SOLOPOS.COM - Ilustrasi (google/desibucket)

Ilustrasi (google/desibucket)

WONOGIRI--Warga Giriwoyo bagian selatan resah menyusul ulah babi hutan atau celeng  yang memakan tanaman pertanian warga.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Belakangan, warga meminta sejumlah pehobi menembak untuk membunuh babi hutan tersebut.

Kepala Desa Sejati Kecamatan Giriwoyo,Wonogiri, Dariyoto, menjelaskan serangan babi hutan di wilayahnya terasa sejak tiga bulan lalu. Saat ini serangan mulai berkurang karena tanaman pangan di lahan warga juga berkurang. Kendati demikian warga masih resah dan kini pilih mengolah tanah tegalan mereka jadi hutan kayu.

“Sekarang warga pilih menanam kayu, jati atau mahoni. Daripada tanam jagung dan singkong akhirnya cuma dirusak babi hutan,” ungkap Dariyoto, saat ditemui Solopos.com, di kediamannya akhir pekan kemarin.

Menurutnya, babi hutan biasanya memasuki ladang warga secara bergerombol antara 8-10 ekor per gerombolan. Dariyoto tidak tahu persis jumlah total babi hutan di kawasan hutan dan pegunungan sisi selatan Giriwoyo. Namun dia menduga jumlahnya hanya berkisar puluhan ekor.

Patroli Keliling

Selain mengganti jenis tanaman, dia menjelaskan, warga juga meminta bantuan penembak untuk mencegah aksi babi hutan meluas. Beberapa waktu lalu, sejumlah orang anggota Persatuan Menembak dan Berburu Indonesia (Perbakin) datang ke lokasi. Dariyoto mengatakan berdasarkan laporan warga ada anggota Perbakin yang berhasil menembak seekor babi hutan.

Lebih jauh, dia melanjutkan, demi mencegah aksi babi hutan, warga juga rutin melakukan berek alias patroli keliling ladang dengan membawa serta beberapa ekor anjing. Cara ini efektif di hari terang, namun sulit dilakukan warga di malam hari karena terkendala pencahayaan.

Sementara warga Desa Platarejo, Giriwoyo, Warsini, mengatakan warga yang khawatir dengan senang hati menerima kedatangan penembak.  Warsini berharap persoalan babi hutan bisa segera diatasi. Menurutnya, gara-gara ulah babi hutan hampir semua ladang di dekat pegunungan tidak panen.

Asisten Perhutani (Asper) Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Baturetno, Saman, saat dihubungi terpisah, mengakui persoalan tersebut. Namun, pihaknya tidak bisa berbuat banyak. Menurutnya, seperti kera, babi hutan turun ke ladang warga lantaran kehabisan makanan. Dia berharap dengan memperbanyak tanaman buah di dalam hutan, serangan babi hutan berkurang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya