SOLOPOS.COM - Warga melintas di depan Kantor Desa Klakah, Kecamatan Selo, Kabupaten Magelang, Jumat (13/8/2021). (Bayu Jatmiko Adi/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI--Desa Klakah merupakan salah satu desa di Kecamatan Selo yang lokasinya berada di lereng Gunung Merapi. Ada cerita menarik di balik nama Klakah tersebut. Sebuah nama yang berkaitan dengan peristiwa erupsi Gunung Merapi, yang menghilangkan satu kampung.

Desa Klakah merupakan daerah yang berada di wilayah paling selatan Kabupaten Boyolali. Desa itu juga berbatasan langsung dengan Kabupaten Magelang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Desa yang berada di lereng Gunung Merapi tersebut menawarkan pemandangan alam yang menarik. Udara di Desa Klakah juga sangat sejuk. Namun di sisi lain, desa yang cukup dekat dengan puncak Gunung Merapi itu juga memiliki cerita tersendiri berkaitan dengan erupsi Merapi.

Baca Juga: Gunung Merapi Erupsi, BPBD Boyolali Semprot Jalan Hilangkan Abu Vulkanis

Ekspedisi Mudik 2024

Saat awal naiknya status aktivitas Gunung Merapi dari level awas menjadi siaga pada 2020 lalu, sebagian warga di desa tersebut juga sempat diungsikan di Tempat Penampungan Pengungsi Sementara (TPPS) yang berada dekat dengan Kantor Desa Klakah.

Beberapa hari lalu, sebagian dukuh di Desa Klakah juga diguyur hujan abu setelah adanya awan panas guguran yang terjadi di sisi barat daya Gunung Merapi.

Jika mengacu dari cerita yang beredar di masyarakat setempat, asal mula nama Desa Klakah juga tidak lepas dari peristiwa aktivitas Gunung Merapi. Tepatnya erupsi yang terjadi pada tahun 1954 silam. Dimana saat itu terjadi letusan gunung yang cukup dahsyat. Bahkan salah satu kampung di wilayah tersebut hilang karena tersapu material erupsi gunung.

Baca Juga: Masyarakat Boyolali Kelukan Tempat Karaoke Buka saat PPKM

Pohon Tulangan

Kepala Desa Klakah, Marwoto, menjelaskan mengenai cerita sejarah asal usul nama Desa Klakah tersebut. “Jadi ini berhubungan dengan peristiwa 1954 lalu, ketika adanya erupsi dan mengakibatkan Dukuh Pencar, hilang tersapu material erupsi gunung,” tutur dia, Sabtu (14/8/2021).

Dia menjelaskan saat terjadinya erupsi itu, Dukuh Pencar tersapu awan panas. Sebagian warga yang masih dapat menyelamatkan diri lari menuju Desa Jrakah, sebab tempat tinggal mereka sudah tidak dapat ditempati lagi.

Disebutkan saat itu awan panas terus bergerak ke arah barat, ke arah Dusun Tegal Rejo atau saat ini disebut Dusun Klakah Duwur. Warga pun berlari berhamburan menyelamatkan diri dari awan panas.

Namun ada salah satu warga Dusun Tegal Rejo yang tidak keluar dan tetap bertahan di rumah, yaitu Ky. Drogo. Dia adalah orang yang menanam pohon di sebelah timur Dusun Tegal Rejo yang dinamakan pohon tulangan.

Baca Juga: Jadi Korban PHK, Pasutri Klaten Ini Sekarang Sukses Pasarkan Wedang Uwuh Hingga Papua

Singkat cerita, awan panas yang muncul saat itu tidak jadi meluncur ke sebelah barat, melainkan berhenti di sebelah timur pohon tulangan tersebut.

“Kata Mbah Ky. Drogo Ny. Drigi, pohon tulangan tersebut untuk menolak terjadinya bahaya yang diakibatkan dari letusan gunung berapi,” kata dia.

Kemudian yang paling bersejarah dari peristiwa itu, adalah adanya tiga dusun yang dilangkahi atau kelangkahan (dalam bahasa Jawa) oleh awan panas. Dari kejadian tersebut Mbah Ky. Drogo menamakan desa atau dusun tersebut dengan nama Desa Klakah atau Dusun Klakah.

Lokasi itu meliputi Dusun Klakah Ngisor, Dusun Klakah Tengah dan Dusun Klakah Duwur. Selanjutnya, setelah warga kembali, kemudian membentuk desa atau perkampungan, yang disebut Klakah yang memiliki arti kelangkahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya