SOLOPOS.COM - Pekerja menata tumpukan karung yang berisi tepung porang untuk diekspor di pabrik Industri Kecil Menengah PT Hayumi Agro Indonesia di Gresik, Jawa Timur, Rabu (20/10/2021). Kementerian Perindustrian telah menyiapkan berbagai fasilitas dan pendampingan bagi penghasil tanaman porang atau pun pelaku industri olahan porang di Jatim agar dapat menembus ekspor dan saat ini olahan porang tersebut telah diekspor ke sejumlah negara di Asia seperti China, Jepang, Malaysia dan Thailand. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/aww.

Solopos.com, JAKARTA — Bank Dunia atau World Bank memberi warning kepada Indonesia terkait pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun 2022.

Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini bisa hanya 4,6 persen jika terjadi tekanan besar dari luar negeri.

Promosi Siap Layani Arus Balik, Posko Mudik BRImo Hadir di Rute Strategis Ini

Namun, dalam kondisi ideal, pertumbuhannya bisa mencapai 5,1 persen.

Ekonom utama World Bank untuk Indonesia dan Timor Leste Habib Rab menjelaskan penurunan proyeksi ekonomi global akan berdampak terhadap Indonesia.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Direktur Bank Dunia Sebut Perang Rusia-Ukraina Bikin Krisis Pangan

Tingginya harga energi dan tren kenaikan inflasi akan turut memengaruhi perekonomian Indonesia.

Hal yang paling menjadi perhatian Habib adalah adanya risiko penurunan permintaan ekspor komoditas akibat perlambatan ekonomi global, yang akan berdampak terhadap penerimaan Indonesia.

Kondisi itu menurutnya dapat memaksa realokasi fiskal, dari belanja yang mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi subsidi yang mungkin tidak tersalurkan dengan baik.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 7,07%, Lampaui Jepang dan Korsel

“Dalam skenario semacam ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa saja lebih rendah dari yang telah diantisipasi dan mencapai 4,6 persen pada 2022, dan 4,7 persen pada 2023, yang sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia,” ujar Habib dalam peluncuran laporan Indonesia Economic Prospects June 2022, Selasa (22/6/2022).

Meskipun begitu, dia menyatakan tingginya harga komoditas beberapa waktu ini membawa berkah bagi Indonesia atas tingginya penerimaan.

Tingginya harga sawit dan batu bara mampu membantu konsumsi di dalam negeri dan menopang neraca perdagangan, karena ekspor lebih tinggi dari impor.

Baca Juga: Pemerintah Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2017 Capai 5,17%

Kenaikan penerimaan pun, menurut Habib, membuat Indonesia mampu menggelontorkan subsidi energi untuk menjaga inflasi dari dampak kenaikan harga komoditas.

Dia menyebut bahwa langkah tersebut berhasil, karena tingkat inflasi masih berada dalam target pemerintah, yakni 3±1 persen atau 2-4 persen.

Hal tersebut membuat Indonesia masih berpeluang mencatatkan kenaikan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini bahkan berlanjut pada tahun depan.

Baca Juga: Desa Dayu Karanganyar Dapat Dana dari Bank Dunia Buat Bedah Rumah

“Penurunan pertumbuhan global akan berdampak kepada Indonesia. Namun, tidak seperti negara-negara lain, kami proyeksikan pertumbuhan PDB meningkat dari 3,7 persen pada 2021 menjadi 5,1 persen pada 2022, meningkat menjadi 5,3 persen pada 2023,” ujar Habib.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Bank Dunia Bagikan Skenario Terburuk untuk Ekonomi Indonesia, Ini Isinya!”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya