SOLOPOS.COM - Warga Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang memanen biji kopi yang ditanam di pekarangan rumah beberapa waktu lalu. Bertanam kopi sudah dikenal warga Sidorejo sejak era kolonial.(Istimewa)

Solopos.com, KLATEN– Warga di kawasan lereng Gunung Merapi belakangan gencar menanam kopi. Seperti warga di wilayah Deles, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Klaten.

Diinisiasi oleh sukarelawan di Komunitas Radio Lintas Merapi, warga mulai kembali menanam kopi sejak sekitar 2014. Hal itu mereka lakukan untuk mengembalikan kejayaan kopi di wilayah Deles pada era 1980-1990an.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tak sekadar menanam dan memanen, mereka mulai mengolah biji dan memiliki merek produk kopi dengan nama Kopi Petruk.

Baca Juga: Menengok Desa Bonyokan Klaten, Kampung Pencetak Atlet Panahan Tingkat PON hingga Olimpiade

Ekspedisi Mudik 2024

Salah satu warga Dukuh Bangan, Desa Sidorejo, Sukiman, mengatakan warga di wilayah Deles mengenal kopi sejak masa lampau. Bahkan sejak era kolonial Belanda.

“Kopi di Deles itu ada sejak mbah-mbah saya. Kurang lebih pada kolonial sudah ada kopi,” kata Sukiman saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (23/7/2021).

Sejumlah tempat hingga kini pun lebih dikenal dengan tempat yang berkaitan perkebunan kopi sekaligus tempat produksi. Seperti kawasan Pesanggrahan PB X yang berada di wilayah Deles. Sebagian warga masih menyebut kawasan tersebut dengan nama pabrik.

“Karena orang-orang pada zaman itu menyetor kopi ke Pesanggrahan itu. Mungkin itu dulunya milik Belanda,” kata Sukiman.

Baca Juga: Malam-Malam Kapolres dan Dandim Klaten Antarkan Bantuan ke Rumah Warga Terdampak Pandemi

Selain itu, ada tempat lain yang masih diidentikkan dengan kopi lantaran pada era kolonial menjadi bagian dari perkebunan kopi. Kawasan itu berada di wilayah Dukuh Kadirejo yang sebagian warga masih menyebutnya dengan nama Kopen, kebun kopi milik Belanda.

Soal pengolahan bijih kopi, Sukiman mengatakan pada era itu juga sudah dilakukan oleh para sesepuh warga Deles. Namun, kopi yang diolah hanya untuk konsumsi pribadi.

“Zaman mbah-mbah saya itu kopi dicampuri dengan jagung, beras, dan lain-lain sementara untuk pengolahan yang murni mungkin dilakukan oleh Belanda,” kata Sukiman yang juga pengelola Kopi Petruk.

Baca Juga: Keren Pol! Pemuda Jatinom Anak Penjaga Sekolah Ini Wakili Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020

Belum Maksimal

Sukiman menjelaskan bertani kopi sebenarnya masih berlanjut setelah era kemerdekaan. Budi daya kopi di Deles juga terus berkembang dan digalakkan terus oleh pemerintah hingga pernah dibentuk kelompok budi daya kopi.

Namun, bimbingan menjadikan biji kopi ke produk layak konsumsi dan jual belum maksimal. Alhasi, warga hanya sebatas menjadi petani dan menyetor biji kopi ke industri pembuatan kopi seperti Temanggung dan Salatiga.

Budi daya kopi itu terus bertahan hingga era 1992-2000. Namun, lambat laun budi daya kopi mulai ditinggalkan. Kondisi itu dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi lainnya yang lebih menggiurkan seperti kegiatan pertambangan galian C hingga budi daya sayuran ditambah harga biji kopi yangmenurun.

Baca Juga: RSST Klaten Dapat Bantuan Oksigen, Cukup untuk Kebutuhan 15 Jam

Akhirnya tanaman kopi mulai ditebangi warga diganti dengan jenis komoditas hortikultura seperti sayuran yang hasilnya lebih menggiurkan.

Atas kondisi itu, sukarelawan termasuk Sukiman menumbuhkan kembali semangat warga lereng Gunung Merapi agar bertanam dan mengelola kopi secara mandiri. Tak hanya di wilayah Deles, mereka menggerakkan warga lereng Merapi di wilayah lain seperti Desa Balerante dan Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang.

Kini budi daya hingga pengolahan kopi kian bergeliat di lereng Gunung Merapi. Meski belum seluas pada era 1990an, kebun milik warga mulai ditanami kopi. Warga pun kini mengembangkan pengolahan biji kopi dan mulai dipasarkan ke berbagai daerah.

“Saat ini ya sekitar 20 persen ada yang ditanami kopi. Setidaknya berkembang dibandingkan lima tahun lalu 10 persen tanaman kopi yang masih tersisa dari yang sebelumnya banyak,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya