Banyak Batu, Pembangunan SD Srunen Terhambat

Lokasi pembangunan gedung permanen SD Srunen di Gading, Glagaharjo, Cangkringan. Foto diambil Senin (10/9) (JIBI/Harian Jogja/Switzy Sabandar)

SLEMAN—Pekerja bangunan gedung permanen SD Srunen di Dusun Gading, Glagaharjo, Cangkringan, Sleman meminta tambahan tenaga untuk pengerjaan fondasi bangunan. Mereka mengeluh banyak bebatuan yang menghambat pembangunan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Padahal, pembangunan gedung permanen SD Srunen ditargetkan selesai dalam empat bulan terhitung sejak 1 September 2012.

Sebelumnya, Kepala SD Srunen, Prihyanto menuturkan, pada Januari 2013 siswa diharapkan sudah menempati gedung permanen yang baru dan jika bangunan tidak selesai tepat waktu, maka pihak kontraktor akan didenda sebesar lima persen per hari.

Yamidi, salah satu pekerja bangunan gedung permanen SD Srunen berharap tambahan pekerja sekitar 10 orang untuk mempercepat pembangunan. “Saat ini baru dikerjakan sekitar 15 orang,” ujarnya kepada Harian Jogja, Senin (10/9).

Ia mengungkapkan, kendala yang paling besar dalam pembuatan fondasi adalah kontur tanah yang buruk karena berbatu dan menyulitkan pekerja karena sedikit demi sedikit penggalian terhenti karena harus menyingkirkan batu.

Hal serupa juga diutarakan Dedi, pekerja bangunan lainnya, pembangunan menjadi terhambat karena banyak batu di dalam tanah. Menurut dia, dari sebagian area seluas delapan meter persegi, batu yang terangkat sudah mencapi tiga meter kubik. “Ini jelas memperlama proses pembangunan,” ujarnya.

Bangunan SD Srunen rusak terkena erupsi Merapi 2010 sehingga untuk proses belajar mengajar sementara siswa menggunakan sekolah darurat yang terdapat di selter Banjarsari, Glagaharjo. (ali)