SOLOPOS.COM - Salah satu ibu pengganti di India (IST)

Salah satu ibu pengganti di India (IST)

Kruti, 28 tahun, sedang menggendong bayi laki-laki. Ia melahirkan bayinya beberapa pekan lalu di Klinik Infertilitas Akansha di Kota Anand, Negara Bagian Gujarat.

Promosi BRI Group Berangkatkan 12.173 Orang Mudik Asyik Bersama BUMN 2024

Tapi bayi itu bukan miliknya. Dia mengandung sel telur yang telah dibuahi milik pasangan Kanada yang datang ke klinik itu tahun lalu. Ini untuk kali kedua ia mengandung anak pasangan lain atau yang lebih dikenal dengan penyewaan rahim.

“Saya sendiri yang memilih untuk jadi seorang ibu pengganti. Saya merasa senang bisa membantu para perempuan yang tidak bisa punya anak,” ujar Kruti.

Ekspedisi Mudik 2024

“Saya buta huruf tapi saya bermimpi anak saya nanti bisa sekolah di tempat yang bagus. Untuk itu saya butuh banyak uang dan itu saya dapat dengan jadi ibu pengganti. Ini akan mewujudkan impian saya.”

Dengan tiga anak kandung dan suami pemabuk, Kruti harus mencari uang untuk keluarganya. Ia memutuskan jadi ibu pengganti beberapa tahun lalu. Dan dia tidak sendiri. Diperkirakan ibu-ibu pengganti ini melahirkan dua ribu anak di seluruh India tahun lalu. Mereka sebagian besar adalah perempuan miskin yang tinggal di kawasan kumuh perkotaan.

Mereka bisa mendapatkan uang antara Rp57 juta hingga Rp95 juta. Jumlah yang sangat besar bila dibandingkan pekerjaan kasar yang mereka tekuni, yang hanya menghasilkan kurang dari Rp20.000 per hari.

India merupakan ‘pusat penyewaan rahim’ dunia. Praktik ini dilarang dibanyak negara tapi di India diperbolehkan sejak 10 tahun lalu.

‘Menyewakan rahim untuk komersial’ berarti membayar seorang perempuan untuk mengandung anak dalam rahimnya. Industri itu bernilai Rp23 triliun setiap tahunnya dan merupakan kunci pasar turis kedokteran yang menguntungkan di negeri itu.

Rimi, 27 tahun, mengantarkan anaknya ke sekolah. Ia juga seorang ibu pengganti dan baru saja melahirkan bayi titipan pertamanya Januari lalu. Rimi dulu bekerja di wartel dengan gaji Rp 500 ribu sebulan. Tahun lalu ia melihat iklan di surat kabar lokal dari sebuah klinik yang mencari ibu titipan. Ia segera menjawab iklan itu karena ia butuh uang untuk keluarganya.

“Sejak suami saya mencampakkan saya tiga tahun lalu, saya mengalami masalah keuangan. Saya punya dua anak. Saya lihat ada tawaran jadi ibu pengganti dan saya menerimanya,” ujar Rimi.

“Saya menggunakan uangnya untuk membeli sebuah kamar dan untuk masa depan anak-anak saya. Saya berterima kasih pada klinik dan pasangan itu yang memberi saya uang.”
I
a mendapat bayaran Rp57 juta dari pekerjaan itu. Dan baru-baru ini ia mengenalkan lima perempuan lain yang juga ingin jadi ibu pengganti pada klinik itu

“Seperti saya, sebagian besar perempuan ini juga miskin. Mereka tidak akan mampu mengerjakan pekerjaan apapun selama setahun karena hamil. Ini pelayanan yang tak ternilai. Mereka siap membantu pasangan kaya yang tidak bisa punya anak. Lalu apa salahnya jika mereka mendapat uang dari pelayanannya itu?”

Klinik menetapkan biaya sekira Rp110 hingga 280 juta untuk layanan penyewaan rahim ini. Ini adalah paket komplit termasuk pembayaran fertilisasi, ibu pengganti dan proses melahirkan di rumah sakit. Jika orangtua adalah orang asing maka biaya juga termasuk tiket pesawat dan akomodasi selama berada di India.

Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, hampir 10 pesen pasangan di dunia tidak bisa punya anak. Banyak diantara mereka mendatangi klinik kesuburan dan bayi tabung dan sekitar dua persen membutuhkan ibu pengganti untuk melahirkan anak mereka.

Di India ada seribuan klinik kesuburan dan bayi tabung. Setengahnya menyediakan penyewaan rahim komersial.
Tapi tidak semua orang mendukung bisnis ini. Aktivis HAM, Brinda Karat seorang kritikus vokal.

“Warga negara asing datang kemari untuk memanfaatkan situasi, karena di negara mereka praktik ini dilarang. Penyewaan rahim dilarang di Australia, Inggris, di banyak negara bagian Amerika Serikat dan Eropa,” tegas Karat.

“Jadi negara mereka sendiri sepenuhnya tidak sensitif terhadap pasangan yang ingin punya anak kandung. Mereka tidak peduli, mereka hanya ingin melindungi para ibu pengganti. Jadi mereka menemukan India-lah yang mau menerima mereka. Saya pikir ini benar-benar mengeksploitasi perempuan miskin di India.”

Penyewaan rahim diperbolehkan di beberapa negara di Amerika Utara tapi di India harganya dua hingga tiga kali lebih murah. Beberapa orang setuju dengan penyewaan rahim tapi mereka khawatir bila uang dilibatkan.

Ahli kesuburan dan bayi tabung, dokter Kamini Rao, mengatakan praktik ini tidak etis karena memperlakukan anak seperti komoditi. Ia bilang peyewaan rahim itu boleh hanya bila tidak dibayar. Tujuannya untuk membantu orangtua dengan itikad baik.

“Itu seharusnya dilakukan dengan ikhlas. Perempuan yang tidak bisa melahirkan bisa ditawari penyewaan rahim. Dan ini berlaku untuk semua orang.”

Tapi dokter Indira Hinduja tidak sepakat. Ia kepala fasilitas Kesuburan bayi tabung di Rumah Sakit Hinduja Mumbai dan telah bergelut di bidang penyewaan rahim selama 25 tahun. Ia tahu berat untuk menemukan ibu pengganti bila tak memberi mereka uang.

“Jika perempuan miskin mengandung anak orang lain, dan pasangan yang punya anak ingin memberikan uang kepada perempuan itu, apa salahnya? Saat perempuan itu dan anak-anaknya kelaparan di jalanan atau rumahnya rubuh, siapa yang akan membantu dia? Apakah pemerintah membantu dia? Apakah Anda atau saya akan membantu dia?”

Salah satu masalah terbesar adalah tidak adanya hukum yang melindungi hak para ibu pengganti ini. Berdasarkan kontraknya, mereka kerap dipaksa untuk melahirkan lewat operasi caesar walau ini membawa resiko berkali lipat yang bisa berujung kematian saat melahirkan.



Selain itu si Ibu kerap tidak mendapatkan perawatan sebelum atau sesudah persalinan. Kini, India menempati posisi atas dalam tingkat kematian ibu melahirkan dengan jumlah 56 ribu orang meninggal setiap tahun.

Masalah lain, tidak ada pembatasan berapa kali seorang perempuan bisa jadi ibu pengganti. Kemudian ibu pengganti India hanya menerima seperempat dari uang yang diterima klinik padahal di beberapa tempat di Amerika Serikat, ibu pengganti menerima hingga 75%.

Sebuah rancangan Undang-undang yang disebut RUU Teknologi Reproduksi yang Dibantu rampung dua tahun lalu, dan bertujuan untuk melindungi para ibu pengganti India. RUU ini dijadwalkan dibawa ke Parlemen tahun ini. Jika disahkan, penyewaan rahim komersial akan disahkan tapi dengan aturan yang lebih ketat.

Dokter Radhey Sharma, Deputi Sekretaris Jenderal Dewan Penelitian Medis India yang terlibat dalam penyusunan RUU, mengatakan: “Kami merancang daftar pertanyaan dan melakukan tujuh debat publik di berbagai negara bagian.

Mayoritas masyarakat mendukung praktik ini. Mereka bilang penyewaan rahim komersial harus diizinkan di negara ini.”
Berdasarkan RUU itu, seorang perempuan yang bertindak sebagai ibu pengganti harus berusia antara 22 hingga 34 tahun. Dan dia hanya boleh melahirkan maksimal lima bayi termasuk anak-anaknya sendiri.

Tapi, Rimi bilang dia akan jadi ibu pengganti lagi.

“Jika mereka tidak membayar atas jasa saya, saya tidak mau jadi ibu pengganti. Karena saya memang melakukannya demi uang. Hampir semua ibu pengganti begitu. Jika penyewaan rahim secara komersial dilarang hari ini maka besok saya kira Anda tidak akan mendapatkan satu perempuan pun yang mau melakukannya dengan gratis.”

Shaikh Azizur Rahman
Asia Calling/Anand, Gujarat, India

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya