SOLOPOS.COM - Lorena Augustavera (ist)

Kamseupay, kowawa, kepo, ababil, rempong, jodi, jojoba, iwak peyek, samsara, sapose,cukstaw, cumumut, serta beraneka ragam istilah lainnya banyak yang menyebut merupakan bahasa gaul. Ya, bahasa, singkatan, maupun plesetan gaul ala remaja masa kini memang beragam. Mulai dari yang biasa sampai yang agak aneh dengernya.

Lorena Augustavera (ist)

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Istilah-istilah yang juga dikenal dengan bahasa prokem tersebut sejatinya dibuat oleh suatu komunitas sebagai sarana komunikasi antaranggota pada kurun waktu tertentu.

Namun, tak sedikit pula bahasa prokem yang berkembang dan menjadi suatu istilah baru yang banyak diminati oleh kaum muda. Ambar Lestyowarti, siswi Kelas X-D SMAN Kartasura, Sukoharjo ini menilai kehadiran bahasa prokem atau bahasa gaul dapat membawa pengaruh positif maupun negatif.

Ekspedisi Mudik 2024

Salah satu dampak negatifnya ialah penggunaan bahasa Indonesia yang belang-bonteng alias enggak karuan. Bagi Ambar update istilah gaul juga cukup penting. “Penting juga sih kita tau beberapa bahasa gaul yang lagi update sekarang, biar bisa ngikutin perkembangan zaman dan enggak dibilang kamseupay sama yang lainnya,” terangnya.

Cewek berjilbab ini juga mengaku enggak terlalu update banget sama yang namanya istilah-istilah prokem. Dia mengaku hanya mengetahui beberapa istilah bahasa gaul yang sedang naik daun saat ini.

Agak berbeda dengan Sobat Gaul lainnya yang satu ini, Lorena Augutavera, yang mengaku cukup update dan ngikutin banget apa yang namanya bahasa gaul. Siswi Kelas X-A SMAN 4 Solo ini berpendapat istilah-istilah gaul merupakan wujud kreativitas kawula muda zaman sekarang yang dituangkan melalui bahasa-bahasa yang lucu dan nyeleneh.

Cewek kelahiran Solo, 13 Agustus 1995 ini juga menuturkan perkembangan bahasa prokem di kelasnya telah cukup update. Kepada Sobat Gaul semua, gadis yang tergabung dalam pasukan inti Paskibraka sekolahnya ini juga berpesan agar terus mengembangkan bahasa-bahasa gaul yang lebih kreatif.

“Boleh-boleh aja sih pake bahasa gaul, asalkan sesuai dengan situasi dan kondisi kita pada saat itu,” ujarnya.

Beda lagi dengan pendapat Rosi Sekar Sari Palupi. Siswi SMAN Jumapolo Karanganyar ini menilai orang yang ikut-ikutan make bahasa gaul bukan cerminan anak gaul tapi anak yang gampang terpengaruh arus zaman.

“Kadang bahas gaul yang kita pakai sulit dimengerti orang lain. Selain sulit dimengerti bahasa gaul juga bisa merusak bahasa baku yang ada di kamus besar bahasa Indonesia,” ujarnya.

Tapi bukan berarti penggunaan bahasa gaul gak ada manfaatnya, menurutnya, keuntungan dari bahasa gaul yaitu kita belajar mengkreasikan bahasa sendiri dan tanpa sadar kita sudah melahirkan kosa-kata baru.

“Mau gaul? Gampang! Jadi aja diri kamu sendiri gak usah mengimitasi pengaruh baru apalagi nyoba jadi pribadi orang lain karena setiap orang itu unik,” imbuh dara yang akan merayakan sweet seventeen-nya 3 Juni nanti.

Bahasa gaul sejatinya memang dianggap sebagai  pencerminan karakteristik penggunanya. Gunakanlah bahasa atau istilah yang sekiranya patut untuk diucapkan. Jangan sampai kita terjebak dengan istilah yang tidak kita mengerti maksudnya. Ingatlah bahwa mulutmu adalah harimaumu, oke.

Ambar Lestyowarti (ist)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya