SOLOPOS.COM - Bupati Wonogiri, Joko Sutopo (berdiri), memberi arahan kepada peserta acara Advokasi Pengembangan Kabupaten Layak Anak (KLA) dalam Rangka Percepatan Wonogiri Menuju KLA di Ruang Giri Manik, Sekretariat Daerah (Setda) Wonogiri, Jumat (7/2/2020). (Solopos/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI -- Bupati Wonogiri Joko Sutopo yang akrab disapa Jekek menyentil tokoh masyarakat yang dianggapnya kurang peka terhadap persoalan kekerasan seksual terhadap anak.

Hal itu dia nilai sebagai salah satu penyebab banyaknya kasus kekerasan terhadap anak di Wonogiri. Sepanjang Januari hingga awal Februari ini saja sudah ada lima kasus kekerasan seksual pada anak di Wonogiri.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu disampaikan Jekek saat acara Advokasi Pengembangan Kabupaten Layak Anak (KLA) dalam Rangka Percepatan Wonogiri Menuju KLA di Ruang Giri Manik Sekretariat Daerah (Setda), Jumat (7/2/2020).

Menurut Jekek, tokoh di lingkungan masyarakat yang mestinya bisa mencegah atau segera menangani justru tidak peka dengan kondisi sekitarnya. Alhasil, saat ada anak yang menjadi korban kekerasan seksual, kasusnya tak pernah mengemuka.

Pilkada Solo: Puguh Jalani Fit & Proper Test di DPP PDIP Jakarta Senin Siang

Ironisnya, ada kasus yang baru diketahui setelah korban menghadapi kekerasan seksual dari orang terdekat selama beberapa tahun. Jekek mencontohkan beberapa kasus asusila terhadap anak pada 2019 lalu, seperti kasus pencabulan terhadap anak perempuan di Baturetno.

Dia tak habis pikir kasus itu bisa terjadi, padahal domisili korban dekat dengan tokoh masyarakat, seperti pegawai negeri sipil (PNS) kecamatan dan tokoh lain. Kasus di Nguntoronadi lebih memprihatinkan.

Di kecamatan itu ada anak perempuan yang diduga dicabuli tujuh orang hingga hamil. Ironisnya, tokoh-tokoh masyarakat sekitar justru memfasilitasi perdamaian. Pelaku hanya diminta memberi kompensasi Rp4,5 juta/orang kepada keluarga korban.

Adik Seno Gede Bantah Dampingi Gibran di Pilkada Solo 2020

Kasus di Eromoko tak kalah tragisnya. Anak perempuan yang menjadi korban pencabulan oleh ayah tiri hingga hamil dan baru diketahui warga dan tokoh setelah empat tahun tindakan bejat itu dilakukan, yakni sejak korban kelas VIII SMP sampai kelas XI SMA.

“Anak kehilangan HP saja akan gelisah dan terlihat susah hati. Apa lagi kalau kehilangan harga diri. Masa tokoh-tokoh setempat tidak ada yang peka untuk deteksi dini. Masa baru empat tahun peristiwa berlangsung baru ketahuan, jangan-jangan masalahnya ada di kita lo yang selama ini abai,” ucap Jekek.

Jekek menegaskan sekuat apa pun regulasi yang disiapkan pemerintah, kalau tidak terbangun kesadaran sosial yang baik, kondisi tersebut tidak akan berubah. Dia ingin proses mewujudkan Wonogiri menjadi KLA didahului kerja membangun kepekaan, kepedulian, dan kesadaran masyarakat, termasuk tokoh-tokoh.

5 Tahun Jadi Supeltas di Perlintasan KA Dagen Karanganyar, Pria Ini Kantongi Rp100.000/Hari

Ruang tersebut dapat dimasuki dengan pendekatan ketokohan. Bupati menilai langkah itu akan efektif lantaran masyarakat Wonogiri masih bersifat paternalistik atau sangat menghormati tokoh. Instrumen pendekatannya harus menyentuh tataran agama dan sosial.

Upaya ini mesti dilaksanakan bersama-sama dengan didahului penentuan langkah strategis terlebih dahulu. Bupati tak ingin prosesnya hanya diisi kegiatan seremonial.

“Gelar penyuluhan-penyuluhan yang sasarannya jelas, anak-anak yang rawan alami kekerasan seksual misalnya. Jangan hanya kader-kader," imbuh Jekek.

Jekek memerintahkan semua desa menganggarkan minimal Rp100 juta untuk penyuluhan ibu-ibu dan pemuda-pemudi. Camat juga diminta rutin terjun ke desa-desa, jangan sampai berhenti.

Fantastis! King Cobra Sinyo di Madiun Ditawar Jutaan Rupiah, Tapi…

Sementara itu, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPKB P3A) Wonogiri, Setyarini, tak memungkiri kasus kekerasan seksual terhadap anak masih jadi masalah di Kota Sukses.

Persoalan itu menjadi tantangan dalam mewujudkan Wonogiri menjadi KLA. Selama ini Wonogiri belum menjadi KLA karena belum terbangun kesadaran bahwa mewujudkan daerah yang ramah anak adalah tugas bersama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya