SOLOPOS.COM - Master Plan Bandara Kulonprogo (JIBI/Harian Jogja/Dok)

Harianjogja.com, JOGJA—Titik pembangunan bandara internasional di Kulonprogo belum juga jelas.

Kepala Dinas Perhubungan DIY Budi Antono telah memastikan ke Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan. Sebelumnya, Ditjen Udara Kemenhub memberikan waktu sepakan sejak 16 Januari lalu kepada PT Jogja Magasa Iron dan PT Angkasa Pura untuk dapat menyepakati kawasan keselamatan operasional penerbangan (KKOP).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Lokasi pabrik pasir besi PT JMI dinilai dapat menganggu keselamatan penerbangan. Namun sepekan sudah berlalu dari 23 Januari lalu, belum juga ada kepastian.

“Saya sudah telepon ke Dirjen Senin (27/1/2014) pagi tadi, belum ada perkembangan. Saya pikir karena sudah lewat Jumat, Sabtu setelah tepat seminggu pada Kamis pekan lalu, telah ada kepastian,” kata dia, di Kompleks Perkantoran Pemerintah Daerah DIY, Kepatihan, Senin (27/1/2014).

Menurut dia, dari hasil konfirmasinya ke Kemenhub itu, PT Angkasa Pura I masih melakukan konsultasi dengan Ditjen Udara. Belum adanya kesepakatan pada 16 Januari lalu, karena PT JMI juga meminta bandara mundur 500 meter, menjauh ke barat dari lokasi pabrik PT JMI.

Namun adanya Sungai Bogowonto di barat calon lokasi bandara bakal membuat lokasi bandara mepet dengan sungai. Jarak di luar pagar bandara dengan sungai cuma menyisakan 200 meter.

PT Angkasa Pura keberatan jika landasan pacu mepet dengan hilir Sungai Bogowonto di barat. Sebab, Angkasa Pura harus memasang alat navigasi. Di Bandara Adisutjipto kasusnya hampir sama karena juga berbatasan dengan Sungai Tambak Bayan. Namun hal itu tidak menjadi soal terhadap alat navigasi, karena bukan sungai hilir yang memiliki penampang basah lebih luas.

Jarak antara landasan bandara dan pabrik PT JMI hanya terpaut 1,5 kilometer (Km), padahal idealnya tiga kilometer. Untuk menyesuaikan itu, PT JMI sudah merekayasa cerobong-cerobong pabrik ke sisi timur pabrik yang semula berada di sisi barat.

Pabrik itu menghasilkan panas yang membahayakan penerbangan, karena panas pabrik dapat bereaksi dengan pesawat yang mengeluarkan bahan bakar baik saat mendarat atau lepas landas. Partikel asap pabrik juga membahayakan mesin pesawat, karena bisa terhisap masuk lewat baling- baling.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya