SOLOPOS.COM - Peserta mendengarkan penjelasan mengenai sejarah Kota Waringin saat mengikuti tur Dari Masa Ke Masa The Secret Of Baluwarti Jalan-jalan Keliling Mengulas Nilai-nilai Historikal di Wirengan, Baluwarti, kompleks Keraton Solo, Minggu (12/12/2021). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Kawasan Baluwarti di lingkungan tembok Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Pasar Kliwon, Solo, menyimpan banyak tempat bersejarah yang tersembunyi.

Wisata edukasi keliling kawasan itu pun menjadi daya tarik tersendiri bagi banyak orang. Salah satunya Margaretha Tri Ari Ningsih, warga asli Kota Solo yang merantau cukup lama di Pulau Bali. Sejak Oktober 2021 lalu, Margaretha kembali ke kampung halamannya di Purwosari, Laweyan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ada kerinduan tersendiri bagi ibu rumah tangga itu saat menjejakkan kaki lagi di tempat kelahirannya. Karena itulah, perempuan berambut pendek ini pun tak melewatkan kesempatan mengikuti tur jalan-jalan keliling Baluwarti yang digelar komunitas pencinta sejarah, Solo Societeit, Minggu (12/12/2021) pagi.

Margaretha menjadi satu dari 25 warga yang mengikuti tur bertema “Dari Masa ke Masa, The Secret of Baluwarti” itu. Meski berangkat sendiri dan berjalan cukup jauh di tengah terik matahari, Margaretha antusias saat napak tilas ke bangunan dan tempat bersejarah di Baluwarti, Solo, yang belum banyak diketahui.

Baca Juga: Siap-Siap, Tes Swab Acak Surveilans PTM di Sekolah Solo Berlanjut

Pagi itu dia bersama peserta lain melihat dari dekat Gondorasan (hunian abdi dalem yang bertugas menyiapkan kuliner dan sesaji Keraton). Kemudian lumbung pangan lawas di timur gapura Brojonolo Kidul, Kori Magangan, Kampung Sekul Langgen yang menjadi hunian abdi dalem koki nasi langgi.

Hingga akhirnya ke Dalem Ngabeyan, kediaman pangeran sejak Paku Buwono X yang kini kondisinya memprihatinkan. “Sebenarnya sering lewat kawasan Keraton, tapi enggak tahu sejarah di balik bangunan di sekitarnya,” ucap Margaretha.

Sarat Edukasi

Pengalaman baru pagi itu membuatnya semakin paham dan mencintai kota kelahirannya. Margaretha menyebut wisata sejarah lewat tur jalan kaki sarat edukasi sekaligus mengasyikkan. “Kalau hanya baca saja, kadang kita mudah lupa. Tur ini menarik karena kita bisa belajar sekaligus mengunjungi lokasinya.”

Ia mengatakan pengetahuan sejarah penting bagi warga kota untuk mengenal lebih dekat tempat kelahirannya. “Tahu sejarah itu bisa jadi kebanggaan sih. Jadi kalau ada teman dari luar kota nanya tentang Solo, saya enggak bingung,” ujarnya.

Baca Juga: Pengemudi Pajero Terserempet Sepur Kluthuk di Solo Mahasiswa Wonogiri

Sementara itu, tak sedikit anak muda yang mengikuti tur ke kampung hunian keluarga keraton dan abdi dalem itu dan tempat bersejarah lainnya di Baluwarti, Solo. Arninda Afifah Urfan, 25, salah satunya. Warga Pabelan, Kartasura, ini mengatakan tur ala Solo Societeit sangat membantunya menyelami sejarah tersembunyi di kawasan Baluwarti.

Bersama rekannya, Yassinta, Arnin rela jalan berpanas-panasan mengelilingi kawasan benteng Baluwarti dipandu guide dari Solo Societeit. “Ini sudah dua kali saya ikut. Sebelumnya ikut tur tentang Keraton Solo. Tur kayak gini menarik karena kita punya akses ke lokasi bersejarah yang mungkin sulit dimasuki jika ke sana sendiri. Kita juga lebih paham karena ada penjelasan langsungnya.”

Mengakses Ruang Privat

Arnin mengaku paling terkesan saat diajak mengunjungi Dalem Purwohamijayan. Peserta saat itu memang mendapat “durian runtuh” karena diizinkan pengelola untuk mengakses ruang privat seperti Gondok Krobongan serta fasilitas lain. “Tadi juga melihat langsung sumur yang airnya biasanya dipakai buat wilujengan,” ujarnya antusias.

Baca Juga: 775 Personel Amankan Nataru di Solo, Kapolresta: Jangan Ada Sweeping!

Koordinator Riset Solo Societeit yang menjadi pemandu tur, Fauzi Ichwani, mengaku tak menyangka antusiasme warga mengikuti tur tempat bersejarang di Kampung Baluwarti cukup tinggi. Hal itu karena Solo Societeit sempat absen menggelar tur lumayan lama karena pandemi Covid-19.

“Kami cukup banyak menolak peserta karena memang kuota kami batasi 25 orang. Kondisinya masih belum memungkinkan bawa rombongan banyak,” ujarnya.

Menurut Fauzi, belakangan warga semakin tertarik menyimak wisata sejarah dengan konsep tur jalan kaki. Pesertanya pun dari beragam kalangan dan usia. Fauzi mengatakan Solo Societeit memang sengaja mengonsep sejarah dengan lebih ringan dan menarik lewat tur napak tilas. “Jadi belajar sejarah bisa sekalian jalan-jalan dan mengobrol.”

Ke depan, Solo Societeit berencana mengembangkan tur ke wilayah di luar Soloraya. “Kami berencana bikin wisata sejarah ke luar kota, tapi yang masih ada ikatan sejarah tertentu dengan Kota Solo. Selama ini tur kami masih sebatas di Soloraya.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya