SOLOPOS.COM - Ilustrasi kanker payudara. (Freepik)

Solopos.com, SOLO —  Kanker payudara menjadi salah satu jenis penyakit yang berpotensi menyebabkan kematian. Namun kanker ini disebut masih bisa diminimalkan risikonya bahkan disembuhkan setika masih dini.

Hal tersebut dibahas dalam dialog mengenai Kanker Payudara, Pengobatan Tradisional Tiongkok (TCM), bersama ahli kanker dari Parkway Cancer Center (PCC) Singapore, dr. Foo Kian Fong. Acara tersebut disiarkan Espos Live, Kamis (1/9/2022).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Foo Kian Fong menjelaskan kanker payudara adalah ketika tumor yang ganas muncul akibat pertumbuhan sel di payudara yang tidak terkontrol. Dia menyampaikan, berdasarkan data statistik 10 penyebab kematian kanker pada wanita di Indonesia, kanker payudara menduduki peringkat pertama.

“Kanker bisa muncul pada payudara bisa di bagian kulit, pada bagian duktus, lobus, pada bagian lemak, dan bagian otot,” kata dia. Rata-rata, 90% kasus itu ada pada duktus atau kelenjar dan lobus pada payudara. Jika kanker itu ada pada lobus maka namanya lobulus cancer dan kalau pada duktus maka disebut ductus cancer. Menurutnya kasus yang paling banyak terjadi adalah pada duktus.

Untuk faktor risiko bagi mereka yang kanker payudara, terbagi menjadi dua kelompok. Pertama adalah faktor yang tidak dapat dirubah dan faktor yang bisa diubah.

Baca Juga: Catatan Pengobatan Tradisional Tiongkok, Istri Tak Bahagia Picu Kanker Payudara

Faktor yang tidak bisa dirubah seperti jenis kelamin, umur, faktor genetik, kemudian faktor riwayat pada keluarga yang memiliki kanker payudara atau kanker ovarium. Menstruasi terlalu dini dan menopause yang terlalu lanjut. Kemudian ada riwayat pernah dilakukan biopsy pada payudara, menurutnya juga memiliki risiko tinggi.

Kemudian faktor yang bisa diubah berhubungan dengan gaya hidup. Pertama seperti meminum alkohol. Penelitian membuktikan jika orang yang meminum alkohol setiap hari, meningkatkan risiko terkena kanker payudara sebesar 12%. Kemudian wanita yang tidak memiliki anak atau memiliki anak diumur yang lanjut.

Kemudian mereka dengan postmenstrual hormone theraphy juga memiliki risiko kanker payudara. Mereka yang minum obat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan juga memiliki risiko. Kemudian mereka yang merokok juga berisiko terhadap kanker payudara.

Selain itu juga ada faktor protektif untuk mencegah kanker payudara. Pertama mereka yang aktivitas fisiknya baik, yang sering bergerak, mereka juga sering berolahraga akan mengurangi risiko terkena kanker payudara sebesar 30%. Mereka yang hamil atau pernah melahirkan juga akan mengurangi risiko kanker payudara 30%.

Mereka yang menyusui juga mengurangi risiko sebesar 30%. “Kami juga ingin anda memiliki berat badan yang ideal, tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus. Masalahnya utamanya banyak yang terlalu gemuk. Kegemukan akan meningkatkan risiko,” lanjut dia.

Baca Juga: Kisah Kakek 73 Tahun Sembuh dari Kanker Lambung

 Ahli kanker dari Parkway Cancer Center (PCC) Singapore, dr. Foo Kian Fong. Acara tersebut disiarkan Espos Live, Kamis (1/9/2022). (Tangkapan Layar Youtube)
Ahli kanker dari Parkway Cancer Center (PCC) Singapore, dr. Foo Kian Fong. Acara tersebut disiarkan Espos Live, Kamis (1/9/2022). (Tangkapan Layar Youtube)

Mengenai tanda-tanda atau gejala terkena kanker payudara di antaranya adalah pembengkakkan pada sebagian atau bahkan semuanya pada payudara. Tanda berikutnya, ada iritasi kulit dan terdapat lesung terutama pada sekitar puting. Nyeri pada bagian payudara, kemudian pada puting akan nyeri dan masuk ke dalam.

Bisa juga muncul tanda kemerahan, keras, menebal, pada puting tersebut. Atau terdapat cairan yang keluar dari puting tapi selain ASI, dan seperti darah. Selanjutnya adanya benjolan di bagian bawah lengan. “Jika anda mengalami hal-hal ini segera temui dokter untuk diperiksakan,” kata dia.

Disebutkan, ada tiga tipe utama kanker payudara intraductal. Pertama kanker payudara hormone sensitif. Hormone ini berkontribusi sekitar 70%. Kemudian yang ada yang disebut esterogen receptor (ER) atau progesterone receptor (PR) positif. “Mereka ini adalah yang kankernya dipicu dari hormon tersebut,” jelas dia.

Kemudian ada yang tipe kedua yaitu Her2 positif kanker payudara. Ini sekitar 15% dari kasus total kanker payudara. Terakhir ada triple negative kanker payudara, sekitar 15%-20% dari total kasus kanker payudara. Kebanyakan pasien yang mengidap kanker payudara berasal dari hormone sensitive kanker payudara.

Baca Juga : Wasabi Asal Jawa Tengah Diekspor Mahal ke Jepang

Lalu bagaimana pengobatan kanker payudara?

Pengobatan akan sangat tergantung pada stadium kanker tersebut. Kemudian biasanya merupakan kombinasi dari pembedahan, radiasi, kemoterapi, terapi hormone dan target terapi.

Untuk pembedahan, ada metode mastectomy dimana seluruh bentuk payudara itu akan diangkat untuk menghilangkan kanker tersebut. Kemudian ada juga yang namanya lumpectomy dimana yang diangkat adalah benjolan atau kaker itu saja dan juga untuk melakukan biopsy pada area ketiak yaitu kelenjar getah bening, sehingga payudara nampak sedikit lebih kecil dengan luka jahitan.

Jika statusnya masih di stadium awal, maka pasien memiliki kesempatan untuk disembuhkan hanya dengan operasi saja. “Tapi kita tahu bahwa meskipun stadium 1, terdapat risiko kanker muncul kembali dalam 10 tahun sebesar 5%-20%. Seiring meningkatkan stadium maka risiko kekambuhan dalam 10 tahun sangat tinggi hingga 70%-90%,” kata dia.

Baca Juga: Hoaks! Covid-19 bisa Diobati dengan Nikotin

Jenis pengobatan yang bisa dilakukan setelah operasi, juga tergantung dari ukuran, tadium, kemudian tipe kanker payudara intraductal, serta usia pasien. Selain pembedahan, ada juga pengobatan yakni dengan cara kemoterapi, hormonal terapi dan targeted therapy yang menggunakan herceptin untuk mereka yang tipenya Her2 positif.

Baru-baru ini sebagian besar dokter juga melakukan apa yang disebut neoadjuvant atau terapi primer. Terapi ini yang dimaksud adalah ketika tumor atau kanker pada payudara itu begitu besar dan sulit untuk dilakukan pembedahan. Itu artinya dia memiliki tumor yang besar dan sangat sulit untuk dioperasi kemudian diberikan kemo, hormone dan terapi target untuk mengecilkan ukuran, sehingga operasi menjadi lebih mudah.



Seperti diketahui, pembedahan maupun kemoterapi itu merupakan prosedur yang lumayan menyakitkan. Untuk itu menurutnya sangat penting dilakukan skrining dan deteksi dini. Tujuan skrining adalah mencegah pembentukan atau kanker itu bertumbuh menjadi lebih buruk.

Dengan menemukan lalu mengangkatnya di waktu yang sedini mungkin. Kemudian meningkatkan kemungkinan untuk penyembuhan karena masih dalam stadium dini yang terdeteksi. Salah satu cara skrining untuk mengetahui kanker payudara adalah dengan pemeriksaan mammogram. Bisa juga dengan USG payudara atau MRI payudara.

Sementara terkait pengobatan tradisional tiongkok atau TCM, biasanya yang dilakukan berupa acupuncture, diet terapi, herbal terapi, meditasi, exercise, moxibustion, dan massage (tui na).

Baca Juga: Kenali Gejala dan Ciri-Ciri HIV agar Semakin Waspada

Pada pengobatan tradisional tiongkok, efek dari kemoterapi dipercaya akan mempengaruhi sistem pada tubuh kita. “Jadi apa efek kemoterapi dan radioterapi menurut TCM? Pada dasarnya lambung, limpa dan fungsi ginjal terdampak. QI juga terdampak. Jadi untuk memperbaikinya yaitu dengan meningkatkan fungsi organ anda dan juga dengan meningkatkan QI anda, dari sinilah TCM masuk,” kata dia.

Untuk itu menurut Foo, TCM adalah lebih sebagai complimentary dari kemoterapi radioterapi dan operasi, sebab terapi-terapi tersebut berdampak pada tubuh manusia dan TCM ditujukan untuk menyelaraskan dan menormalkan kembali.

Mengenai waktu yang dibutuhkan, hal itu tergantung pada bagaimana tubuh pasien bereaksi terhadap herbal. “Kamu perlu Kembali menemui ahli TCM anda setiap beberapa minggu untuk mengecek apakah lambung, fungsi ginjal, fungsi limpa menjadi lebih baik? Apakah QI lebih baik? Ketika semua sudah Kembali normal bisa dihentikan,” jelas dia.

Tapi untuk pengobatan Cina dalam mengobati kanker payudara secara pribadi dia tidak berpikir itu berguna. Sebab menurutnya kanker payudara berkembang sangat cepat dan pengobatan Cina membutuhkan waktu lama untuk bekerja. “Dan saya pikir tidak cukup cepat untuk mengobati kanker payudara,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya