SOLOPOS.COM - Pengunjung berwisata di Candi Cetho, Karanganyar, setelah pengelola membuka kawasan wisata tersebut.

Solopos.com, KARANGANYAR — Candi Cetho merupakan salah satu destinasi wisata utama di Kabupaten Karanganyar. Lokasinya berada Dusun Cetho, Deas Gumeng, Kecamatan Jenawi.

Candi ini merupakan bangunan peninggalan zaman Kerajaan Majapahit saat pengaruh Hindu di Jawa mulai memudar dan unsur Indonesia asli dari tradisi prasejarah mulai hidup lagi. .

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dalam artikel di cagarbudaya.kemdikbud.go.id yang dikutip Solopos.com, Rabu (23/3/2022) menyebutkan Situs Candi Cetho pertama kali dilaporkan oleh Van De Vlis dibangun pada tahun 1451-1470. Penemuan ini menarik perhatian sejumlah ahli purbakala karena unsur nilai kepurbakalaannya, seperti W.F. Sutterheim, K.C. Crucq, N.j. Krom, A.J. Bernet Kempers, dan Riboet Dharmosoetopo.

Baca Juga: Punya Banyak Kesamaan, Ini Beda Candi Cetho dan Sukuh

Pada tahun 1928 Dinas Purbakala mengadakan penelitian dalam rangka pemugaran. Dari penelitian ini tidak diperoleh cukup bukti untuk merekonstruksi bangunan batu yang berada di puncak bukit. Pada tahun 1975-1976, Inspektur Jenderal Pembangunan (Irjenbang), Sudjono Hoemardhani memugar situs menjadi seperti yang terlihat sekarang ini.

Sangat disayangkan bahwa pemugaran atau lebih tepatnya disebut pembangunan kembali tersebut dilakukan tanpa memperhatikan aspek arkeologis. Sehingga keaslian bentuknya tidak dapat dipertanggung-jawabkan secara ilmiah.

Penambahan-penambahan bangunan baru antara lain sejumlah pondasi dengan bangunan-bangunan kayu mirip seperti halnya bangunan-bangunan pura di Bali. Bentuk bangunan dibuat seperti Situs Candi Sukuh dan ini merupakan hasil pemugaran pada akhir tahun 1970-an bersama-sama dengan bangunan-bangunan pendopo dari kayu.

Baca Juga: Espos Plus: Prambanan dan 7 Candi Buddha serta Segitiga Emas Kota Solo

Ciri khas seni arca yang buat pada masa Kerajaan Majapahit adalah ukurannya yang besar tetapi pemahatannya lebih sederhana. Contoh jelas adalah arca Bima yang ada di halaman pertama. Dari sisi arsitektur gaya bangunan masa itu menyerupai punden berundak yang berkembang di Gunung Penanggungan dan Gunung Arjuna, Jawa Timur.

Nama Cetho, yang dalam bahasa Jawa berarti “jelas”, digunakan sebagai nama dusun tempat candi ini berada karena dari Dusun Cetho orang dapat dengan jelas melihat ke berbagai arah.

Ke arah utara terlihat pemandangan Karanganyar dan Kota Solo dengan latar belakang Gunung Merbabu, Merapi, dan Gunung Sumbing. Ke arah barat dan timur terlihat bukit-bukit hijau membentang, sedangkan ke arah selatan terlihat punggung dan gugusan anak Gunung Lawu.
Pada masa itu Kerajaan Majapahit sedang mengalami proses keruntuhan dengan memuncaknya kekacauan sosial, politik, budaya dan bahkan tata keagamaan sebelum akhirnya mengalami keruntuhan total pada tahun 1519 M (Djafar, 2012: 136).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya