SOLOPOS.COM - Parjono sedang menimang putranya, Muhammad Arsya Anas yang mengidap kanker darah atau leukemia di Ruang Melati, RSUD Moewardi Solo. (JIBI/SOLOPOS/Muhammad Khamdi)

Parjono sedang menimang putranya, Muhammad Arsya Anas yang mengidap kanker darah atau leukemia di Ruang Melati, RSUD Moewardi Solo. (JIBI/SOLOPOS/Muhammad Khamdi)

Bocah berusia dua tahun empat bulan ini hanya tergolek lemas dalam gendongan ibunya, di Bangsal Melati, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Moewardi, Solo. Bocah yang diberi nama Muhammad Arsya Anas terus menangis seolah tak kuasa menahan beban penyakit leukemia yang diderita selama enam bulan terakhir. Dengan sigap, ayah sang bocah, Parjono, 35, meraih dan berganti menimang Arsya yang terus menangis.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Awalnya, suhu badan anak saya tak menentu, kadang panas kadang dingin. Terus saya periksa ke puskesmas terdekat, namun penyakitnya tak kunjung sembuh,” ujar ibu Arsya, Nanik Purwanti, saat dijumpai wartawan, di RSUD Moewardi.
Melihat kenyataan tersebut, Nanik kemudian membawa Arsya ke rumah sakit di wilayah Sragen. Di rumah sakit itulah, Arsya divonis oleh tim medis menderita penyakit leukemia. “Karena ada rujukan ke rumah sakit ini, ya saya bawa kemari,” cerita warga Mulyorejo, Jetis, Sambirejo, Sragen ini.

Selama mendapat perawatan di RSUD Moewardi, Arsya telah menjalani kemoterapi sebanyak 13 kali. Tidak hanya itu, tubuh Arsya membutuhkan tambahan darah untuk menghindari kondisi tubuhnya tidak drop. “Arsya sudah mendapat tambahan darah sebanyak 23 kantong. Satu kantongnya biayanya Rp250.000. Belum lagi biaya kemoterapi, kami harus menanggung semuanya,” papar Nanik.

Demi kesembuhan sang buah hati, Nanik terpaksa berhutang kesana kemari untuk memeroleh dana perawatan bagi Arsya. Sebab, dia selama ini hanya sebagai ibu rumah tangga dan tidak bekerja. “Pekerjaan suami sebagai kuli bangunan. Pendapatannya tak menentu. Saya bingung harus mengadu kepada siapa, sementara anak saya butuh pengobatan,” curhat Nanik.

Sementara itu, suami Nanik, Parjono, 35, hanya bisa menghela nafas saat ditanya biaya yang harus dikeluarkan untuk pengobatan Arsya. “Biayanya sampai jutaan rupiah. Saya terpaksa meninggalkan pekerjaan karena harus giliran menunggu Arsya di rumah sakit ini,” terang Parjono.

Parjono berharap penuh untuk kesembuhan Arsya. Dia pun tidak menolak apabila ada donatur yang sedia membantu meringankan beban pengobatan Arsya. “Semoga saja ada donatur yang dengan suka rela membantu kami,” harap Parjono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya