SOLOPOS.COM - Purwanto (JIBI/Harian Jogja/Mediani Dyah Natalia)

Purwanto (JIBI/Harian Jogja/Mediani Dyah Natalia)

Shock. Itulah yang dialami Purwanto dan istrinya Titik Setyawati saat mengetahui anak keduanya lahir dengan isi perut terburai. Bagaimana tidak, selama di dalam kandungan anak yang dinanti tersebut tidak pernah menunjukan gejala keanehan apapun.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tidak ada tanda-tanda sama sekali. Bayi yang diperkirakan bidan lahir 13 April 2012, maju jadi 30 Maret 2012. “Saat dilahirkan, ternyata anak saya itu lahir dengan organ tubuh seperti usus ginjal dan kantung pipis berada di luar perut,” kata Purwanto terbata kepada Harian Jogja saat ditemui di RSUP Dr Sardjito, Rabu (4/4).

Purwanto mengatakan, selama mengandung istrinya tidak pernah lalai memeriksakan diri ke bidan. Tapi memang belum pernah memeriksakan USG karena tidak punya uang.

Usai mengutarakan kisah hidupnya, pria yang bekerja sebagai buruh bangunan ini sempat diam sesaat, seolah mengumpulkan kekuatan berbicara. Dengan lirih ia kembali bercerita jika istrinya yang berusia 24 tahun terus-menerus menangis mengetahui hal ini.

Beruntung bidan yang menolong persalinan tanggap dan segera mengirim bayi tersebut ke RS Wates. Sayang rumah sakit daerah tersebut angkat tangan karena tidak memiliki peralatan memadai. “Lalu langsung dirujukkan ke Sardjito. Kasihan dia masih kecil tapi harus dibawa pergi jauh,” jelasnya.

Titik tidak dapat mendampingi karena masih dalam masa pemulihan. Purwanto menghadapi dan menemani anak yang belum diberi nama itu seorang diri.

Sampai di RSUP Dr Sardjito, dokter menyatakan bayi itu harus segera dioperasi dan dibuatkan kantong khusus. Namun, lagi-lagi ia harus menerima kenyataan pahit karena kondisi fisik anaknya masih lemah sehingga tindakan tidak dapat segera dilakukan.
Purwanto juga harus pontang-panting mencari dana sebesar Rp4 juta untuk membeli kantong tersebut. Adapun, selama di rumah sakit, ia praktis tidak bekerja sehingga sama sekali tidak memiliki penghasilan.

“Uang dari mana. Saya cuma buruh, penghasilan tidak tentu. Istri ibu rumahtangga biasa,” desahnya. Bahkan biaya hidup sementara ini ditambah ongkos bolak-balik ke rumah sakit terpaksa dipinjamnya dari teman-teman yang bersimpati.

Lebih menyesakkan bagi Purwanto, dia tidak bisa menjumpai bayi yang belum genap berusia sepekan itu. Tim dokter melarang bayi ditemui siapapun, kecuali ibu kandung. Alhasil jika berkunjung ke RSUP Dr Sardjito, ia hanya dapat menjaga dan mengawasi dari luar ruangan sembari berdoa kencang.

“Setelah dua hari istri saya bisa datang. Dia boleh masuk dan menemani bayi. Tapi dia hanya melihat dan menangis sambil pegang-pegang saja,” kata pria asli Kalibawang, Kulonprogo ini.

Kualitas pertemuan istri dan bayi disebutnya kurang karena di rumah keduanya masih memiliki tangungan anak pertama Riski Nur Wahid yang berusia 3,5 tahun. Setiap hari, hanya Purwanto yang mendapat kesempatan menjaga sang buah hati dari jauh.
Purwanto dan Titik miris jika anak sulungnya itu menanyakan kabar adiknya. Dengan berat hati ia hanya mampu menjelaskan dedek-nya masih sakit dan harus tinggal di rumahsakit.

Apapun yang terjadi, di tengah harapan mereka, pasangan itu mengaku belajar untuk menerima. “Saya berharap ada yang membantu supaya anak saya bisa sembuh. Supaya anak saya dapat menjalani hidup seperti kakaknya,” pungkas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya