SOLOPOS.COM - Menu Mi Ayam Bakso di Bakso Titoti Wonogiri (Istimewa/Instagram @baksotitiotiwonogiri)

Solopos.com, WONOGIRI – Kenaikan harga gas elpiji nonsubsidi ukuran 5,5 kg dan 12 kg dinilai memberatkan pengusaha kuliner di Wonogiri. Mengingat, omzet mereka menurun dan mesti berputar otak agar usahanya tetap bertahan.

Hal itu dialami perusahaan kuliner Bakso Titoti, asal Kabupaten Wonogiri. Manajer Bakso Titoti Cabang Ngadirojo, Agus, mengutarakan, belum lama ini terpaksa memakai tabung gas elpiji berukuran 5,5 kg, dari sebelumnya menggunakan tabung berukuran 12 kg.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Cara itu mesti dilakukan agar perusahaan kuliner yang ia kelola tidak rugi besar-besaran. Meskipun dengan beralih ke tabung gas berukuran 5,5 kg masih membuat pihaknya merugi.

“Daripada membeli tabung berukuran 12 kg, sekarang itu harganya udah Rp200.000-an. Jadi, 12 tabung gas 12 kg yang saya punya, ditukar tambah dengan tabung gas ukuran 5,5 kg,” katanya kepada Solopos.com, Sabtu (6/8/2022).

“Dulu, harga gas elpiji ukuran 5,5 kg sekitar Rp60.000, tapi beberapa bulan belakangan harganya terus naik, sekarang harganya Rp109.000/tabung,” imbuhnya.

Baca juga: Harga Elpiji Tinggi, Omzet Rumah Makan di Sragen Anjlok 30%

Agus mengakui, kenaikan harga tabung gas tersebut turut menurunkan keuntungan perusahaan Bakso Titoti. Sebab pihaknya tak ikut menaikkan harga bakso yang dijual.

Sebagai informasi, harga bakso termurah yang dijual Bakso Titoti Cabang Ngadirojo senilai Rp18.000 dan tertinggi Rp26.000. Harga itu telah ditetapkan sejak lama dan hanya naik sewaktu momen Lebaran tiba.

“Kenaikannya pun sekitar Rp1.000-Rp2.000. Tidak banyak-banyak, karena kami takut malah nggak laku. Soal rasa dan isi juga nggak pernah kami kurangi [di tengah kenaikan harga gas elpiji 5,5 kg dan 12 kg],” katanya.

Cabang perusahaan Bakso Titoti di Kabupaten Wonogiri berjumlah dua, yakni Cabang Ngadirojo dan Cabang Wonogiri Kota.

Di cabang yang Agus kelola, pada hari kerja, biasanya menghabiskan empat tabung gas 5,5 kg. Sementara saat akhir pekan atau liburan, dalam sehari dapat menghabiskan enam hingga tujuh tabung.

Baca juga: Pemkab Bantul Waspadai Migrasi ke LPG Bersubsidi

Perusahaan kuliner asli Wonogiri itu juga telah memiliki cabang di kota/kabupaten lain. Namun, kata Agus, semuanya tetap bertahan menggunakan gas elpiji berukuran 5,5 kg hingga 12 kg.

“Setahu saya begitu. Enggak ada yang berani menggunakan gas elpiji 3 kg karena memang dilarang,” sambungnya.

Kenaikan harga gas elpiji nonsubsidi, sebelumnya diakui Pemilik Pangkalan Gas Elpiji di Lingkungan Sukorejo, Kelurahan Giritirto, Kecamatan Wonogiri, Sukinto.

Di pangkalan miliknya, harga elpiji 12 kg senilai Rp218.000, dari beberapa bulan sebelumnya sempat naik hingga Rp140.000. Sedangkan harga elpiji 5,5 kg senilai Rp105.000.

“Naik terus harganya [elpiji nonsubsidi]. Kalau dibandingkan dengan gas elpiji 3 kg memang jauh,” kata Sukinto saat ditemui Solopos.com, Jumat (5/8/2022).

Baca juga: Tenang! Persediaan Elpiji 3 Kg di Wonogiri Aman Jelang Lebaran

Sukinto menambahkan, elpiji seberat 3 kg di tempatnya dijual Rp15.500. Harga yang terbilang murah itu membuat gas elpiji 3 kg diburu warga.

“Setiap agen menyuplai ke sini langsung diburu warga. Tiga jam, stok itu langsung habis. Hari senin dapat stok 150 tabung [gas elpiji 3 kg], sedangkan Kamis dapat 140. Misal datang pukul 10.00 WIB, pukul 13.00 WIB sudah habis,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya