SOLOPOS.COM - Derasnya banjir lahar dingin Gunung Semeru yang melewati jembatan gantung Kaliregoyo di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Senin (17/1/2022) sore. (Antara/HO-BPBD Lumajang)

Solopos.com, LUMAJANG — Tingginya intensitas hujan yang mengguyur di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur berdampak pada meningkatnya debit banjar lahar dingin Gunung Semeru pada Senin (17/1/2022) siang. Banjir lahar dingin menerjang sejumlah daerah aliran sungai di Lumajang.

“Berdasarkan informasi dari petugas Pos Pantau Gunung Semeru di Gunung Sawur menyebutkan bahwa getaran banjir terekam pada Senin sejak pukul 11.39 WIB hingga pukul 17.50 WIB,” kata Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan Rehabilitasi dan Rekonstruksi pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang, Joko Sambang, via telepon.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sejauh ini, banjir lahar dingin Gunung Semeru masih melewati jalurnya dan belum meluap ke jalan dan permukiman. Namun debit air mengalami peningkatan yang signifikan.

Baca Juga: Polisi Tangkap Terduga Pelaku yang Tendang Sesajen di Gunung Semeru

Ekspedisi Mudik 2024

“Kami mengimbau masyarakat yang berada di bantaran sungai yang berhulu dari Gunung Semeru meningkatkan kesiagaan dan kewaspadaan, sehingga lebih baik menjauh dari bantaran sungai,” tuturnya.

Petugas dan sukarelawan melakukan pemantauan secara kontinyu terkait derasnya aliran banjir lahar dingin Gunung Semeru karena dikhawatirkan meluap ke permukiman warga.

“Debit banjir lahar dingin cukup deras di Besuk Lengkong di Dusun Curahkobokan, sehingga warga yang berada di hilir diminta selalu siaga dan waspada terhadap ancaman banjir tersebut,” katanya.

Berdasarkan data PPGA Semeru di Gunung Sawur periode Senin pukul 12.00 – 18.00 WIB, aktivitas gunung yang memiliki ketinggian 3.676 mdpl secara visual gunung terlihat jelas, teramati asap kawah warna putih tebal dengan ketinggian 300 meter.

Baca Juga: Curah Hujan Tinggi, Banjir Lahar Semeru Kembali Terjadi di Lumajang

Untuk aktivitas kegempaan tercatat letusan sebanyak lima kali, embusan sebanyak empat kali, dan getaran banjir terekam satu kali dengan amplitudo 35 mm selama 2.520 detik.

Gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut statusnya Level III atau Siaga, sehingga masyarakat tidak boleh melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 km dari puncak (pusat letusan).

Di luar jarak tersebut, masyarakat diminta tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.

Baca Juga: Terisolir Dampak Banjir Lahar Semeru, Siswa Terpaksa Belajar di Tenda

Masyarakat juga diminta tidak beraktivitas dalam radius 5 km dari kawah/puncak Gunung Semeru karena rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar) dan mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava dan lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya