SOLOPOS.COM - Warga menaiki perahu dayung saat menyeberangi areal pertanian yang tergenang air luapan Sungai Bengawan Solo di wilayah Desa Kedungupit, Kecamatan Sragen Kota, Sragen, Rabu (30/11/2016). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Banjir Sragen menimbulkan kerugian bagi petani.

Solopos.com, SRAGEN — Banjir akibat luapan air Sungai Bengawan Solo yang menggenangi areal persawahan di Kecamatan Sragen Kota Kabupaten Sragen diperkirakan menimbulkan kerugian di kalangan petani sekitar Rp1,35 miliar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Prediksi kerugian petani itu dihitung berdasarkan jumlah tanaman padi yang terendam banjir selama 2×24 jam seluas 275 hektare dari 350 hektare yang terdampak banjir.

Hal itu disampaikan Koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Sragen Kota, Suratman, saat ditemui wartawan di areal pertanian Desa Kedungupit, Kecamatan Sragen Kota, Rabu (30/11/2016). Suratman menyebut ada lima desa/kelurahan di Kecamatan Sragen Kota yang terkena dampak banjir, yakni Desa Tangkil, Desa Kedungupit, Kelurahan Sine, Nglorog, dan Karangtengah.

“Dari kelima desa/kelurahan itu yang paling parah terjadi di Desa Tangkil, Kedungupit, dan Kelurahan Karangtengah. Lahan pertanian di tiga desa/kelurahan itu yang masih tergenang air hingga sekarang, yakni mencapai 275 hektare,” ujar dia.

Ia menyebut luas lahan tanaman padi di Karangtengah yang tergenang air selama dua hari terakhir seluas 47 hektare dengan kerugian Rp300 juta. Kemudian lahan padi di Kedungupit seluas 75 hektare dengan kerugian Rp450 juta. Luas lahan yang tergenang paling banyak di Tangkil seluas 108 hektare dengan kerugian Rp600 juta.

Suratman menjelaskan tanaman padi di Tangkil dan Kedungupit berumur 30-40 hari dengan asumsi biaya operasional yang dikeluarkan petani mencapai Rp6 juta per hektare.

“Kalau di Karangtengah usia tanamannya baru 10 hari sehingga biaya operasional petani diperkirakan baru Rp4,5 juta per hektare,” ujarnya.

Suratman berencana mengusulkan bantuan benih kepada Dinas Pertanian untuk para petani yang mengalami kerugian akibat banjir. Dia mengatakan dengan umur tanaman 30-40 hari, petani kemungkinan besar gagal panen.

Seorang petani di Tangkil, Parno, 44, mengaku memiliki lahan sebau atau 7.000 m2 di wilayah Kedungupit yang tergenang air selama dua hari. Dia tidak bisa berharap tanaman padinya yang berumur lebih dari 30 hari itu bisa tumbuh kembali.

Padahal dia sudah mengeluarkan biaya senilai Rp5 juta untuk sawahnya itu. “Biaya yang sudah keluar itu ya untuk beli pupuk, benih, tenaga, dan seterusnya. Nanti kami harus tanam dari awal lagi setelah banjir surut,” katanya.

Camat Masaran Joko Suratno menyampaikan lahan pertanian di wilayah Masaran yang tergenang air mencapai 308 hektare. Lahan padi yang tergenang banjir itu terdiri atas 110 hektare di Desa Pilang, 154 hektare di Desa Pringanom, 25 hektare di Desa Kliwonan, dan 19 hektare di Desa Sidodadi.

“Perkiraan kerugian petani diperkirakan mencapai Rp531 juta yang terdiri atas Rp220 juta di Pilang, Rp250 juta di Pringanom, Rp55 juta di Kliwonan, dan Rp6 juta di Sidodadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya