SOLOPOS.COM - Pembeli gorengan di warung Kadis Janggan Smarasanta pada Sabtu (22/1/2022). Warung tersebut dikelola oleh penyandang disabilitas di Desa Gladagsari, Boyolali. (Solopos/Ni'matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Penyandang disabilitas di Desa Gladagsari, Kecamatan Gladagsari, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah berdaya dengan membuka usaha, yakni warung gorengan dan menjual kerajinan tangan.

Sabtu (22/1/2022) sore di salah satu rumah Gladagsari, terlihat lima orang sedang beraktivitas. Dua orang sibuk menata gorengan di gerobak, dua orang lain menggoreng di teras rumah. Seorang lagi, laki-laki, duduk di teras rumah sambil sesekali memegang kruk tongkat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kelima orang itu penyandang disabilitas di Desa Gladagsari. Mereka membuka usaha warung gorengan setiap sore. Warung tersebut bernama Kadis Janggan Smarasanta artinya kami disabilitas mandiri, siap melayani dengan setulus hati.

Baca Juga : Ortu Jangan Tabu Beri Edukasi Terkait Reproduksi kepada Anak Difabel

Ekspedisi Mudik 2024

“Kalau sore begini kami berjualan gorengan, itu setiap hari. Kalau siang, terkadang kami jual kerajinan produk-produk yang kami buat. Ada juga titipan produk dari Komunitas Disabilitas Ampel. Itu semua produk dari disabilitas, ada gantungan kunci, keset, bantal, dan lain-lain,” kata salah satu pengelola warung, Hera Septina Ardityani, 41, kepada Solopos.com saat ditemui di sela-sela berjualan, Sabtu.

Hera mengatakan warung tersebut baru saja berdiri awal tahun ini. “Warung itu baru mulai [buka] Jumat tanggal 14 Januari 2022,” ungkapnya.

Hera, salah satu penderita bipolar atau termasuk disabilitas mental. Keempat anggota lain penyandang disabilitas fisik. Warung berada di rumah Hera karena ditujukan sebagai salah satu terapi.

Baca Juga : Perjuangan Daryati Kembangkan Perpustakaan Berbasis Inklusi di Boyolali

“Ini ngelapaknya di rumah saya sebagai salah satu terapi. Saya ingin melatih mental misal berhadapan dengan orang banyak bagaimana. Pada awalnya kan saya tidak percaya diri karena ada riwayat Schizophrenia,” ungkap perempuan yang juga masih menjalani terapi di salah satu rumah sakit di Boyolali.

Lebih lanjut, Hera mengatakan warung tersebut dibuat untuk memberdayakan penyandang disabilitas di Gladagsari.

“Alasan warung ini dibuat yang pertama untuk memberdayakan disabilitas di Gladagsari. Kemudian membuat kegiatan yang positif untuk teman-teman dan memberikan kemerdekaan untuk disabilitas. Ini yang menginisiasi Perpustakaan Desa Gladagsari,” ujar Hera.

Baca Juga : Beri Bantuan Penyandang Disabilitas Basin, Kapolres Klaten: Semangat!

usaha disabilitas boyolali
Para pengurus warung sedang memasak di teras rumah Hera pada Sabtu (22/1/2022). Per hari, penghasilan warung tersebut rata-rata Rp60.000 hingga Rp128.000. (Solopos/Ni’matul Faizah)

Tak Hanya di Rumah

Hera mengakui usaha gorengan belum bisa memberikan keuntungan kepada anggota karena penghasilan berkisar Rp60.000-Rp128.000 per hari.

Hanya ada penghasilan untuk dimasukkan ke kas warung, sewa gerobak jualan, dan modal. Namun, hal tersebut, tidak masalah karena yang terpenting bagi mereka bisa berkegiatan positif dan bertemu dengan sesama penyandang disabilitas.

“Pembagian hasil sih belum ya untuk gorengan. Untuk kerajinan tangan pernah karena profitnya bisa dibagi ke anggota. Walau belum berprofit, kami terus berkegiatan karena ini kegiatan positif yang membuat hati kami senang,” kata Hera.

Baca Juga : Serapan Tenaga Kerja Penyandang Disabilitas di Sukoharjo Masih Minim

“Kami juga bisa bertemu rekan-rekan sesama disabilitas. Intinya dengan segala keterbatasan, kami melayani dengan sepenuh hati,” imbuh dia.

Hera berharap warung itu dapat membantu menyejahterakan disabilitas di Gladagsari, membentuk mental, dan rasa percaya diri. “Harapannya lewat Kadis Jangga Smarasanta kami dapat sejahtera walaupun profit masih sedikit. Ya agar pede [percaya diri] kami meningkat, kemudian mental kami terbentuk. Salah satunya mental pengusaha,” harapnya.

Baca Juga : Nasi Belut Jadi Favorit Angkringan Penyandang Disabilitas Klaten

Pengurus warung lain, Didik Darmadi, 47, mengatakan ia tidak memiliki pekerjaan dan hanya di rumah sebelum membuka usaha warung. “Saya di sini setiap jam dua siang. Kalau sebelumnya ya hanya di rumah, bersih-bersih rumah. Dulu pernah bersih-bersih di masjid, namun sempat terjatuh lagi. Kemudian istirahat ya di rumah saja,” kata Didik.

Didik mengaku lebih senang saat berinteraksi dengan teman-teman disabilitas di warung. “Saya suka ketika berkumpul dengan teman-teman, banyak kegiatan. Kalau di rumah ya sendiri, kadang sama keponakan. Kalau di sini lebih senang dapat bertemu dengan teman-teman.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya