SOLOPOS.COM - Proses pemberian warna dasar pada kain batik cap yang diproduksi perajin batik Mekar Sari di Dusun Bendungan, Desa Jendi, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Selasa (6/9/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri M.)

Solopos.com, WONOGIRI — Sejumlah perempuan yang tergabung dalam kelompok perajin batik Mekar Sari di Dusun Bendungan, Desa Jendi, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, terus mengembangkan produksi batik yang kini diklaim sebagai inovasi di desa setempat. Hal itu lantaran batik yang mereka produksi tergolong unik, yakni mengombinasikan batik tulis, cap, dan ciprat.

Berdasar informasi yang dihimpun, produksi batik di Dusun Bendungan digagas sejak 2019. Mulanya, ada 16 perempuan yang mengikuti pelatihan membatik di Balai Latihan Kerja (BLK) Wonogiri. Selama 20 hari, mereka dilatih cara memproduksi batik tulis.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seusai menjalani pelatihan selama 20 hari, sebanyak 16 perempuan tersebut telah mempunyai keterampilan membatik. Namun keterampilan mereka masih sebatas menguasai ilmu dasar, yakni merajin batik tulis. Keterampilan dasar itu dianggap masih kurang di era sekarang.

Selanjutnya, Revolani selaku penggagas batik Mekar Sari dan belasan perempuan pengurus PKK Dusun Bendungan beranjangsana ke pebisnis batik di daerah lain. Di antaranya Kecamatan Tirtomoyo (Wonogiri), Karanganyar, Solo, hingga Jogja. Hasil anjangsana itu membuat Revo berpikiran membuat produk batik yang berbeda.

“Kalau batik tulis biasa kan sudah banyak. Batik cap dan ciprat juga sudah ada. Saya usul, bagaimana kalau dikombinasikan antara tulis, cap, dan ciprat. Ibu-ibu menyetujui. Kami juga menyurvei harga. Di Jogja misalnya, harga batik tulis di sana bisa sampai Rp1,5 juta. Kami bisa menekan hingga setengahnya,” ucap Revo, sapaan akrabnya, Selasa (6/9/2022).

Baca Juga: Kisah Batik Wonogiren Mulai Dikenal setelah Dipromosikan Ibu Tien Soeharto

Tak lama setelah pelatihan dan anjangsana, batik Mekar Sari mulai diproduksi. Setiap hari, dari pukul 09.00 WIB hingga menjelang sore, Revo bersama ibu-ibu di Dusun Bendungan memproduksi batik.

Dua lokasi yang biasa menjadi tempat produksi batik, yakni di Rumah Pintar yang dikelola Pemerintah Desa (Pemdes) Jendi dan rumah salah seorang warga di Dusun Bendungan. Seiring dimulainya produksi, batik kombinasi buatan warga Dusun Bendungan mulai dipesan orang.

Selain menerima pesanan batik kombinasi, perajin batik Mekar Sari juga siap menerima pesanan batik tulis maupun cap. Dari semula 16 perempuan perajin batik, kini yang tersisa hanya 10 orang.

“Kami sesuaikan dengan permintaan pemesan. Ada yang minta batik tulis, kami bikinkan tulis. Ada yang minta batik cap kami bikinkan cap,” imbuh Revo.

Baca Juga: Sejarah Karnaval dalam Perayaan Acara Besar seperti di Wonogiri

Ia menjelaskan, proses produksi batik tulis dengan batik lainnya berbeda-beda. Hal itu dipengaruhi tingkat kesulitannya. Waktu yang dibutuhkan saat membikin batik tulis bisa berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

“Soalnya batik tulis itu kan prosesnya sulit. Harus menggambar dulu, nyanting satu per satu sampai satu kain penuh. Setelah itu diberi warna dasar, dijemur, diwarnai lagi. Lalu direbus dengan air sebelum siap dijual. Berbeda dengan batik cap, enggak perlu menggambar dan nyanting dulu, sudah ada cetakannya. Kalau pembuatan batik ciprat hanya dengan menciprati kain dengan pewarna,” paparnya.

Kain batik Mekar Sari ukuran 2 m x 1,15 m hingga 2,5 m x 1,15 m biasanya dijual Rp125.000/kain hingga Rp750.000/kain. Semakin mahal harga batik, menunjukkan tingginya tingkat kesulitan saat proses pembuatannya.

“Setiap bulan ada saja yang memesan. Mulai dari warga sekitar, PKK di tingkat kecamatan hingga dipesan sebagai seragam partai politik,” kata dia.

Baca Juga: Ada Fashion Show Batik Ciprat Karya Disabilitas di Karnaval Wonogiri

Revo mengatakan penjualan batik kombinasi tulis, cap, dan ciprat sempat sampai ke Belgia. Hal itu terjadi saat salah satu saudara Revo dari Belgia berkunjung ke Indonesia.

“Sewaktu tahu saya jualan batik, dia tertarik membeli dan membawanya ke Belgia. Setelah itu, dia memesan batik lagi untuk dikirim ke Belgia. Lantaran terkendala ongkos kirim yang lebih mahal dari harga sepotong kain, saya enggak berani mengirim ke sana,” katanya lagi.

Tahun 2020, batik Mekar Sari didaftarkan sebagai produk inovasi desa. Dalam kompetisi Inovasi Desa yang digelar Pemkab Wonogiri tahun 2020, batik Mekar Sari berada di urutan tujuh besar. Seusai mendapat urutan ketujuh, produk inovasi tersebut diperlombakan kembali di tahun berikutnya.

Batik Mekar Sari pernah diikutkan dalam kompetisi Inovasi Desa 2021. Saat itu, Desa Jendi meraih peringkat lima dari 200-an kompetitor. Produk inovasi yang diajukan tak hanya batik Mekar Sari. Tapi terdapat pula Program Bank Sampah yang dikelola warga Dusun Bulu.

Baca Juga: Ekspedisi UMKM 2022: Menggali Inspirasi dari 12 UKM Tangguh di Jateng

“Dari seluruh desa di Kecamatan Selogiri hanya Desa Jendi yang mendapat nominasi. Tahun ini, kami menargetkan menambah produk inovasi lagi, jadi totalnya ada tiga. Tapi untuk sementara kami baru merancangnya,” Kepala Desa (Kades) Jendi, Suharni, saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (7/9/2022).

Selain mengikutsertakan batik Mekar Sari pada kompetisi Inovasi Desa, Pemdes Jendi juga memberi bantuan dan ikut memasarkan agar batik Mekar Sari dapat terus berkembang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya