SOLOPOS.COM - Lahan jagung di Desa Kecik, Kecamatan Tanon, Sragen, terendam banjir luapan dari Sungai Bengawan Solo, Senin (3/10/2016). (M Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Banjir Sragen akibat luapan Sungai Bengawan Solo.

Solopos.com, SRAGEN — Lahan tanaman padi seluas 25 hektare di Desa Bentak, Kecamatan Sidoharjo, Sragen, terendam air luapan Bengawan Solo Senin (3/10/2016). Akibatnya, tanaman padi itu hanya bisa dipanen sekitar 50%.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di sisi lain, para petani di Desa Pringanom, Kecamatan Masaran, Sragen, merugi sampai Rp2 juta per hektare karena tanaman padi mereka juga terendam luapan air Bengawan Solo.

Pamong Tani Desa (PTD) Bentak, Sidoharjo, Sunardi, saat ditemui Solopos.com di lokasi banjir, Senin siang, mengungkapkan air Bengawan Solo meluap mulai pukul 01.30 WIB. (Baca: Banjir Sragen)

Ekspedisi Mudik 2024

Ketinggian air di jalan mencapai 50 cm-60 cm. Sedangkan di tepi anak Sungai Bengawan Solo, air lebih dalam dan 25 hektare tanaman padi di sekitar anak sungai itu terendam air. Padahal tanaman padi itu tinggal menunggu beberapa hari untuk panen.

“Kalaupun bisa panen paling hanya 50%. Kalau padi yang baru bunting terendam sudah dipastikan tidak bisa berbuah. Petani jelas rugi besar. Tanaman padi 25 hektare itu bisa dikatakan gagal panen. Kalau ratusan hektare tanaman padi lainnya masih bisa diselamatkan karena tidak terendam total,” kata Sunardi.

Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Pertanian Bentak, Eko Dri Atmojo, mengamini penjelasan Sunardi. Dia berharap air luapan Bengawan Solo segera surut sehingga petani tak lagi waswas.

Dia mengatakan genangan air di Bentak mulai surut tetapi jangka waktunya lama karena aliran air ke Bengawan Solo hanya lewat anak Sungai Bengawan Solo yang membelah Dukuh Bentak dengan Dukuh Candi Sumber.

Di Desa Pringanom, Masaran, para petani juga waswas dengan tanaman padi mereka yang terendam air. Seorang petani asal Dukuh Jetak RT 015, Desa Pringanom, Masaran, Padmo, 65, mengaku tanaman padinya seluas 5.000 meter persegi (m2) sudah laku senilai Rp16 juta.

Dia sudah menerima uang muka dari tengkulak. Kualitas padinya akan anjlok setelah terendam air Bengawan Solo karena kadar airnya meningkat.

(Baca Juga: Ini Persawahan, Bukan Lautan)

 

“Ya, ini jelas rugi. Harga yang tadinya Rp16 juta bisa jadi turun menjadi Rp15 juta. Tanaman padi milik Pak Manto, tetangga saya, juga sudah laku Rp19 juta. Tetapi banyak padi yang roboh dan tergenang. Harganya pasti juga anjlok. Rata-rata harga jatuh sampai Rp2 juta per hektare. Ya beginilah nasib petani. Saya sudah dua musim tidak panen gara-gara luapan Bengawan Solo,” kata dia.

Empat bulan lalu, luapan Bengawan Solo juga merendam areal persawahan Desa Pringanom. Padmo mengatakan peristiwa empat bulan lalu itu terulang kembali. Dia mencatat ada 150 hektare yang terendam air meskipun tidak sampai pucuk tanaman padi. “Kami masih ada harapan bisa panen. Tetapi bagi tanaman padi yang baru berbunga itu apa ya bisa panen?” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya