SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak buang sampah (Freepik)

Solopos.com, MADIUN — Permasalahan sampah tidak hanya menjadi momok di lingkungan perkotaan saja, di lingkungan predesaan sampah juga menjadi masalah. Salah satunya di Desa Gunungsari, Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun.

Kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Desa Gunungsari menggandeng Universitas PGRI Madiun (Unipma) untuk mengatasi masalah tersebut. Mereka membuat inovasi berbasis digital yakni dengan meluncurkan aplikasi yang diberi nama K-trash. Aplikasi ini merupakan digitalisasi koperasi yang bergerak di bidang pengolahan sampah.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Ketua Pokdarwis Gunungsari, Bernadi Sabit Dangin, mengatakan konsep koperasi pengelolaan sampah ini sengaja didigitalisasi supaya bisa menjangkau khalayak banyak. Pihaknya menggandeng Unipma dalam mengerjakan program ini.

Dia menuturkan bisnis inti dalam K-trash yakni setiap orang yang mengunduh aplikasi ini secara otomatis menjadi anggota koperasi. Sampah yang mereka hasilkan setiap hari akan diambil oleh tim yang telah dibentuk.

Baca Juga: Keren! Desa Wisata Gunungsari Madiun Luncurkan Website dan Aplikasi Guide

“Nanti ditimbang sampah organik berapa kilogram dan sampah anorganik berapa kilogram. Nanti itu dicatat dan dikonversi menjadi rupiah,” kata dia seusai peluncuran aplikasi itu di kawasan Pasar Pundensari, Desa Gunungsari, Sabtu (13/11/2021).

Setelah sampah terkumpul, lanjut Bernadi, sampah organik akan diamanfaatkan untuk pakan maggot. Sedangkan sampah anorganik akan dipilah untuk selanjutnya diolah menjadi berbagai barang.

“Untuk saat ini yang sudah berjalan ya budidaya maggot. Itu keuntungannya sangat tinggi, karena permintaan maggot di peternakan juga sangat tinggi. Terutama untuk unggas dan ikan. Sedangkan untuk pengolahan sampah anorganik belum. Saat ini masih kita kumpulkan. Karena investasi alat pengolahan samah anorganik juga mahal,” terangnya.

Jadi Iuran Wajib

Karena dikonsep koperasi, kata Bernadi, hasil dari sampah yang diambil tersebut langsung menjadi iuran wajib anggota. Uang yang terkumpul itu akan digunakan untuk pengembangan usaha. Seperti pemeliharaan maggot dan investasi di alat pengolahan sampah anorganik. Setiap akhir tahun, seluruh anggota koperasi akan mendapatkan sisa hasil usaha (SHU).

Baca Juga: Truk Tangki Pertamina Kecelakaan di Madiun, 1 Orang Meninggal

Untuk saat ini, pihaknya sudah melakukan pengumpulan sampah rumah tangga di warga Desa Gunungsari. Sampah-sampah tersebut diambil dan dikumpulkan di satu tempat khusus. Rata-rata setiap hari ada satu pikap sampah organik dan anorganik yang berhasil dikumpulkan.

Perwakilan tim dosen Unipma, Puguh Jayadi, mengatakan aplikasi ini dikembangkan untuk membantu mengatasi permasalahan sampah yang ada di Desa Gunungsari.

“Ini merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat,” kata dia.

Puguh menyampaikan aplikasi ini menghubungkan antara warga yang hendak membuang sampah dan pengelola sampah. Namun, dengan sistem koperasi. Saat menginginkan menyetor sampah, warga tinggal menekan tombol di aplikasi tersebut dan akan ada petugas yang mengambil sampah itu.

Harapannya, melalui K-trasch ini masyarakat lebih peduli terhadap sampah dan lingkungannya. Selain itu, sampah yang dikumpulkan akan menjadi nilai lebih bagi masyarakat.

Baca Juga: Dapat Wejangan Pakar, Alumni FT dan FIKS Unipma Siap Hadapi Era Digital

“Aplikasi ini masih dalam tahap pengembangan. Tiga bulan lagi mungkin sudah bisa didownload di Play store,” kata dia.

Meski aplikasi belum bisa diunduh, kata Puguh, sebenarnya konsep ini telah dilakukan secara manual. Hal ini sebagai langkah untuk uji coba konsep tersebut. Sehingga nanti saat aplikasi benar-benar sudah siap, seluruh sistem akan bekerja dengan baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya