SOLOPOS.COM - Ahli Gizi RSUD Dr. Moewardi, Ahmad Fahrudin pada Webinar Spesial Hari Gizi dengan tema Pemenuhan dan Akses Gizi Berkualitas Masih Jadi Tantangan, yang disiarkan di Espos Live, Selasa (24/1/2023). (Tangkapan Layar Youtube)

Solopos.com, SOLO — Persoalan gizi masyarakat muncul karena banyak faktor. Salah satu faktor yang tak bisa dipandang remeh adalah mengenai perilaku masyarakat.

Ahli Gizi Rumah Sakit Dr. Moewardi, Ahmad Fahrudin, menyebutkan masalah gizi di masyarakat dapat muncul karena banyak faktor. Tidak bisa muncul hanya oleh satu faktor. Untuk itu penanganannya masalah gizi juga peran butuh peran semua stakeholder termasuk organisasi profesi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dia juga mengatakan saat ini dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) serta organisasi profesi lainnya di Solo terus berupaya berperan dalam penanganan masalah gizi pada masing-masing levelnya. Termasuk dengan melibatkan masyarakat di dalamnya.

Dia mengatakan untuk mengatasi persoalan gizi pada anak harus dimulai dari seorang ibu. Selain itu perlunya masyarakat menyadari pentingnya fase 1.000 hari pertama kehidupan pada anak. Dimana pada fase tersebut harusnya anak jangan sampai kekurangan gizi.

Dia juga mengatakan para ahli gizi saat ini fokus untuk turut menangani masalah gizi yang berkaitan dengan perilaku masyarakat.

Menurutnya permasalahan gizi yang ada di sebuah wilayah bisa saja memiliki latar belakang yang sangat berbeda dengan yang terjadi di daerah lain. Ada sebagian persoalan gizi yang muncul karena ketidakmampuan masyarakat dalam menyediakan makanan. Hal tersebut menyangkut dengan daya beli masyarakat.

Tapi di daerah lain bisa saja memiliki latar belakang yang berbeda. Bahkan menurutnya keluarga yang mampu pun tidak menutup kemungkinan mengalami persoalan gizi sebab hal tersebut menyangkut perilaku.

“Kadang terjadi pada beberapa keluarga, yang memiliki anggapan yang penting anak makan. Tanpa memikirkan apa yang dimakan, komposisinya apa dan berapa kali anak makan dalam sehari,” kata dia.

Bahkan berdasarkan pengalamannya, ada orang tua yang menyuapi anak hanya dengan nasi dan kuah sayur tanpa lauk. Padahal orang tersebut memiliki kemampuan untukny menyediakannya.

“Namun karena kadang tidak berpikir pentingnya komposisi makanan pada anak di masa pertumbuhan. Hal ini yang menjadi penyebab munculnya persoalan gizi pada kalangan yang mestinya tidak mengalami kendala dalam penyediaan makanan,” lanjut dia.

Untuk itu pihaknya bersama para ahli gizi yang lain melalui berbagai kegiatan berupaya untuk memberikan edukasi kepada masyarakat. Hal ini dalam rangka merubah perilaku melalui perubahan pola makan yang tepat bagi sasaran. Sasaran yang dimaksud yakni pada ibu hami, ibu menyusui, maupun orang tua asuh.

Dia juga menyebutkan para ahli gizi juga terus melakukan pelatihan gizi. Tujuannya untuk memberikan kemampuan di kalangan masyarakat dalam penyediaan makanan pada anak. Memberikan pengetahuan bahan makanan yang baik. Kemudian yang tidak kalah penting adalah pengetahuan mengolah makanan agar zat gizi yang terkandung tidak banyak hilang. Termasuk pengetahuan untuk menyusun menu makanan yang tidak monoton dan sebagainya.

Inovasi di bidang gizi juga dilakukan, salah satunya dengan mengangkat bahan makanan lokal. Serta membangun kewirausahaan di bidang gizi. Dimana selain untuk mendukung akses mendapatkan makanan bergizi juga untuk mengangkat perekonomian masyarakat.

Hal tersebut disampaikannya dalam Webinar Spesial Hari Gizi dengan tema Pemenuhan dan Akses Gizi Berkualitas Masih Jadi Tantangan, yang disiarkan di Espos Live, Selasa (24/1/2023). Webinar yang digelar Solopos Media Group (SMG) tersebut terlaksana juga atas dukungan dari Epson, Taman Rekreasi Saloka, Prima Food, dan Phapros.

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya