SOLOPOS.COM - Batik Tulis Bakaran (Instagram/@wisata_batik_bakaran)

Solopos.com, PATI -- Motif batik khas Pati yang dikenal dengan batik tulis Bakaran memiliki ciri tersendiri, yaitu warna yang didominasi dengan unsur hitam dan cokelat. Unsur corak atau motifnya beraliran pada corak motif Batik Tengahan dan Batik Pesisir.

Mengutip situs Patikab.go.id, Sabtu (26/6/2021), aliran Tengahan adalah corak yang memperkenalkan batik tulis wilayah Desa Bakaran dari kalangan Kerajaan Majapahit. Jenis motif Tengahan diindikasi pada corak batik Padas Gempal, Gringsing, Bregat Ireng, Sido Mukti, Sido Rukun, Namtikar, Limanan, Blebak Kopik, Merak Ngigel, Nogo Royo, Gandrung, Rawan Truntum, Magel Ati, Liris Blebak Duri, Kawung Tanjung, Kopi Pecah, Maggaran, Kedele Kecer, Puspo Baskora, Ungker Cantel dan beberapa motif tengahan lain.

Promosi BRI Bantu Usaha Kue Kering di Sidoarjo Berkembang Kian Pesat saat Lebaran

Sedangkan aliran batik tulis Pesisir menggambarkan karakter wilayah Desa Bakaran yang berada di pesisir pantai dan aliran Pesisir ini diindikasikan pada motif batik tulis Blebak Urang dan Loek Chan. Pada umumnya, corak batik Bakaran berbeda dengan corak batik daerah lain, baik dari segi gambar, ornamen maupun warnanya dan pada setiap motif umumnya mempunyai makna yang sangat filosofis.

Baca Juga : Menelusuri Selat Muria, Cikal Bakal Kota-Kota Pantura Jateng

Keterampilan membatik tulis Bakaran di Desa Bakaran tak lepas dari buah didikan Nyi Banoewati, penjaga museum pusaka dan pembuat seragam prajurit pada akhir Kerajaan Majapahit abad ke-14. Motif batik yang diajarkan adalah motif batik Majapahit, misalnya sekar jagat, pedas gempal, mage latu dan limaran. Sedangkan motif khusus yang diciptakan Nyi Banoewati sendiri yaitu gandrung.  Motif tersebut terinsipirasi dari pertemuan dengan Joko Pakuwon, sang  kekasih di Tiras Pandelikan.

Waktu itu,  Joko Pakuwon berhasil menemukan Nyi Banoewati dan kedatangan Joko Pakuwon ini membuat Nyi Banoewati yang sedang membantik melonjak gembira sehingga secara tidak  sengaja, tangan Nyi Banoewati mencoret kain batik dengan canting berisi malam yang memang saat itu aktivitasnya disibukkan dengan membatik.

Coretan itu membentuk motif garis-garis pendek dan di sela-sela waktunya, Nyi Banoewati menyempurnakan garis-garis itu menjadi motif garis silang yang melambangkan kegandrungan atau kerinduan yang tidak terobati.

Motif Kontemporer

Motif-motif khas itu perlu mendapatkan perlakuan khusus dalam pewarnaan dan pewarnaannya pun harus menggunakan bahan-bahan alami, seperti kulit pohon tinggi yang menghasilkan warna coklat, kayu tegoran untuk warna kuning dan akar kudu untuk warna sawo matang.

Sayangnya, bahan-bahan pewarna itu sudah sulit ditemui sekarang ini. Meskipun demikian, batik tulis Bakaran masih memiliki banyak peminat  seperti masa Kerajaan Majapahit di mana Batik bakaran menjadi komoditas perdagangan antarpulau melalui Pelabuhan Juwana.

Saat ini warga Bakaran selain melestarikan motif Nyi Banoewati, mereka juga mengembangkan aneka macam motif kontemporer, antara lain motif pohon druju (juwana), gelombang cinta, kedele kecer, jambu alas, dan blebak urang. Yang kemudian menjadi ciri khas batik bakaran adalah motif ‘retak’ atau remek-nya.

Baca Juga : Dulu Makan 1 Telur Dibagi 8, Lelaki Pati Ini Kini Beraset Triliunan Rupiah

Ada beberapa proses, dan teknik dalam pembuatan batik bakaran, yakni mulai dari nggirah, nyimplong, ngering, nerusi, nembok, medel, nyolet, mbironi, nyogo, dan nglorod. Proses ini bertahap mulai tahap pertama sampai terakhir. Bila sudah selesai maka corak batik sudah bisa dinikmati. Tahapan-tahapan tersebut dikerjakan perajin secara manual tanpa ada alat-alat baru seperti cap, printing, sablon dsb.

Dahulu para perajin sebelum proses pembatikan dimulai, mereka melakukan ritual dulu. Ada yang puasa 3 hari, ada yang satu minggu, ada yang satu bulan ada yang 40 hari. Setelah melakukan puasa ini perajin melakukan pertapaan/ nyep dengan tujuan mendapatkan inspirasi/ ilham, sehingga suatu ketika atau secara tiba-tiba tidak tersadari mendapat gambaran/ bayangan motif batik yang akan dibuat.

Sekarang ini batik bakaran sudah ada yang dipatenkan oleh Ditjen HAKI sebagi motif batik milik Pati. Terhitung semuanya berjumlah 17 motif yang terpatenkan. Ke tujuhbelas motif itu semuanya adalah motif klasik. Di antaranya adalah, motif blebak kopik, rawan, liris, kopi pecah, truntum, gringsing, sidomukti, sidorukun, dan limaran, dan lain sebagainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya