SOLOPOS.COM - Danau Rawa Pening saat digunakan menggelar lomba kayak pada Popnas 2017 lalu. (JIBI/Semarangpos.com)

Solopos.com, UNGARAN — Kabupaten Semarang, Jawa Tengah (Jateng), memiliki sederet objek wisata alam yang menarik, salah satunya adalah Danau Rawa Pening. Sejarah terjadinya, atau asale Rawa Pening kerap dikaitkan dengan legenda seorang anak laki-laki yang sakti jelmaan naga, Baru Klinting.

Diolah dari berbagai sumber, asale Danau Rawa Pening tak bisa dilepaskan anak laki-laki berwujud naga, putra dari seorang ibu bernama Endang Sawitri, yang tinggal di Dea Ngasem. Suatu ketika, anak itu bertanya kepada ibunya tentang keberadaan sang ayah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ia pun akhirnya diberi tahu jika ayahnya adalah seorang raja yang tengah bertapa di Gunung Telomoyo bernama, Ki Hajar Salokantara. Anak itu kemudian disuruh menemui sang ayah sambil membawa lonceng di leher, atau klintingan.

Baca juga: Rawa Pening Dikaitkan dengan Gempa Ambarawa, Cek Faktanya

Anak itu kemudian bergegas menemui ayahnya sambil membawa klinthingan atau lonceng yang tergantung di leher. Setelah menemui sang ayah, anak berwujud ular raksasa itu kemudian disuruh bertapa sambil melingkarkan tubuhnya di Gunung Telomoyo selama satu tahun.

Ketika bertapa, datanglah warga desa yang memotong tubuh ular naga jelmaan Baru Klinting itu untuk dibuat jamuan pesta sedekah bumi. Pesta itu digelar untuk merayakan hasil panen yang diperoleh warga desa.

Baru Klinthing pun tidak mempermasalahkan tubuhnya dibuat jamuan pesta sedekah bumi oleh warga desa. Hanya saja, ia berang saat datang ke desa dengan wujud anak manusia justru diperlakukan tidak sopan.

Cabut Lidi

Ia diusir saat hendak meminta makanan ke warga desa. Baru Klinting yang marah pun akhirnya menancapkan lidi ke tanah dan menantang warga untuk mencabutnya.

Namun tidak ada seorang pun warga yang mampu mencabut lidi itu. Baru Klinting pun akhirnya mencabut lidi tersebut dan keluarlah air dari tanah tersebut hingga menenggelamkan seluruh desa.

Desa yang tenggelam itu pun kini menjadi danau alam seluas 26,1 km persegi yang terkenal dengan nama Rawa Pening, yang berarti danau dangkal yang airnya jernih.

Baca juga: Kisah Rakyat Ini Melegenda di Rawa Pening…

Legenda Rawa Pening ini pun populer di kalangan masyarakat Jateng, khususnya warga Semarang. Cerita rakyat ini memiliki pesan agar kita selalu menghormati orang lain tanpa memandang penampilannya. Selain itu, kisah ini juga memiliki pesan untuk selalu membalas kebaikan dengan perbuatan baik.

Rawa Pening memiliki panorama alam yang indah karena berlatarbelakang tiga gunung, yakni Gunung Telomoyo, Gunung Ungaran, dan Gunung Merbabu. Kendati demikian, danau ini mengalami pendangkalan yang sangat pesat akibat gulma, enceng gondok.

Ketika musim kemarau, hampir seluruh permukaan rawa tertutup enceng gondok. Padahal, dulunya Rawa Pening merupakan tempat favorit bagi warga Kabupaten Semarang dan sekitarnya untuk mencari ikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya