SOLOPOS.COM - Suasana kompleks pertapaan Bancolono di Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Foto diambil beberapa waktu lalu. (Akhmad Ludiyanto/Solopos)

Solopos.com, KARANGANYAR— Kompleks sendang yang menjadi tempat bersemedi, pertapaan Bancolono di Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar baru-baru ini kembali hangat dibicarakan orang.

Karena dari sendang inilah airnya diambil dan dibawa oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bersama tanah dari Gunung Tidar, Magelang ke titik nol Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur beberapa waktu lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di kompleks sendang Bancolono ada tiga sendang utama, yakni Sendang Eyang Raden Bancolono, Sendang Eyang Macan Putih atau Sendang Lanang, dan Sendang Nyi Godrah atau Sendang Putri. Sendang Lanang inilah yang diperkirakan airnya diambil untuk disatukan dengan tanah dan air dari Nusantara di lokasi IKN.

Sementara itu, sebagian orang menganggap pertapaan yang berada di daerah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur tersebut ini keramat. Mereka datang dari berbagai daerah dan berbagai kalangan untuk bertapa atau tirakat di sana. Konon, banyak permohonan yang terkabulkan setelahnya.

Baca Juga: Asale Watu Jaran Brebes dari Kuda Tanpa Kepala Tunggangan Wali

Lalu apa asal-usul nama Bancolono ini?

Juru kunci di pertapaan tersebut, Haryanto atau yang akrab disapa Best, mengatakan bahwa Bancolono adalah gabungan dari kata “korbano” (berkorbanlah) dan “uculono” (lepaskanlah).

Menurutnya, meski terdiri dari dua kata, namun mengandung satu arti yaitu lepaskanlah. “Bancolono. Korbano-uculono apa sing dadi bebane menungsa uculono nang kene. [Apa yang menjadi beban manusia lepaskanlah di sini],” ujarnya saat ditemui di pertapaan, beberapa waktu lalu.

Ia menambahkan bahwa Bancolono merujuk pada sebuah tempat yang pada zaman dahulu masih berupa hutan belantara. Tempat ini ditinggali oleh seseorang yang kemudian disebut Eyang Raden Bancolono.

Baca Juga: Asale Bumiayu, Bumine Wong Ayu yang Siap Berpisah dari Brebes

Di kemudian hari, Eyang Raden Bancolono dijadikan Senopati oleh Prabu Brawijaya V dan sekaligus sebagai murid kesayangan Eyang Lawu.

Pada saat Kerajaan Majapahit runtuh, Prabu Brawijaya lari hngga ke lereng Gunung Lawu. Di sana rombongan disuruh ke Bancolono oleh orang tua dari Eyang Raden Bancolono untuk mandi atau membersihkan diri di sendang tersebut.

“Intinya Prabu Brawijaya beserta keluarganya, abdinya dan semuanya disuruh mandi karena saat itu beban mereka berat. Uculono [lepaskanlah beban-beban itu]. Setelah itu, rombongan naik ke Puncak Lawu dan mendirikan kerjaaan di sana,” imbuh Best.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya