SOLOPOS.COM - Rektor UGM Yogyakarta Profesor Panut Mulyono (tengah) disela sela peresmian The Gade Creative Lounge Perpusatakaan UGM, Selasa (7/12/2021). (Istimewa)

Solopos.com, SLEMAN — Ada yang baru di Perpustakaan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Di sini pengunjung akan mendapati ruangan bernama The Gade Creative Lounge di lantai IV perpustakaan utama.

Creative Lounge ini menjadi tempat mahasiswa dan warga berdiskusi dengan suasana santai dan belajar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Rektor UGM Yogyakarta, Profesor Panut Mulyono, berharap fasilitas The Gade Creative Lounge dapat membantu meningkatkan kualitas layanan perpustakaan bagi masyarakat khususnya civitas akademika UGM.

Ekspedisi Mudik 2024

Keberadaan lounge seluas 300 meter persegi itu, lanjut Panut, tidak telepas dari kebutuhan mahasiswa saat ini yang sering kali memanfaatkan kafe untuk menggelar diskusi. Merespons hal demikian, maka perpustakaan UGM menyediakan tempat untuk belajar serta diskusi yang nyaman.

Baca Juga: Pemerintah Batalkan PPKM Level 3, Pemkot Jogja Tetap Lakukan Pengetatan

“The Gade Creative Lounge merupakan program tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) dari PT Pegadaian. Kami berharap fasilitas ini memudahkan mahasiswa untuk belajar,” ujarnya seusai peresmian The Gade Creative Lounge, Selasa (7/12/2021).

Panut mengatakan ruang-ruang semacam lounge untuk kegiatan belajar dan diskusi di UGM tidak hanya disediakan di Perpustakaan. Beberapa fakultas dan kantin menyediakan fasilitas serupa dan jumlahnya akan terus diperbanyak. Hanya, The Gade Creative Lounge memiliki kelebihan yang tak dimiliki di tempat lain . Yakni adanya fasilitas mini golf dan permainan meja sepak bola.

Sementara itu, Direktur Utama PT Pegadaian, Kuswiyoto, menyampaikan pihaknya sudah membuat The Gade Creative Lounge di delapan kampus. Salah satunya di UGM. “Tujuannya, kami ingin mengedukasi mahasiswa untuk bisa menyongsong masa depan. Cara orang bekerja sudah berubah saat ini,” ungkap dia.

Baca Juga: Waspada, Belasan Pohon di Bantul Ambruk dalam Hitungan Jam

Ia membandingkan budaya bekerja saat ini ia bekerja di era tahun 1980-an. Saat itu, pegawai bekerja menggunakan mesin ketik. “Dulu kerja di kantor rasanya seperti di kantor kelurahan karena masih pakai mesin ketik. Sekarang sudah era digital dan tempat duduknya diatur sebebas mungkin, tidak dikotak-kotakin lagi,” ujarnya.

Ia menilai mahasiswa saat ini sudah berbeda pola pikirnya dibanding generasi terdahulu. Sekarang mereka lebih aktif, inovatif dan kreatif. Sekitar 65% pekerja di Pegadaian saat ini didominasi kaum milenial sehingga perkembangannya dinilai luar biasa baik dari sisi bisnis maupun teknologi.

“Kami berikan sarana ini untuk menggugah kreativitas para mahasiswa. Cara belajarnya beda, mereka perlu tempat yang cozy untuk ngobrol dan diskusi. Harapan kami mahasiswa bisa muncul ide-idenya karena suasananya sangat santai,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya