SOLOPOS.COM - Bus PO Suharno rute Solo-Jogja menunggu penumpang di Terminal Tirtonadi Solo, Jumat (10/6/2022). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com Stories

Solopos.com, SOLO — Persaingan ketat dengan bus Suroboyonan maupun dengan kereta rel listik (KRL) membuat sejumlah perusahaan otobus atau PO yang beroperasi di trayek Solo-Jogja perlahan-lahan menghilang dari peredaran.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berdasarkan data yang diperoleh Solopos.com dari Kepala Urusan Lalu Lintas Terminal Tirtonadi Solo, Sunardi, sampai saat ini, bus Solo-Jogja yang beroperasi tinggal lima PO dari sebelumnya 11 PO. Artinya sudah ada enam PO yang gulung tikar dan tak mampu bertahan.

“Sekarang yang masih aktif ada lima PO, yang masih jalan. Itu pun dulunya ada belasan unit, sekarang tinggal dua, empat, tujuh unit,” terangnya saat ditemui Solopos.com di Kantor Terminal, akhir pekan lalu.

Ekspedisi Mudik 2024

Sunardi mengakui banyaknya PO yang gulung tikar tak lepas dari ketatnya persaingan. Berdasarkan data Terminal Tirtonadi, Solo, ada 11 PO bus Solo-Jogja yang pernah beroperasi yakni Langsung Jaya, Baker, Srimulyo, Suharno, Pratama Mulya, Langen Mulyo, Putra Jaya, Merdeka, Antar Jaya, Sedya Utama, dan Jaya Putra.

Dari 11 PO yang pernah beroperasi itu, kata Sunardi, lima PO yang masih bertahan, yakni Langsung Jaya (4 unit bus), Sedya Utama (7 unit bus), Suharno (7 unit bus), Putra Jaya (2 unit bus, dan Jaya Putra (2 unit bus). Total bus yang beroperasi dari lima PO itu 22 unit.

Baca Juga: Perbandingan Naik Bus Solo-Jogja Versus KRL: Cerita Pengalaman Langsung

Lainnya yakni Baker, Sri Mulyo, Pramata Mulya, Langen Mulyo, Merdeka, dan Antar Jaya, kini sudah menghilang dari trayek tersebut. Bus-bus yang masih bertahan pun saat ini kondisi sepi penumpang.

Andalkan Penumpang Setia

“Ya akhir-akhir ini tambah sepi, enggak sampai penuh seperti dulu, setengahnya saja ndak ada,” ucap Purwanto, 49, sopir bus Sedya Utama saat diwawancarai Solopos.com di pemberangkatan pintu keluar sisi barat Terminal Tirtonadi Solo, akhir pekan lalu.

Purwanto mengatakan PO bus Solo-Jogja kini hanya mengandalkan penumpang setia dari kalangan pedagang pasar yang mencari penghasilan di Kota Batik ini. Selain pedagang pasar, sebagian dari warga asli Klaten, Prambanan, yang bermobilitas di rute Solo-Jogja.

bus solo-jogja PO
Kondisi bagian dalam bus Solo-Jogja saat menunggu penumpang di Terminal Tirtonadi, Solo, Jumat (10/6/2022). (Solopos/Nicolous Irawan)

“Yang naik ini ya kebanyakan langganan lama, jarang ada anak muda, rata-rata sudah pada kenal semua, pedagang-pedagang pasar sini yang rumahnya Klaten, Prambanan, masih ikut [naik bus Sedya Utama],” ucap pria asal Polanharjo, Klaten, itu.

Baca Juga: Masih Ada Harapan Untuk Bus Solo-Jogja? Ini Kata Pengamat Transportasi

Purwanto tidak menampik banyak penumpang bus yang kini beralih ke KRL Solo-Jogja. “Ya kalau mereka [penumpang] mau milih itu [KRL] ya mau gimana lagi, wong ya sekarang apa-apa maunya yang praktis ta? Apalagi yang muda-muda itu. Engga apa-apa pilihan masing-masing, setidaknya di sini masih ada, ya walau ndak banyak,” ucapnya.

Mujianto, supir bus Langsung Jaya, juga mengatakan masih mencoba bertahan meski hanya mengangkut 8-10 penumpang sekali jalan. Baginya tidak ada pilihan lain di saat keadaan yang minim lapangan pekerjaan.

Banting Setir

“Ya dibetah-betahin aja seadanya. Banyak temen-temen lain udah pada banting setir, jadi kuli, kerja di bangungan serabutan, ya gitu. Busnya mangkrak, enggak ada setoran, habis buat beli solar,” ujarnya.

Head Manager PT Suharno Ragil Putra, Arif Indra Jati, menyebut PO Suharno sudah mengikuti semua regulasi yang diberikan Kemenhub mengenai usia dari bus yang beroperasi.

Baca Juga: Tanpa Inovasi, Bus Solo-Jogja Diprediksi Bakal Hilang Dalam 3 Tahun

“Sesuai regulasi Kemenhub 2015 armada angkutan umum maksimal 25 tahun, armada Suharno paling tua tahun 1999 bermesin Mercedez Benz OF1113 atau sering disebut Mercy Prima dan yang paling muda 2016 bermesin Hino R260 mesin depan, yang biasa disebut Hino Lohan.” ungkap Indra.

PO Suharno juga sempat mengajukan untuk menambah jam operasional trayek, tetapi belum disetujui. “Jika menambah jam trayek dalam waktu dekat ini belum ada rencana untuk menambah, karena 2019 saya pernah mengajukan ke kemenhub untuk trayek Yogya-Solo belum bisa.” ungkapnya.

Penambahan jam trayek diyakini menjadi salah satu usaha untuk bus bumel tetap eksis, karena bisa membuat penumpang merasa nyaman karena tepat waktu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya