SOLOPOS.COM - Pengelola menimbang sampah dari para nasabah di Bank Sampah Si Repi Duyungan, Sidoharjo, Sragen, belum lama ini. (Istimewa/Atik Suwarti)

Solopos.com, SRAGEN — Jangan kaget bila uang yang dihasilkan dari menyetor sampah di bank sampah bisa begitu besar. Bank Sampah Resik Nguripi (Si Repi) di Dukuh Sukorejo RT 023, Desa Duyungan, Sidoharjo, Sragen, menyimpan dana nasabah mencapai Rp59 juta.

Ya, uang tersebut dikumpulkan dari hasil pengelolaan sampah. Uang tersebut merupakan dana milik 200-an nasabah yang menabung sampah setiap bulan sekali dengan menyetor sampah secara rutin.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bank Sampah Si Repi berdiri sejak 2018. Bank sampah ini  dikelola 20 warga yang dikoordinasi seorang wanita bernama Atik Suwarti, 55. Selain menjadi Ketua Bank Sampah Si Repi, wanita yang lebih akrab disapa Watik ini juga adalah kepala SDN 5 Purwosuman, Sidoharjo, Sragen.

Pada 2019, Bank Sampah Si Repi mendapat juara III sebagai bank sampah terbaik tingkat Provinsi Jawa Tengah. Pada tahun awal berdiri, Bank Sampah Si Repi sudah menjadi Juara I Lomba Bank Sampah Tingkat Kabupaten Sragen.

“Bank sampah kami sudah terorganisasi dengan baik. Administrasi juga tertata rapi. Setiap tamu tercatat di buku tamu. Buku tabungan sampah sudah menyebar di hampir seluruh desa di Kecamatan Sidoharjo. Total nasabah Bank Sampah mencapai 200-an orang untuk satu Kecamatan Sidoharjo,” ujar Watik saat berbincang dengan Solopos.com, belum lama ini.

Baca Juga: Bank Sampah Jadi Solusi Paling Efektif Pengelolaan Sampah di Sragen

Nasabah Bank Sampah Si Repi menyebar di beberapa desa seperti Sribit, Pandak, Tenggak, Patihan, Sidoharjo, Singopadu, Jambanan, Jetak, Duyungan, hingga Purwosuman. Hanya Desa Taraman yang belum ada nasabahnya.

Nasabah dari luar Kecamatan Sidoharjo juga ada, yakni dari wilayah Kecamatan Masaran, Karangmalang, Tanon, dan Sragen Kota.

bank sampah sragen
Pengelola memilah sampah botol bekas air mineral di Bank Sampah Si Repi Duyungan, Sidoharjo, Sragen, baru-baru ini. (Istimewa/Atik Suwarti)

Watik mengatakan penimbangan sampah dilakukan setiap bulan sekali dengan mengambil waktu di pekan kedua. Pekan pertama biasanya untuk rapat bulanan. Pekan keempat untuk kegiatan jalan-jalan sehat sambil memungut sampah serta sosialisasi pengelolaan sampah berbasis masyarakat.

Sasaran sosialisasi itu adalah masyarakat di lingkungan yang belum sadar dalam pengelolaan sampah. “Kami menargetkan bisa masuk ke Taraman. Nasabah dari kalangan perusahaan juga banyak,” ujar Watik.

10 Ton Sampah Sekali Penimbangan

Sekali penimbangan, sampah yang terkumpul bisa sampai 10 ton. “Sekarang dana nasabah itu mencapai Rp59 juta. Dana itu diambil nasabah setiap enam bulan sekali atau setahun sekali,” ujarnya.

Baca Juga: Patut Ditiru! Pengelolaan Sampah di Bugisan Klaten Sudah Hasilkan Cuan

Watik mengungkapkan rata-rata tabungan nasabah itu berkisar Rp100.000 – Rp1 juta per orang. Nasabah biasanya mencairkan tabungannya menjelang Lebaran untuk uang fitrah anak dan cucu. Ada juga yang digunakan untuk bayar sekolah, beli perabot rumah tangga, sampai membeli perhiasan.

“Yang jelas uang dari sampah itu tidak untuk belanja habis, tetapi belanja barang biar ada kenangan. Setiap penimpangan pengelola mengambil potongan 20% sesuai kesepakatan dengan nasabah. Dengan potongan itu, kami bisa menyejahterakan pengurus, meski sekadar bingkisan saat momentum Lebaran,” katanya.

Watik termasuk salah satu pengelola bank sampah yang ikut Kongres II Sampah di Klaten pada Sabtu (25/6/2022) lalu. Bank Sampah Si Repi tak hanya mengolah sampah anorganik yang memiliki nilai ekonomis.

bank sampah sragen
Ketua Bank Sampah Si Repi Duyungan, Sidoharjo, Sragen, Atik Suwarti, menunjukkan pupuk organik padat dan pupuk organik cair hasil olahan bank sampah, Jumat (24/6/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Bank sampah ini juga mengolah sampah rumah tangga organik menjadi pupuk padat organik dan pupuk cair organik (POC). Pengolahan sampah organik itu menghasilan banyak produk pupuk padat dan pupuk cair kemasan yang dijual umum.

Baca Juga: Kongres Sampah II Berkomitmen Menyelesaikan Masalah Sampah di Desa

“Dulu pupuk organik kami diuji coba di demplot padi di wilayah Gebang, Masaran. Hasilnya bagus. Pupuk organik yang diolah itu seperti kulit buah, sampah sayuran, sisa makanan, dan seterusnya. Pengolahan sampah organik itu sampai menyewa lahan seluas 9 meter x 6 meter senilai Rp9 juta untuk dua tahun. Sekarang mesinnya sering rusak, sehingga lahan yang disewa dipersempit sehingga tinggal Rp3 juta untuk dua tahun,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya