SOLOPOS.COM - Pengurus Asosiasi Petani Bunga Krisan Astha Bunda Pakem Bidang Pemasaran, Tumidi sedang merawat bunga krisan yang ditanam di greenhousenya di Pakem, Senin (3/1/2022).(Harian Jogja/Bernadheta Dian Saraswati)

Solopos.com, SLEMAN — Bisnis bunga krisan kembali menguntungkan petani  setelah sekian lama diterpa pandemi Covid-19. Semakin dilonggarkannya aturan pelaksanaan pesta pernikahan membuat petani krisan di Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)  mulai kebanjiran pesanan.

Pengurus Asosiasi Petani Bunga Krisan Astha Bunda Pakem Bidang Pemasaran, Tumidi mengatakan kegiatan penjualan krisan mulai menggeliat menjelang Desember lalu. Para pembeli dari kalangan dekorator mulai berdatangan untuk membeli krisan yang akan digunakan untuk mendekorasi pesta pernikahan maupun untuk kegiatan Natal.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Sekarang aturan mulai longgar. Pesta pernikahan sudah mulai digelar. Krisannya kembali laku,” kata Tumidi ditemui Harian Jogja di kebunnya, Senin (3/1/2022).

Bunga krisan dijual Rp17.000 per ikat. Teknisnya para petani setor ke asosiasi dan asosiasi menjualnya ke toko bunga Kota Baru maupun kepada para dekorator.

Baca Juga: Nilai Tukar Petani Naik 1,08 Persen, Ini Faktor Pendorongnya

Tumidi mengakui pandemi Covid-19 sempat membuat petani merugi. Ia sendiri misalnya, saat awal pandemi Covid-19 menanam 70.000 batang krisan dan hanya berhasil terjual 15.000 batang. Bunga yang tidak terjual hanya bisa ditimbun tanah untuk dijadikan pupuk.

Setap hari, satu petani menyetorkan 50 ikat bunga ke asosiasi dan biasanya saat musim pernikahan tiba, kenaikan permintaannya bisa 100%. Namun saat bulan-bulan pernikahan di masa pandemi kemarin, hanya meningkat 10% hingga 15%.

Kondisi itu tak pelak membuat 70% dari 30 petani asosiasi Astha Bunda beralih menjadi petani sayur. Mereka merombak greenhousenya untuk ditanami caisim atau sawi. “Sayur memang lebih murah bibitnya, tapi harga jualnya juga murah,” kata Tumidi. Namun saat permintaan mulai kembali normal seperti sekarang, para petani kembali menanam krisan.

Baca Juga: Jumlah Pertashop di Jateng-DIY Meningkat Hampir 9 Kali Lipat

Penjual krisan lainnya di Pakem, Watik, juga mulai merasakan ada kenaikan permintaan sejak enam bulan lalu. Meski kenaikannya tidak signifikan tetapi ia merasa optimistis pasar krisan akan kembali normal.

“Enam bulan lalu permintaan sudah sedikit demi sedikit naik. Kebanyakan untuk dekorasi pernikahan,” kata dia.

Kendati permintaan konsumen meningkat, petani masih mengalami kendala pertanian pada musim hujan seperti ini, yakni masa mekar bunga yang lama. Biasanya dua hari bisa mekar, saat musim hujan butuh waktu tiga hingga empat hari. Selain itu juga adanya hama thrips yang membutuhkan penyemprotan pestisida lebih banyak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya