yang berada di ruang sekretariat. Mereka enggan memberikan komentar perihal salah satu objek wisata Wonogiri, Bukit Plirikan di Desa Pare. “Mohon maaf, sekarang sedang sibuk ini,” ujar perangkat Desa Pare di kantor, Senin.

Baca Juga : Asale Nusakambangan Jadi Rumah Tahanan Kelas Kakap

Keesokan hari, Selasa (4/1/2022), Solopos.com menghubunginya melalui WhatsApp. Tetapi, sampai berita ini ditulis, Kepala Desa Pare itu tak dapat dihubungi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya