SOLOPOS.COM - Ilustrasi sekolah (Freepik)

Solopos.com, BOYOLALI -- Siswa di Boyolali diketahui banyak yang tidak terjangkau pembelajaran jarak jauh atau PJJ selama masa belajar di rumah akibat pandemi Covid-19.

Mereka kebanyakan adalah siswa yang tinggal jauh dari perkotaan. Kendala utama mereka adalah tidak tersedianya jaringan Internet sebagai instrumen pendukung teknologi PJJ.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di samping itu, kepemilikan gadget seperti telepon seluler, komputer, atau laptop juga belum merata.

Salah satu sekolah yang mengalami kendala dalam sistem pembelajaran jarak jauh adalah SMP NU 1 Wonosegoro yang berjarak sekitar 39 kilometer (km) dari pusat kota Boyolali.

Belum Ada Sanksi, Ini Langkah Satlantas dan Dishub Solo Halau Pesepeda Di Flyover Manahan

Kepala sekolah setempat, Yunsoni, mengatakan pembelajaran jarak jauh atau daring hanya menjangkau kurang dari separuh jumlah muridnya. Dia mengatakan hanya 45 persen siswa sekolah itu yang bisa ikut proses pembelajaran daring.

"Sinyal susah, kondisi ekonomi orang tua tidak mampu beli paket data karena sebagian petani dan buruh. Ada juga yang tak punya ponse, sehingga mereka tidak terjangkau pembelajaran,” ujarnya, Selasa (30/6/2020).

Belum Terjangkau Internet

Meski tahu kendala sistem pembelajaran jarak jauh di sekolahnya yang berada di wilayah perbatasan Boyolali, Yunsoni mengatakan tidak dapat berbuat banyak.

Berseberangan Dengan Rudy, Legislator DPRD Solo Justru Dukung Pilkada Digelar Tahun Ini

Akhirnya, siswa yang belum terjangkau Internet terbiarkan selama kurang lebih tiga bulan pada masa pembelajaran dari rumah. Padahal PJJ diperkirakan masih akan diterapkan pada tahun ajaran baru 2020/2021 mulai 13 Juli nanti.

Dia berencana mengidentifikasi kembali jarak rumah semua siswa dan kepemilikan gadget/dan ketersediaan jaringan untuk PJJ. Bagi yang tidak bisa terjangkau teknologi dalam PJJ tersebut, ia mewacanakan pendidikan metode kunjungan ke rumah-rumah siswa.

“Kunjungan ini sebenarnya antara mungkin dan tidak mungkin karena siswa kami banyak yang rumahnya jauh. Ada yang jarak rumahnya 6 km dari sekolah. Nanti kami sesuaikan dengan kondisi gurunya juga,” ujar dia.

Langgar Perwali Penanganan Covid-19 Solo, 28 Orang Kena Sanksi

Sementara itu, pegawai Kantor Koordinator Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Boyolali untuk wilayah Kecamatan Selo, Biyanto, mengatakan hal senada dengan Yunsoni.

Menurutnya, sebagian keluarga anak didik di daerah itu juga tidak memiliki gadget. Pada masa pembelajaran jarak jauh ini, siswa di Selo, Boyolali, diberi tugas secara langsung di sekolah dengan pengaturan waktu agar tidak terjadi kerumuman.

Dia mencontohkan anak-anak kelas tertentu datang ke sekolah hari Senin untuk mengambil tugas hari Senin, Selasa, dan Rabu. Mereka akan datang lagi ke sekolah hari Rabu untuk mengumpulkan tugas sekaligus mengambil tugas hari Kamis, Jumat, dan Sabtu.

"Sedangkan siswa kelas lainnya penugasan diberikan kepada anak lewat orang tua dengan aplikasi WhatsApp,” ujarnya.

Keluarga Bantah ABK Ceper Klaten RAZ Bersaudara Dengan Penjual Dawet Positif Covid-19 Asal Pedan

Sementara itu, warga Desa Samiran, Selo, Mujiyanto, mengatakan PJJ anaknya dilakukan dengan mengikuti siaran TVRI. “Karena di daerah kami tidak semua keluarga siswa punya ponsel atau tidak bisa menggunakannya, sekolah meminta anak-anak menonton siaran pendidikan TVRI sesuai jadwal. Jika ada penugasan, nanti dikumpulkan kepada gurunya,” kata dia.

Kontak Fisik

Sementara itu, Kepala Disdikbud Boyolali, Darmanto, mengatakan sekolah-sekolah di bawah naungannya memiliki kondisi wilayah yang berbeda-beda. Karena tenaga pendidik di Boyolali pun memberikan metode pembelajaran jarak jauh yang beragam.

“Dalam kondisi saat ini di mana tidak boleh ada kerumunan dan kontak fisik semua merasakan kesulitan dalam pendidikan. Solusinya memang harus PJJ. Saya serahkan kepada masing-masing sekolah dan disesuaikan dengan kondisi wilayah masing-masing,” ujarnya saat ditemui di ruang kerjanya.

Tambah 2 Dari Baki dan Kartasura, Positif Covid-19 Sukoharjo Tembus 93 Orang

Pada tahun ajaran baru nanti, sekolah diminta tetap memberikan PJJ sambil menunggu petunjuk lebih lanjut dari pemerintah.

“Jika memungkinkan untuk dilakukan tatap muka, pun sepertinya masih harus blended learning atau kombinasi dengan PJJ. Tapi sekolah juga harus sudah siap dengan protokol kesehatan pencegahan persebaran Covid-19. Kami akan sosialisasi dan memantau kesiapan mereka,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya