SOLOPOS.COM - Embung Purbasari di perbukitan Desa Krakitan, Kecamatan Bayat kerap didatangi para pemancing. Foto diambil Selasa (9/11/2021). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN—Keberadaan Embung Purbasari dan embung lainnya yang tersembunyi di Dukuh Batilan, perbukitan Krakitan, Bayat, Klaten, berpotensi menjadi objek wisata. Apalagi air embung itu tidak pernah surut selama musim kemarau dan memiliki panorama yang indah.

Kepala Desa (Kades) Krakitan, Nurdin, mengatakan pemerintah desa berniat mengelola kawasan embung tersebut menjadi kawasan wisata. Hanya, pengelolaan itu terkendala posisi embung yang berada di lahan Perhutani.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebagai langkah awal, pemerintah desa pernah mengusulkan anggaran ke pemerintah pusat agar ada alokasi anggaran untuk perbaikan jalan yang sebagian masih berupa tanah dan bebatuan. Namun hingga kini usulan tersebut belum ada jawaban.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Wow! Ternyata Ada Embung di Perbukitan Krakitan Klaten

“Kalau tidak salah usulan kami Rp1 miliar. Kami mau mendanai dari dana desa. Karena ada pandemi Covid-19, kami tidak bisa mendanai karena anggaran digunakan untuk penanganan Covid-19,” kata Nurdin, Selasa (9/11/2021).

Nurdin menjelaskan potensi wisata di kawasan Embung Purbasari cukup besar. Kawasan itu teduh dengan banyak pohon jati dan cemara. Selain itu, dari kawasan embung bisa melihat kawasan Rawa Jombor dan Klaten dari ketinggian.

Kawasan embung juga memiliki potensi menjadi tempat pemancingan. Dia berharap keinginan warga dan pemerintah desa menjadikan kawasan embung sebagai potensi wisata bisa terwujud.

Baca Juga: Hari Pahlawan, Puluhan Bocah di Klaten Ziarah ke Makam Ajudan Soekarno

“Setiap kali ada TNI latihan, biasanya berhenti di kawasan yang teduh banyak pepohonan. Di tempat itu warga biasa jualan minuman seperti teh, kopi dan lainnya. Kalau kondisi hari biasa banyak orang yang memancing,” kata dia.

Nurdin mengatakan dulu lokasi itu sering untuk kegiatan off road dan trabas. “Tetapi sementara kami larang karena bisa merusak jalan dan kasihan petani kalau mau ke tegalan,” jelas dia.

Selama ini, kawasan embung dikelola warga sekitar bernama ikatan warga kadus III. “Nah, pengelolaan perikanan itu dikelola ikatan tersebut. Selama ini ada kegiatan memanen ikan dan kegiatan gotong royong. Hasil dari budi daya ikan itu digunakan untuk kas lingkungan seperti RT dan RW,” kata Nurdin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya