SOLOPOS.COM - Ilustrasi awan hujan Jakarta (JIBI/Solopos/Antara/M. Agung Rajasa)

Solopos.com, JAKARTA — Hujan yang mengguyur Jakarta sejak Selasa (4/2/2014) malam hingga Rabu (5/2/2014) pagi mengakibatkan banjir di berbagai tempat, termasuk di Jl. Medan Merdeka Utara atau tepatnya di depan Istana Merdeka, kompleks Istana Kepresidenan Jakarta.

Air bah juga menggenangi Jl. Medan Merdeka Barat. Namun genangan tidak sampai merendam halaman Istana Kepresidenan Jakarta dan pada Rabu (5/2/2014) siang, genangan tersebut mulai surut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Berdasarkan pantauan Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI) di Jakarta, Rabu, banjir setinggi 25 cm menggenangi Jl. Medan Merdeka Utara yang menuju Jl. Hayam Wuruk. Sementara lajur sebaliknya atau jalan tepat depan Istana hanya terdapat genangan setinggi 5 cm.

Meski banjir setinggi 25 cm, kendaraan bermotor masih tetap bisa melintas. Namun, kemacetan nan semrawut tak bisa terhindarkan di pertigaan depan Istana. Banjir yang cukup dalam terjadi di sekitar Kantor Kemenko Kesra di Jl. Medan Merdeka Barat. Air juga menggenang di sekitar Patung Kuda.

Jl. Medan Merdeka Barat, Utara, Timur, Selatan, yang mengitari Taman Monas merupakan kawasan pusat pemerintahan Indonesia, biasa disebut Ring-1. Di jalan-jalan ini terdapat lembaga-lembaga pemerintahan sentral seperti sejumlah kementerian, markas militer hingga Istana Kepresidenan.

Ini merupakan genangan air di Ring-1 yang muncul perdana pada musim hujan 2014. Kebanjiran terakhir yang menimpa kawasan itu terjadi pada Januari 2013.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) mengaku sudah mengetahui informasi soal banjir di depan Istana Merdeka. Menurutnya, banjir di jalan tersebut karena hujan lebat yang terjadi Rabu pagi.

“Ya tadi kan [kemarin] hujannya memang deres banget,” kata Jokowi di Istora Senayan, Jakarta, seperti dikutip Merdeka.com. Ketika ditanya bagaimana kondisi banjir saat ini, Jokowi mengaku tidak tahu. “Sekarang kita lihat masih apa ndak?” ajak Jokowi kepada wartawan.

Menurutnya, Jakarta sudah lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Sebagai contoh, Jokowi mengatakan, Jl. Sudirman dan Thamrin selalu banjir jika hujan lebat. Sedangkan saat ini sudah tidak banjir.

Sementara dampak banjir membuat ribuan penumpang kereta rel listrik (KRL) dari Bogor sampai Depok, yang akan berangkat kerja ke daerah Jakarta, terpaksa pulang kembali ke rumah masing-masing, karena commuter line hanya bisa melayani sampai Stasiun Manggarai, akibat ada gangguan sinyal.

“Saya tadi sudah sampai Manggarai. Berangkat dari Depok pagi-pagi. Ternyata commuter hanya sampai Stasiun Manggarai, tidak bisa meneruskan ke (Stasiun) Kota. Katanya sih akibat rel menuju ke Kota terendam banjir. Itu menyebabkan sinyal KRL terganggu,” kata Wati yang terpaksa pulang kembali ke rumahnya, Rabu  pagi.

Wati yang bekerja di kawasan Mangga Dua, Jakarta Kota itu, tidak bisa meneruskan perjalanannya ke kantor. “Kalau naik angkutan umum, bisa lama. Karena wilayah Gunung Sahari juga mengalami banjir. Malah kata teman-teman sudah sampai sedengkul airnya,” ungkap ibu muda yang tinggal di Depok ini.

Antrean penumpang yang ingin pulang ke wilayah Citayang sampai Bogor, tampak menumpuk di Stasiun Depok Lama pukul 09.3 WIB. Mereka baru saja turun dari commuter yang datang dari Jakarta. KRL yang ditumpangi mereka tidak langsung ke Bogor, karena akan balik lagi ke Manggarai.

Akibat banjir dan gangguan sinyal KRL ini, ribuan pekerja yang tinggal di wilayah Bogor dan Depok terpaksa izin atau membolos dari kantor. “Wuah, kalau sudah begini, terpaksa deh menanggung risiko uang makan hilang dan gaji dipotong. Habis, bagaimana lagi, kalau dipaksakan percuma juga. Pasti telat sampai kantor,” celetuk Indah yang sedang menunggu KRL ke Bogor.

Rekayasa Cuaca

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi bencana banjir. Salah satunya meminta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBPT) untuk merekayasa cuaca.

Namun modifikasi cuaca dengan anggaran Rp20 miliar itu dinilai belum optimal. Terbukti hujan lebat tetap terus mengguyur dan membuat banjir merendam sejumlah besar kawasan Ibu Kota dan sekitarnya.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pun mengkritik alasan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Hujan Buatan BPPT yang belum maksimal dalam merekayasa cuaca.

“Seharusnya UPT Hujan Buatan BPPT tetap fokus pada teknologi modifikasi cuaca. Sebab, banjir Jakarta merupakan masalah yang kompleks,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho.

Sebelumnya, Kepala UPT Hujan Buatan BPPT, F. Heru Widodo, mengakui tidak maksimalnya modifikasi cuaca pada musim hujan awal tahun sehingga intensitas hujan di wilayah Jakarta dan sekitarnya tetap tinggi dan banjir terjadi di mana-mana.

Namun ia menekankan rekayasa cuaca ini juga jangan dianggap sebagai andalan untuk membantu persoalan banjir di Ibu Kota. Dia mengatakan upaya di dataran bawah juga harus diselesaikan. (JIBI/Solopos/Detik)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya