SOLOPOS.COM - Rini Yustiningsih (Istimewa/Dokumen pribadi)

Hujan rintik masih mengguyur Pura Mangkunegaran Solo, Jumat (23/12/2022) malam. Malam itu meski acara Sanja Warga Tak Sekadar Membangun Citra Kota yang digelar di Taman Pracima, Mangkunegaran berakhir sekitar pukul 21.30 WIB, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka belum beranjak dari lokasi.

Mas Wali masih sibuk melayani para tamu yang meminta tanda tangannya untuk dibubuhkan di buku Geliat Solo Di Tangan Gibran Wali Kota Karbitan. Sekitar 200 lebih tamu yang hadir malam itu mendapat buku setebal 300 halaman sebagai souvenir. Tamu yang hadir antara lain pimpinan DPRD, Kapolresta Solo, Kajari, Dandim Solo, Putra Mahkota Keraton Kasunan Surakarta Hadiningrat, K.G.P.A.A Hamangkunegara Sudibya Rajaputra Narendra Mataram dan lainnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tokoh masyarakat, perwakilan kelompok-kelompok masyarakat juga hadir. Mereka pun ikut antre meminta tanda tangan, bertatap muka langsung dengan Mas Wali dan jeprettt tak ketinggalan selfi bersama. Bagi mereka itu momen istimewa…

Setelahnya, giliran Wali Kota meladeni wawancara cegat atau doorstop dengan wartawan. Peristiwa geger Keraton Solo, menjadi pertanyaan yang dicecar wartawan. Malam itu, konflik Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat kembali memanas, terjadi keributan di dalam keraton.

Menjawab pertanyaan wartawan saat itu, Wali Kota meminta segera ada perdamaian di keraton. Konflik internal keluarga itu harus segera diakhiri. Setelah wawancara itu, satu per satu tamu-tamu Sanja Warga meninggalkan lokasi.

Pertemuan Tertutup

Sejurus kemudian, ketika suasana mulai sepi Mas Wali mengadakan pertemuan dengan Kapolresta Solo, Kombes Pol. Iwan Saktiadi dan Putra Mahkota Keraton Solo K.G.P.A.A Hamangkunegoro Sudibyo Rajaputra Narendra Mataram atau yang punya nama kecil K.G.P.H Purboyo.

Pertemuan tersebut terkesan mendadak dan mendesak. Tak ada persiapan ruangan yang dikhususkan untuk pertemuan itu. Akhirnya didapatlah sebuah bilik kecil yang tak terlalu sempit di salah satu bagian area depan pintu masuk Taman Pracima.

Di balik pintu regol besar berwarna biru muda, di tengah suasana dingin malam Pracima, mereka bertiga bertemu. Membahas suasana terbaru Keraton Solo? Berjarak 3 kilometer dari Pura Mangkunegaran, suasana Keraton Solo saat itu masih memanas.

Nyaris satu jam pertemuan berlangsung. Tak ada pernyataan yang meluncur dari Mas Wali, putra mahkota maupun Kapolresta Solo. Mereka bergegas meninggalkan Pracima. Kapolresta Solo bergegas meluncur ke Keraton Solo untuk mengecek konflik yang terjadi.

Rekonsiliasi

Informasi mengenai geger 23 Desember tahun lalu bersliweran di media massa. Warga Solo sendiri sebenarnya sudah jenuh dan jengah dengan konflik yang telah terjadi sejak 18 tahun lalu. Perebutan takhta kekuasaan setelah Raja Solo Paku Buwono XII mangkat pada tahun 2004, menjadi pemicu konflik.

Warga Solo sudah lama mendamba menginginkan konflik berakhir. Perdamaian di Keraton Solo melewati jalan berliku, panjang dan lama. Upaya mediasi mendamaikan dua kubu yang berkonflik di Keraton Solo sudah dilakukan sejak era Wali Kota Solo, Joko Widodo hingga Wali Kota F.X. Hadi Rudyatmo termasuk keterlibatan pemerintah pusat.

Konflik Keraton Solo berakhir damai pada Selasa (3/1/2023). Dua kubu diwakili G.K.R Wandansari dan PB XIII Hangabehi, sepakat mengakhiri konflik. Ini demi masa depan Keraton Solo.

Keesokan harinya, Wali Kota Solo mengadakan pertemuan dengan keluarga besar Keraton Solo di Loji GaNdrung rumah dinas wali kota. Perdamaian ini membuka jalan revitalisasi Keraton Solo. Wali Kota siap membantu revitalisasi keraton pascarekonsiliasi pihak-pihak yang bertikai.

Sejak awal menjabat pada Februari 2021, revitalisasi Keraton Solo menjadi salah satu concern Gibran. Bagaimana pun juga Keraton merupakan ikon Kota Solo. Tidak hanya sebagai aset bersejarah, aset budaya, Keraton juga aset wisata. Para pelaku penyedia jasa perjalanan wisata menyebut keraton masih menjadi tujuan utama para pelancong piknik ke Solo. Tak lengkap jika berwisata di Solo jika tak mampir ke Keraton Solo.

Dalam buku Wali Kota Karbitan, Putra Mahkota mengisahkan mempunyai kesan mendalam terhadap Gibran sebagai wali kota berbudaya. “Saat melihat sikap dan tata cara Mas Gibran pada saat sowan kepada Bapak Sinuhun Paku Buwono XIII, beliau adalah sosok yang mengerti sejarah, budaya, adat-istiadat, dan nilai adiluhung yang harus dilestarikan,” paparnya.

Putra Mahkota yang masih berusia 21 tahun itu berharap Pemkot Solo makin sinergis berkolaborasi dengan keraton untuk meningkatkan wisata budaya Solo.

Story

Keraton Solo masih mempunyai pamor berkelas dan istimewa bagi masyarakat. Nilai-nilai tradisi, adat istiadat, ritual, kuliner, keindahan arsitektur bangunan, benda-benda bersejarah peninggalan kerajaan Mataram mampu menarik minat masyarakat untuk berkunjung. Semua aset Keraton itu sangat menarik menjadi sebuah cerita (story) untuk disebarluaskan kepada masyarakat.

Salah satu alasan pelancong berkunjung ke suatu objek wisata yakni untuk “membuktikan” kebenaran cerita yang ia terima soal objek wisata tersebut. Cerita-cerita yang menarik seputar adat istiadat, ritual, serta cerita di balik sebuah kuliner khas bisa mengunggah rasa penasaran pengunjung.

Pada 16 November 2022, seusai gelaran welcoming dinner The 8th World Peace Forum di Sasana Andrawina Keraton Solo, saya sempat ngobrol dengan salah satu putra P.B XII, G.P.H Dipokusumo. Dia bercerita soal sate penthul (mirip sate lilit Bali) dan dendeng age (daging dimasak mirip bumbu opor kering). Hidangan itu disajikan dalam jamuan malam itu. Dua kuliner khas keraton itu dihidangkan hanya setiap tahun dal atau delapan tahun sekali. Saya sangat beruntung bisa menikmati hidangan yang tidak bisa setiap hari ditemukan.

Jamuan makam malam itu diikuti oleh tokoh-tokoh agama dari berbagai negara dan dari berbagai wilayah di Indonesia. Peserta jamuan yang datang dari Nusa Tenggara Barat (NTB) malam itu dibuat takjub dengan suasana Sasana Andrawina. Gendhing Jawa mengalun penuh syahdu di tengah asap dupa dan aroma wangi yang menebar penjuru ruangan agung. Ini menambah suasana jamuan makan malam penuh keskaralan. “Baru kali ini saya makan makan suasananya sakral dan mistis sekali. Apalagi bersama Ratu dan Pangeran,” katanya.

Masih banyak cerita-cerita menarik dari tradisi di Keraton Solo yang layak diketahui publik. Pesan perdamaian yang ingin disampaikan dalam jamuan makan malam itu semakin menguat ketika Putra Mahkota memberikan sambutannya dalam bahasa Inggris. “Kami sangat menjunjung tinggi apa pun itu kegiatan-kegiatan untuk perdamaian. Dan Keraton Solo membuka diri untuk itu,” ucap Putra Mahkota disambut tepuk tangan meriah dari para tamu.



Kini pascarekonsiliasi, sudah saatnya Keraton Solo makin membuka diri terhadap masyarakat. Bagaimana pun publik semakin penasaran dengan babak baru Keraton Solo.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya