SOLOPOS.COM - Seorang pekerja menggiling sampah dengan alat penggilingan sampah organik saat pembuatan pupuk kompos di TPS 3R Jati, Masaran, Sragen, Jumat (26/2/2021). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Tempat pengolahan sampah (TPS) yang disediakan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) baru bisa menyerap 50% sampah rumah tangga. Kesadaran masyarakat untuk memilah sampah rumah tangga dan diolah di TPS masih belum maksimal.

Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati dan rombongan meninjau ke sejumlah TPS. Sambil gowes, rombongan ke TPS Terpadu di Manding dengan kapasitas sampai 10 ton per hari. Kemudian ke TPS 3R di Dukuh Ngepos, Desa Jetak, Sidoharjo, dengan kapasitas 3-5 ton per hari. Selanjutnya bergerak menuju TPS 3R Jati, Masaran, Sragen.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Wakil Bupati (Wabup) Sragen Dedy Endriyatno ikut bersama Sekretaris Daerah (Sekda) Tatag Prabawanto dan pejabat lainnya. Setelah mengecek ke sejumlah TPS, Wabup Sragen melihat dari volume sampah yang dikelola masih belum optimal. Dia menyarankan kepada pengelola dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sragen untuk membangun kesadaran masyarakat supaya memilah sampah rumah tangga antara yang organik dan non organik.

Baca jugaKabar Baik, Pemkab Sukoharjo Siapkan Subsidi Modal Untuk UMKM

Di sisi lain, Dedy melihat perlu tambahan fasilitas peralatan dan penataan lingkungan di TPS Terpadu dan TPS 3R Sragen. Penataan lingkungan yang dimaksud Dedy seperti pembangunan pagar, jalan, dan yang lainnya. “Perlengkapan pengolahan sampah organik seperti biobakteri dan molase juga diperlukan. Kemudian perlengkapan pengolahan sampah non organik juga harus ditambah supaya hasilnya maksimal,” jelasnya.

Dedy menekankan dari semua itu yang paling utama membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengolahan dan pemilahan sampah. Dia mengatakan edukasi kepada masyarakat terus digiatkan dengan semua cara dan semua media. Dia menyampaikan persoalan sampah itu menjadi tanggung jawab bersama untuk masa depan lingkungan yang aman. “Edukasi dan habit forming paling efektif untuk menyadarkan masyarakat melalui struktur yang paling bawah, yakni rukun tetanga (RT) dan dasawisamanya,” ujarnya.

Baca jugaGubernur Ganjar Wajibkan Kepala Daerah Punya Medsos, Jekek Tak Sepakat

Pengelola Desa

Kepala DLH Sragen Samsuri mengakui bila sampah rumah tangga yang bisa terolah baru 50% di sejumlah TPS. Di TPS 3R itu sudah disiapkan amrol atau kontainer sampah untuk penampung residu dari hasil pengolahan sampah. Memang operasional di TPS Terpadu Manding belum optimal karena baru selesai dibangun 2020. Untuk memaksimalkannya butuh sarana dan prasarana pendukung.

“Untuk pengolahan TPS 3R baik di Jati maupun di Ngepos itu diserahkan kepada Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang dibentuk desa. Pemerintah Desa yang mengelola TPS 3R itu. Kalau di Ngepos itu yang mengelola Desa Jetak dan yang Jati itu yang mengelola Pemdes Jati,” ujarnya.

Baca jugaKeluarga Bocah Korban Pelecehan Seksual Oknnum Pesilat Sragen Ngungsi ke Grobogan

Terpisah, Kepala Desa Jati, Masaran, Sragen, Karnawan, menjelaskan Pemerintah Desa sudah mengalokasikan anggaran Rp14 juta pada 2020 dan Rp20 juta pada 2021 untuk pengoperasian TPS 3R Jati. Dia mengatakan untuk sementara TPS itu baru melayani dua dukuh. Yakni Dukuh Masaran Kulon yang terdiri atas tujuh RT dan Dukuh Jati yang terdiri atas empat RT.

“Kesadaran warga di dua dukuh tersebut sudah baik. Kalau dukuh lain yang mau ikut dipersilakan. Sampai sekarang pengolahan sampahnya sudah jalan. Bahkan setiap hari bisa mengangkut sampah residu ke TPA Tanggan dua kali dengan menggunakan truk amrol. Untuk penghasilan dari pengolahan sampah juga lumayan, dalam sebulan bisa menghasilkan Rp1,3 juta,” ujarnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya