SOLOPOS.COM - Asupan lemak berlebihan bisa memperparah gejala Covid-19. (Ilustrasi/Freepik)

Solopos.com, SOLO–Asupan lemak terutama yang sifatnya jenuh berlebihan bisa memperparah gejala Covid-19 yang dialami pasien. Hal ini diungkapkan oleh dokter spesialis gizi klinik dari PPSI Ilmu Gizi Klinik Universitas Indonesia, dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK.

“Konsumsi banyak lemak terutama lemak jenuh akan bisa menyebabkan kondisi peradangan lebih berat akhirnya yang mungkin keluhannya ringan tetapi karena konsumsi yang salah, akhirnya menjadi lebih berat gejalanya,” ujar dia dalam webinar bertajuk Bahaya Salah Asupan Saat Pandemi dan Isoman, seperti mengutip laman Bisnis.com, Rabu (18/8/2021).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Juwalita mengatakan asupan tinggi lemak mempengaruhi reseptor tempat melekatnya virus SARS-CoV-2 atau ACE-2 sehingga membuatnya lebih mudah dimasuki virus. Lebih lanjut, salah satu jenis lemak, yakni yang sifatnya jenuh bisa meningkatkan pengeluaran mediator yang sifatnya inflamasi dari sel imun. Akhirnya bila, inflamasi terjadi semakin berat maka ini akan memperparah gejala Covid-19 pasien.

Baca Juga: Lebih Baik Tidur Sebentar atau Tidak Sama Sekali? Ini Jawabannya!

Di sisi lain, diet tinggi lemak juga mempengaruhi kondisi bakteri baik dalam usus, menyebabkan terjadinya peradangan menyeluruh yang akhirnya menurunkan sistem imun tubuh. “Mikrobiota di dalam tubuh ini punya manfaat luar biasa, tidak hanya menjaga kesehatan saluran cerna juga berdampak pada sistem imunitas tubuh karena membantu mengaktivitasi sel-sel imun tubuh, meskipun kelihatannya hanya di usus,” tutur Juwalita.

Lemak sendiri termasuk salah satu komponen yang perlu seseorang batasi bila ingin mendapatkan kondisi tubuh sehat termasuk respon imun yang baik. Kementerian Kesehatan menganjurkan konsumsi lemak 20-25 persen dari total energi (702 kkal) atau setara dengan 5 sendok makan per orang per hari (67 gram).

Lalu, pola makanan seperti apa yang dianjurkan untuk para pasien Covid-19 termasuk yang sedang menjalani isolasi mandiri? Juwalita menyerankan diet bergizi seimbang, seperti anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni konsumsi makanan segar dan minim olahan supaya untuk mendapatkan berbagai nutrisi yang dibutuhkan mencakup vitamin mineral, serat makanan, protein dan antioksidan demi pemulihan lebih baik dan cepat.

“Karbohidrat misalnya dari beras merah, beras cokelat, umbi-umbian. Protein bisa dari makanan segar seperti seafood (ikan, udang), ayam tanpa kulit, daging sapi, kacang-kacangan seperti kedelai, almond. Ingat kita butuh magnesium, selenium, mikronutrien untuk bisa menyempurnakan diet sehat kita,” kata Juwalita.

Baca Juga: Ketahui Lima Bahasa Cinta, Kamu yang Mana?

Sementara itu tren kegemukan di Indonesia meningkat. “Kegemukan di Indonesia saat ini trennya naik hingga 18 persen, sedangkan di negara lain ada yang 40 sampai 50 persen, di Malaysia sendiri peningkatan juga luar biasa,” kata Ketua Umum Pergizi Pangan Indonesia sekaligus Ketua Asian Congres of Nutrition 2019, Prof. Dr. Hardinsyah MS, di Bali, Senin (5/8/2019).

Masalah kegemukan, katanya, menurut hasil penelitian mencakup warga dengan rentang usia dewasa, remaja, hingga anak-anak. Ia menambahkan bahwa 10 persen dari kasus kelebihan gizi ditemukan pada anak berusia di bawah lima tahun.

Hardiansyah menjelaskan bahwa masalah gizi tersebut utamanya terjadi karena konsumsi makanan yang tidak dikelola secara baik, aktivitas fisik rendah, istirahat kurang atau berlebihan, serta stres.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya