SOLOPOS.COM - Suci Alya Maharani anak pemilik Bati Sucialya memegang batik tulis produk usaha orang tuanya. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Keuntungan materi biasanya menjadi tujuan seseorang dalam berbisnis. Namun tidak sepenuhnya hal itu berlaku bagi pengusaha Batik Sucialya, Ratih Handayani, di Jati RT 006, RW 001, Kelurahan Pilang, Masaran, Sragen.

“Pelaku bisnis tentu butuh keuntungan materi itu wajar, demikian juga saya. Namun ada satu misi dalam bisnis saya bahwa berbisnis batik terutama batik tulis karena nguri-uri budaya Jawa. Sehingga batik yang kini ditetapkan sebagai warisan dunia bisa tetap ada untuk anak cucu kita,” ujar Ratih ketika berbincang dengan Solopos.com, Rabu (7/10/2020).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Oleh karena itu, batik tulis yang diproduksi Batik Sucialya tetap mematuhi pakem pembuatannya. Kendati menurut Ratih, proses pembuatan batik tulis menjadi lebih lama, namun hal itu tidak menjadi permasalahan. Karena yang terpenting kualitas produk dipertahankan.

Termasuk proses pembuatan batik cetak print cabut Batik Sucialya, lanjut Ratih, tetap mempertahankan pakem tidak langsung dipasarkan. Harga batik tulis Batik Sucialya antara Rp1 juta-Rp2 juta. Sedang batik cetak print cabut Rp100.000-Rp300.000.

“Jadi ini bentuk tanggungjawab saya untuk mewariskan batik ke generasi selanjutnya. Bahkan batik tulis produk Sucialya ditulisi bulan dan tahun. Agar bisa jadi cerita, sehingga batik tulis tidak punah. Apalagi saat ini pembatik dengan pakem Jawa sudah jarang,” kata Ratih.

Blibli Dukung UMKM Virtual Expo 2020, Dorong UMKM Lokal Go Digital

Perkuat Pasar

Untuk memulai bisnis batik tulis dan cetak print cabut, Ratih tidak begitu saja mendirikan pabrik atau usaha. Kendati dia hidup di kawasan industri batik, Desa Wisata Batik Pilang, Sragen. Namun Ratih memilih untuk membentuk pasar terlebih dahulu.

“Prinsip saya menjalani bisnis tidak ngoyo. Ibarat naik gunung dengan tergesa-gesa, saya memilih dengan menikmati pemandangan hingga sampai puncak tidak ngos-ngosan,” tuturnya.

 

Batik cetak print cabut produk Batik Sucialya. (Istimewa)

Untuk mengetahui pasar, Ratih pun rela jadi sales batik sejak 2003 sebelum benar-benar membuka usaha batik pada 2012. Karena ia ingin mengetahui apa yang diinginkan pasar termasuk kualitas.

“Saya jadi sales batik sejak mahasiswa. Jadi ambil batik dari pengusaha batik di sekitar tempat tinggal kemudian saya jual ke teman, pedagang di klewer, toko-toko atau showroom. Ternyata ini membentuk pribadi saya dalam menjalankan bisnis Batik Sucialya termasuk mengatasi kendali,” jelasnya.

Tiki Webinar Series: Strategi UMKM Menguasai Pasar

Sehingga ketika ada pandemi Covid-19, kendati sempat mengalami penurunan pada penjualan hal itu bisa diatasi. Bahkan kini Ratih mampu bangkit dan berjualan kembali memenuhi permintaan. Tak hanya Solo, namun Batik Sucialya sampai Jakarta bahkan ekspor ke Afrika.

“Apalagi setelah mengikuti UMKM Expo dari Solopos pengetahuan tentang branding produk, jualan online semakin bertambah. Kendati saya sudah jualan online sejak Januari 2020 namun ilmu yang didapatkn dari UMKM Expo sangat bermanfaat,” jelas ibu dari Suci Alya Maharani ini.

Produk Batik Sucialya diposting Ratih di akun Facebook : batik sucialya dan di Instagram : batik.sucialya. Namun, bagi yang ingin kontak secara langsung, lanjutnya, bisa menghubungi nomor 083865962922.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya