SOLOPOS.COM - Para bakul jamu di Kabupaten Sragen merayakan HUT ke-77 RI dengan menggelar upacara bendera di wilayah Desa Jurangjero, Kecamatan Karangmalang, Sragen, Rabu (17/8/2022) lalu. (Istimewa/Susilo Mintarjo)

Solopos.com, SRAGEN—Sebanyak 60 orang bakul jamu gendong di wilayah Kabupaten Sragen bergabung dengan Komunitas Jamu Gendong Empu untuk belajar penjualan jamu gendong secara online.

Mereka juga mengelola kebun jamu seluas 3.500 meter persegi yang terletak dekat lokasi galian C di wilayah Sambirejo, Sragen.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Puluhan bakul jamu gendong itu menjadi bagian dari Komunitas Jamu Gendong Empu dengan anggota total 340 orang yang menyebar di wilayah Semarang, Temanggung, Jogja, Kutoarjo, Batu Malang, Madura, Ambon, Kepulauan Seram, Pulau Buru, Palu Sulawesi Tengah, Jakarta, dan Tangerang Banten.

Koordinator Komunitas Jamu Gendong Empu, Leya Cattleya Soeratman, kepada Solopos.com, Jumat (19/8/2022), menerangkan 60 orang bakul jamu gendong Sragen itu berada di enam desa/kelurahan, yakni Kelurahan Kroyo, Plumbungan, Sragen Kulon, Desa Jurangjero, Puro, dan Kedawung.

Leya menerangkan banyak tantangan yang dihadapi para bakul jamu gendong di era digital ini. Dia mengatakan mereka harus beradaptasi dengan membuat produk yang bisa dipasarkan secara online.

Di sisi lain, ujar dia, kualitas dan higienitas jamu gendong juga harus ditingkatkan supaya memiliki nilai jual yang lebih. Dia mengatakan selama ini para bakul jamu gendong berjualan dari satu tempat ke tempat lainnya sehingga ruang lingkupnya penjualan terbatas pada lokasi yang dikunjungi.

“Komunitas Empu hadir bersama Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) melakukan pendampingan dan bimbingan teknis untuk peningkatan kapasitas para bakul jamu gendong. Kami juga menggandeng perusahaan jamu swasta yang tergabung dalam Program Orang Tua Angkat memberi bantuan alat produksi jamu kepada para bakul jamu gendong itu,” ujar Leya.

Dia menerangkan bantuan alat produksi itu berupa panci, wajan, blender, botol kaca, celemek, serbet, gerobak jamu, dan seterusnya. Selain itu, Leya menerangkan komunitas juga memberi pelatihan tentang ilmu tanaman dan bagaimana menghasilkan jamu yang berkualitas, enak, dan hinigenis, baik berupa produk jamu cair maupun jamu bubuk.

“Kami juga bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor untuk belajar ilmu jamu dan cara penjualan produk jamu secara online. Selain itu para bakul jamu gendong juga belajar ecoprinting, shibori, eco-enzym, hingga belajar dalam peragaan busana untuk fasyen berkelanjutan. Pada 2020 lalu, kegiatan para bakul jamu ini mendapat dukungan dari Program Climate Diplomacy Week dari Uni Eropa,” jelasnya.

Dia melanjutkan para bakul jamu gendong ini mengelola kebun belajar organik di Sambirejo seluas 3.500 meter persegi yang merupakan lahan wakaf dari Sahabat Empu.

Dari kebun itu, kata dia, bisa menghasilkan buah-buahan dan tanaman jamu bermanfaat.

“Kami berjuang mempertahan keberadaan kebun itu yang dekat dengan tambang galian C sehingga rawan longsor. Para bakul jamu gendong itu didampingi pamong jamu yang juga berlatar belakang pendidikan ilmu pertanian serta berpengalaman sebagai auditor pertanian organik,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya