SOLOPOS.COM - Kondisi jalan Solo-Semarang wilayah Banyudono, Boyolali, saat tergenang banjir, Kamis (16/2/2017) malam. (JIBI/Solopos/Istimewa)

Banjir Boyolali, warga meminta sungai di tepi jalan Solo-Semarang dinormalkan supaya tidak meluap.

Solopos.com, BOYOLALI — Warga Dukuh Gatak, Desa Banyudono, Kecamatan Banyudono, Boyolali, meminta normalisasi sungai di sisi utara jalan Semarang-Solo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sungai yang dangkal, banyak timbunan sampah, dan ditumbuhi semak-semak itu dinilai menjadi pemicu banjir di wilayah tersebut pada Kamis (16/2/2017) malam. Semakin ke arah hilir, sungai semakin menyempit hingga menjadi seperti selokan. (Baca: Banyudono Banjir, Jalan Solo-Semarang Tergenang)

Banjir sudah tiga kali terjadi di kawasan Ngancar. “Tahun lalu juga kondisinya sama, hujan deras, tiba-tiba air dari saluran air di pinggir jalan raya itu meluap sampai merendam permukiman warga,” kata Suwanto, 58, warga setempat, saat berbincang dengan wartawan, Jumat (17/2/2017) pagi, di sela-sela aktivitas membersihkan lingkungan pascabanjir.

Menurut dia, jika tidak ada upaya normalisasi sungai, ancaman banjir terus menghantui warga. Selama ini, limpahan air dari arah barat selalu masuk ke Desa Banyudono sehingga memicu banjir.

Sebelum sampai Desa Banyudono, air akan melintasi wilayah Ketaon sehingga sebagian wilayah Ketaon juga ikut tergenang air. Menurut dia, warga pernah mengusulkan pembuatan saluran pembuangan air di sebelah barat wilayah Ngancar.

Saluran tersebut akan mengalirkan air ke arah sungai di sebelah utara desa. “Tapi usulan ini belum direspons. Sudah lama sekali.”

Seperti diketahui, banjir di Dukuh Gatak, Desa Banyudono, merendam puluhan rumah dengan ketinggian lebih dari 1 meter. Air juga meluap ke jalan Semarang-Solo hingga sempat membuat arus lalu lintas tersendat. (Baca juga:  Anggota TRC BPBD Terperosok Selokan Ditemukan Tewas)

Warga Dukuh Gatak lainnya, Slamet, 60, mengatakan sejak Kamis malam hingga Jumat pagi warga Gatak siaga mengawasi gerakan air yang menggenangi pemukiman. “Seluruh aliran listrik dimatikan khawatir kena setrum,” ujar Slamet.

Banjir di tempat tersebut surut pada Jumat sekitar pukul 02.30 WIB. Setelah air surut, pada Jumat pagi warga pun membersihkan rumah mereka masing-masing. Warga membersihkan rumah yang kemasukan lumpur.

Seluruh perabotan dalam rumah dikeluarkan dan dijemur meskipun cuaca Jumat pagi kemarin mendung. Warga lainnya, Tri Kuntoro, 32, berharap ada solusi jangka panjang dari pemerintah agar banjir serupa tidak terjadi pada musim hujan mendatang.

“Kebetulan rumah saya paling dekat dengan sungai yang meluap. Rumah saya tergenang dengan ketinggian air lebih dari 1 meter. Sepeda motor saya rusak karena terendam air,” ujar dia.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Nur Khamdani, menyampaikan prediksi curah hujan tinggi diperpanjang tidak hanya sampai pertengahan Februari namun sampai akhir Maret. “Jadi kemungkinan awal April baru ada tanda-tanda datangnya musim kemarau.”

Dia mengimbau warga di wilayah rawan bencana termasuk banjir tetap waspada. Banjir di Dukuh Gatak Banyudono pernah terjadi tahun lalu.  “Tahun ini terulang lagi dengan penyebab yang sama. Akan kami koordinasikan dengan instansi terkait untuk mencari solusi jangka panjang,” ujar Nur.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya