SOLOPOS.COM - Aktivitas warga di depan Pasar Kota Sragen tak begitu ramai, Kamis (20/8/2020). Pasar tersebut akan direvitalisasi dengan dana Rp200 miliar mulai 2021. (Tri Rahayu/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN — Hampir semua unit usaha terdampak pandemi Covid-19 yang mulai melanda Sragen sejak pertengahan Maret 2020 lalu. Hampir semua pedagang Pasar Kota Sragen mengalami penurunan pendapatan secara drastis dan jadi pekerjaan rumah pada 2021.

Sebagai Ketua Kerukunan Pedagang Pasar Kota Sragen (KPPKS), Mario kerap mendapat keluhan dari teman-temannya sesama pedagang. Namun, ia sendiri kebingungan untuk memberi solusi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pendapatan pedagang itu anjlok hingga 100% dibandingkan sebelum terjadi pandemi Covid-19. Sebagian pedagang memilih tutup kios/los. Sebagian pedagang tetap bertahan meski pasar sepi pembeli. Mario sendiri harus membawa dagangan ke rumah supaya tetap bisa jualan.

Kantong Kering, Pria dari Balikpapan Nekat Menyeberang Laut Pakai Galon

“Saya tidak bisa bicara soal pemulihan ekonomi [pada 2021]. Kami belum tahu kapan pandemi berhenti. Pasar sudah lesu selama sembilan bulan,” papar Mario kepada Solopos.com, Kamis (31/12/2020).

Mario berharap pandemi segera berakhir sehingga perekonomian pedagang kembali bangkit. Lebih khusus lagi, ia berharap proyek pembangunan Pasar Kota Sragen tidak memperburuk keadaan mereka di 2021. Dalam hal ini, ia meminta para pedagang lama tetap menghuni lantai I, entah apa dagangan mereka.

“Harapannya los, kios dan toko tidak berubah tempatnya. Setelah dibangun, pedagang juga tidak dipungut kompensasi apapun alias gratis,” papar Mario.

Perhatikan Warna Cat Kamar Bayi, Fengsui Bilang Bisa Tenangkan Mood

Datangnya pandemi Covid-19 juga membuat hampir semua pengusaha batik di Desa Pilang menghentikan kegiatan produksi. Ini terjadi karena stok barang mereka menumpuk di pedagang. Para pedagang batik yang berlokasi di kota-kota besar kesulitan menjual barang.

Hal ini membuat para pedagang tidak bisa membayar batik kepada pengusaha. Karena kegiatan produksi mandek, sebagian besar bangunan pabrik batik mangkrak.

Sewakan Bangunan

Sebagian bangunan itu disewakan kepada pihak lain. Saat ini hanya terdapat beberapa pengrajin yang tetap memproduksi batik karena ada pesanan dari pelanggan lama. Umumnya, pesanan itu berupa seragam sekolah atau kantor.

Jadi Beban Keluarga, Pria Sumut Dicoret dari Keluarga, Begini Kisahnya...

“Pada 2021, kami berharap pandemi Covid-19 berakhir sehingga kondisi bisa normal lagi. Besar harapan UKM batik bisa kembali melaksanakan aktivitas produksi lagi. Pasar batik bisa ramai kembali dan semua yang berhubungan dengan ekonomi masyarakat bisa jalan lagi,” ujar koordinator pengrajin batik Desa Pilang, Suwanto, kepada Solopos.com.

Lebih dari 1.500 buruh batik di Desa Pilang kehilangan pekerjaan sebagai dampak terjadinya Pandemi Covid-19. Sebagian besar dari pengusaha batik di Desa Pilang yang berjumlah sekitar 100 orang memilih menghentikan aktivitas produksi. Terpuruknya usaha batik itu tidak lepas dari mandeknya pencairan giro dari para pedagang batik di kota-kota besar seperti Jakarta.

Hal itu dikarenakan target penjualan dari batik tidak bisa terpenuhi sebagai akibat terjadinya pandemi Covid-19. Padahal, para pengusaha batik di Desa Pilang juga punya tanggungan utang untuk membayar kain maupun obat pewarna. Kesulitan semacam itu sejatinya tak beda dengan pelaku usaha di Pasar Kota Sragen yang jadi harapan diselesaikan pada 2021.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya