SOLOPOS.COM - Mobil B 2120 ZO membawa logistik saat aksi di Mega Kuningan yang disebut dekat rumah SBY (Facebook)

Panitia Jambore Mahasiswa membantah ada brainwash dan menyebut massa hanya membagikan selebaran di Mega Kuningan.

Solopos.com, JAKARTA — Penyelenggara Jambore Jambore dan Silaturahmi Mahasiswa Indonesia digelar di Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta Timur, membantah aktivitas mahasiswa di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (6/2/2017) lalu, sebagai demo terhadap Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Mereka juga membantah adanya brainwash (cuci otak) dalam jambore itu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ketua Panitia Jambore, Septian Prasetyo, mengatakan lokasi aksi mahasiswa tersebut bukan di depan rumah SBY. Selain itu, massa mahasiswa di sana hanya menyebarkan selebaran yang isinya beberapa poin sikap yang dihasilkan dari jambore tersebut.

“Tidak di depan rumah SBY. Kalau disebut jaraknya 200 m, padahal jaraknya antara 500-700 meter. Kita juga baru tahu kalau ternyata rumah SBY dekat situ,” kata Prasetyo dalam Kompas Petang, Kamis (9/2/2017) sore.

Menurutnya, tujuan mahasiswa memilih lokasi Mega Kuningan lebih karena kawasan itu menjadi salah satu pusat perhatian di Jakarta. Sedangkan tujuan akhir mereka adalah Gedung DPR.

“Tapi kami hanya memberikan selebaran untuk sosialsiasi, setelah itu ke DPR, itu tujuan kita. Itu kesepakatan kami, tidak ada spesifik ke sana [Mega Kuningan]. Kita berikan selebaran-selebaran, tapi kita sebagai mahasiswa melihat Jambore ini harus berkesan, kita harus cari space yang menarik perhatian,” kata Septian.

“Di mana yang tepat? Ya yang di pusat kota. Pusat Jakarta itu di mana, ya di Mega Kuningan.”

Septian juga membantah adanya kegiatan cuci otak terhadap mahasiswa. Menurutnya, para tokoh yang diundang untuk berbicara dalam jambore hanya memberikan pemaparan materi. Misalnya, Teten Masduki memaparkan pencapaian program pemerintahan Jokowi.

“Tidak ada, politisi mana yang bisa mem-brainwash 3.000 mahasiswa dari 33 daerah yang berbeda, lalu diarahkan ke sana, ini enggak mungkin,” katanya. Baca juga: Demokrat Sebut Teten Masduki Soal Demo Rumah SBY, Ini Klarifikasi Istana.

“Memang Teten hadir, tapi hanya memaparkan pencapaian pemerintah yang prorakyat. Mahasiswa juga mengkritisi pemerintahan. Kalau Adian [Napitupulu], memang kita undang, tapi tidak memberikan pemaparan karena sudah banyak yang mengisi acara tersebut.”

Hal serupa juga diungkapkan pengamat politik LIPI, Ikrar Nusabhakti, yang juga diundang dalam acara itu. Menurutnya, dua menteri yang hadir hanya memaparkan program-program.

“Saya bicara bahwa mahasiswa harus belajar. Ada 3 hal bagi mahasiswa, buku-pesta-cinta, itu harus menjadi satu. Mahasiswa harus belajar, tapi harus berorganisasi, cinta itu bukan terhadap lawan jenis, tapi mencintai negara, bagaimana setelah jadi mahasiswa, nanti pemimpin bangsa,” ujarnya dalam forum yang sama.

Ikrar tidak melihat ada satu pun pembicara yang terkesan melakukan brainwash. Meski, kata dia, ada satu panelis, yang mengkritik pemerintahan SBY. “Itu bukan menteri, atau pengamat politik, yang kritis bicara tentang pemerintah SBY yang [diwarnai] banyak kasus korupsi,” kata Ikrar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya